PMII Komisariat Udayana Ucapkan Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941

 
PMII Komisariat Udayana Ucapkan Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941

LADUNI.ID | BALI


Gelap Gulita Tanpa Setitik Cahaya

Menuju Harmoni Budaya

Hari Raya Nyepi adalah Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan atau kalender Saka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi dan melaksanakan catur brata penyepian. Nyepi berlangsung selama 24 jam sejak matahari terbit atau biasanya dimulai pada pukul 06.00 pagi dan Tapa Brata penyepian selesai pada pukul 06.00 pagi keesokan harinya. Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sanghyang Widhi Wasa, untuk mensucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). Nyepi identik dengan suasana sepi dan gelap gulita di malam hari yang dirayakan secara serentak diseluruh daerah Bali setiap 1 tahun sekali. Nah untuk pantangan umat Hindu pada hari raya Nyepi itu sendiri adalah, umat hindu melakukan Tapa Catur Brata atau empat pantangan yang terdiri dari amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak berpergian), amati geni (tidak menyalakan api), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).

Penduduk yang ada di Bali bukan hanya berasal dari Bali itu sendiri, melainkan banyakpula masyarakat pendatang dari seluruh Indonesia, baik dari Jawa, Medan, dan yang lainnya dari berbagai daerah. Di kalangan masyarakat yang ada di Bali khususnya masyarakat pendatang juga senantiasa menghormati hari raya nyepi yang ada di Bali. Mereka mengikuti aturan-aturan adat dalam hari raya Nyepi itu sendiri salah satunya yaitu para penduduk yang ada di Bali baik muslim atau pun non muslim tidak diperkenankan untuk berjalan-jalan keluar dari rumah kecuali dalam keadaan darurat (sakit atau yang lainnya) atau aktivitas lain yang dapat mengaggu hari raya Nyepi. Selain itu tidak diperbolehkan datang atau pergi dari bali pada hari itu, jadi diharapkan untuk membeli tiket transportasi sebelum atau sesudahnya jika ingin bepergian demi menghormati hari raya Nyepi baik secara etika sosial maupun secara adat.

Ketika penulis turun ke lapangan, dari beberapa kalangan umat Hindu maupun masyarakat muslim berharap hari raya Nyepi kali ini dapat berlangsung lebih baik dari sebelumnya. Jadi bagaimana sekiranya kepada semua penduduk yang ada di bali agar senantiasa menghormati perayaan hari raya Nyepi pada Kamis (7/3) mulai pukul 06.00 pagi dan hingga berakhir pada pukul 06.00 pagi keesokan harinya. Bagaimana hari raya nyepi yang sekarang mampu menjadi daya tarik bagi penduduk atau wisatawan-wisatawan asing. Kegiatan ritual tersebut bermakna untuk meningkatkan hubungan yang serasi dan harmonis antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Dari berbagai Ormas yang ada di Bali memberi tanggapan terkait Hari Raya Nyepi ini. LTN NU melalui ketuanya M. Taufiq Maulana menyampaiakan, "Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu Bali dapat menjadi momen untuk mempererat kebersamaan antar Umat beragama dalam rangka menjaga tradisi Nyepi khususnya yang ada di Bali". Ritual-ritual Melasti, Pawai Ogoh-ogoh, hingga Tapa Catur Brata menjelang pergantian tahun Saka ini selalu di sambut antusias dengan kedamaian. Kebijakan Pemda Bali dalam pelaksanaan Nyepi yang telah berlangsung  lama di pulau seribu pura tersebut sejauh ini dapat dilaksanakan dengan cukup kondusif, tentunya juga dengan memberi berbagai kemudahan bagi umat lain yang melakukan ibadah- ibadahnya sesuai dengan keyakinan masing- masing. Seperti sholat Jum’at bagi umat muslim saat jatuh bertepatan dengan hari Jum’at atau Misa gereja bagi umat Kristiani jika berlangsung  bersamaan pada hari Minggu. Selama ini hal tersebut dapat di lakukan dengan penuh rasa kesadaran dan tenggang rasa antar sesama warga Bali, bahkan ada beberapa wisatawan asing dan domestik yang khusus datang ke Bali untuk turut merasakan suasana khas tersebut.

LTN NU Bali sebagai lembaga infokom dan publikasi resmi PWNU Bali yang salah satu tugasnya mensosialisasikan berbagai kegiatan sosial keagamaan mengajak umat Muslim Bali untuk bersama-sama membantu menjaga ketenangan saudara umat Hindu dalam menjalankan rangkaian ritualnya di hari raya Nyepi ini, demi melestarikan keharmonisan yang telah terjalin lama antar seluruh warga.

Tanggapan mengenai Nyepi juga datang dari anggota Banser, "Nyepi merupakan tradisi budaya saudara kita umat Hindu, untuk menyikapi dengan toleransi yang baik maka kita harus mengikuti peraturan pelaksanaan Nyepi itu, sekirannya jangan sampai kita mengangggu hari raya Nyepi".

Sebagai kader dari salah satu banom NU yaitu Banser, biasanya anggotanya ikut andil dalam menjaga lingkungan demi terlaksananya hari raya Nyepi dnegan baik,  seperti  contoh Banser di kabupaten buleleng yang setiap tahun diminta ikut dalam berkolaborasi dengan pecalang adat setempat. Mereka bersama sama pecalang berpatroli keliling di setiap desa untuk memastikan tidak ada warga yang keluar rumah sehingga Nyepi dapat dilewati dengan aman dan khidmad,

Penulis: Ita Khuniyawati (itC) - PMII Komisariat Udayana