Di SIngkawang, Pameran Ini Tampilkan Dokumenter Rumah Hakka

 
Di SIngkawang, Pameran Ini Tampilkan Dokumenter Rumah Hakka

ladunI.ID, SINGKAWANG - Rumah di kota Yongding itu direkam oleh fotografer kawakan asal Jakarta yaitu Shamow'el Rama Surya. Beberapa waktu lalu, Rama sempat juga terlihat berkeliling kota Singkawang dalam rangka melanjutkan proyek fotografi dokumenter bertajuk HOME - Chinese Culture.

HOME merupakan sebuah proyek fotografi yang unik dan telah menjadi suara untuk kemanusiaan, keberagaman, non-politik, persamaan derajat dan kedamaian di tanah Nusantara ini.

"Saya telah memulai proyek "Home-Chinese Culture" ini sejak tahun 1998 hingga saat ini. Sejumlah wilayah di Indonesia dan China saya datangi untuk melihat berbagai persoalan secara dekat, yang melingkupi rumah dalam komunitas Tionghoa," ungkap Rama. Rumah tradisional orang Hakka disebut Tulou yang menjadi judul foto, memperlihatkan secara detail rumah komunal sebagai benteng dengan berbagai pemahaman strategi pertahanan terhadap serangan dari luar.

Secara sekilas rumah Tulou membentuk lingkaran (benteng bulat : Yuen Cai) yang terlihat seperti sebuah stadion sepak bola. Namun rupanya bentuk rumah ini juga  yang menyerupai kubus dinamakan Fang Cai (Benteng Kotak).

Setiap pintu berhadap-hadapan sehingga penghuninya bisa mengetahui orang yang datang. Rumah tradisional orang Hakka ini difoto pada tahun 2010.

Rama memilih Provinsi Fujian yang merupakan daerah pusat pembentukan orang Hakka sehingga mendapat julukan sebagai Tanah Leluhur Orang Hakka.

Orang-orang Hakka dalam bahasa Mandarin: 客家人Kèjiā ren, adalah Suku Han China yang berbicara dalam bahasa Hakka, tersebar di provinsi GuangZhou, JiangXi, dan Fujian. Kini orang Hakka tersebar di seluruh dunia.

Dari perjalanan Rama di Indonesia, ia menemukan orang-orang Hakka tersebar di Aceh, Bangka-Belitung, Jawa, serta Kalimantan Barat, termasuk di Singkawang. Khusus di Singkawang, sepak terjang orang Hakka tidak hanya berurusan dengan ekonomi tapi juga dalam hal sosial, budaya, dan politik.

"Keterlibatan Rama dalam pameran seni rupa kontemporer bertajuk Bermuda di Singkawang, menjadi hal yang menarik untuk dicermati. Foto-fotonya bicara tentang rumah yang penuh filosofi," ungkap Frino Bariarcianur, kurator pameran.

Lebih lanjut Frino mengatakan foto Tulou karya Rama bisa menjadi referensi orang Hakka Singkawang yang belum sempat ke tanah leluhur untuk melihat arsitektur orang Hakka. Tidak hanya itu, lewat karya dokumenter, Rama sedang mengajak publik untuk merefleksikan tentang keberadaan rumah yang kita diami.

"Apakah rumah hanya sebatas tempat tinggal, penangkal hujan dan panas, dan atau pelindung dari serangan dari luar? Rumah lebih dari itu. Rumah tidak hanya sebatas benda, tapi juga sesuatu yang tidak tampak seperti perasaan atau gagasan yang tak terpisahkan dalam setiap perjalanan manusia di muka bumi ini. Kita ingin selalu masuk dan berdiam diri di dalamnya," ujar Frino.

"Tentu saja rumah Tulou tidak ditemukan di Singkawang. Laiknya sebuah kebudayaan, serta sejarah panjang perjalanan orang Hakka yang berpindah-pindah, maka bentuk rumah mengikuti lingkungan dan zaman. Foto karya Rama bisa jadi referensi melihat perkembangan arsitektur orang Hakka."

Pameran seni rupa kontemporer "Bermuda" (art & stories) yang digagas Artspace Indonesia, diselenggarakan di Gedung Pusat Informasi Pariwisata (belakang Mess Daerah) Singkawang, 16-27 Februari 2019, melibatkan seniman dari Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Jatiwangi, Pontianak, dan Singkawang.

Mereka yang berpameran adalah Arie Syarifudin (Jatiwangi), Arman Jamparing ACTMOVE (Bandung), Deni ‘Ackay’ Ramdani (Bandung), Gusmen Heriadi (Yogyakarta), Jatiwangi Art Factory (Majalengka), John Martono (Bandung), Prabowo Setyadi (Bandung), Ayu Murniati (Pontianak), Chantal Novyanti (Singkawang), Kartono (Singkawang), Priska Yeniriatno (Singkawang), Ricko Iswanto (Singkawang), Shamow'el Rama Surya (Jakarta), Syam Terrajana (Yogyakarta), dan Yohanes Arya Duta (Jakarta).

Pameran ini bertujuan membangkitkan gairah seniman muda dan ekosistem seni rupa kontemporer di Singkawang. "Jika tak ada halangan, Singkawang akan menjadi sebuah etalase atau Rumah Kecil Seni Rupa Kontemporer Indonesia di kawasan perbatasan. Ini akan menjadi destinasi alternatif bagi penikmat seni di kawasan Asia Tenggara. Meski perjalanan masih jauh, kami di sini bergiat saja,” ungkap Frino