Indahnya Silaturrahmi dan Keakraban Ulama Aceh dengan Presiden Jokowi

 
Indahnya Silaturrahmi dan Keakraban Ulama Aceh dengan Presiden Jokowi

LADUNI.ID, KOLOM- SERATUS lebih ulama Aceh bertatap muka dan diundang ke Istana Presiden Indonesia bertemu dengan orang nomor satu di nusantara ini bapak Joko Widodo.

Ulama Aceh betemu Presiden Jokowi di Istana Negara. (Foto: liputan6.com)

Kedatangan beberapa Ulama Aceh ke istana dalam rangka jamuan Presiden Joko Widodo. Bukan dalam rangka mendukung pencapresan beliau.

Dalam kunjungan tersebut perwakilan ulama yang ikut hadir menyampaikan, salah satunya, bahwa program dan kinerja Presiden terhadap Lembaga Pendidikan Islam positif. Dan berharap beliau bisa melanjutkannya di periode mendatang (karena beliau juga dicalonkan kembali oleh partai pendukung untuk maju sebagai Calon Presiden di periode berikutnya).

Sesuai dengan kapasitas “profesi” mereka selaku pengajar, pendidik dan pengayom ummat. Wajar saja penilaian para ulama pimpinan Dayah/ Pesantren berkisar disitu.

Jika terkait ekonomi, ya perwakilan pedagang/ pebisnis yang berkomentar. Terkait keamanan, ya perwakilan TNI/ Polri atau Satpam mungkin. Misalkan perihal pendidikan umum, ya perwakilan guru/dosen/rektor barangkali.

Komentar para ‘alim ulama dari Aceh di istana Presiden kemarin, dalam pandangan saya pribadi cukup proporsional sesuai ranah mereka. Demikian dengan hal isu dan hoax. Termasuk salah satu tugas para ‘alim ulama, mengajarkan ummat untuk Tabayun dan tidak cepat terprovokasi.

Tidak semua ulama Aceh setuju barangkali, terhadap penilaian sebagian ulama ini terhadap pemerintah. Ya ikhtilaf dalam memberi penilaian itu ranahnya mereka para ulama yang berkecimpung langsung di bidang Pendidikan Islam dan Pengayoman Umat.

Ketika ada dua pilihan yang tidak terjamin “baik atau buruk” melainkan hanya penilaian subjektif, baik itu harapan atau kekhawatiran, maka hak bagi setiap yang hendak memberi nilai untuk berada disisi mana.

Disisi Pak Joko Widodo sebagai capres punya tim dari ulama, ekonom, polisi, militer, dll. Demikian juga di kubu Pak Prabowo Subianto.

Semua berhak memberi penilaian sesuai kapasitasnya. Itulah kenapa jauh hari sudah disampaikan, “perang politik identitas” itu memecah bangsa, membuat kegaduhan di akar rumput serta merusak tatanan masyarakat. Pilpres seharusnya memberi semangat persatuan dalam perbedaan, bukan sebaliknya.

Kita yang menjadi pengamat sekaligus komentator “multi-talent” juga punya hak mengamati dan memberi komentar kepada siapapun. Tapi sebagai umat beragama, yang mengakui diri terdidik, beradab dan berilmu, cukup sesuaikan saja komentar kita kepada orang-orang yang kita komentari.

Tentunya silaturrahmi ini mempunyai makna tersendiri dan terjalin ukhuwah dan keakraban ulama dan umara. Apabila negeri ini bersatunya kedua elemen tersebut, siapa yang tidak menakutinya?

Indahnya silaturrahmi dan keakraban ulama dan umara, kita anak rohani, masyarakat pastilah merasa bahagia dan senang pula, mereka yang benci biarkan urusannya dengan sang khalik. Bukankah diantara balasan mereka yang benci ulama suul khatimah di akhir hayat?

Indahnya keakraban ulama dengan Presiden Jokowi dalam jalinan silaturrahmi via lensa, sudahkah anda menikmati lukisan senyuman keindahan itu? Nikmat siapakah yang engkau dustai?

**Helmi Abu Bakar El-Langkawi, Penggiat Literasi asal dayah MUDI Samalanga