Memahami 7 Cara Menyerang NU

 
Memahami 7 Cara Menyerang NU

LADUNI.ID, Jakarta - " Ojo kagetan, ojo gumunan " (Dhawuh Kanjeng Sunan Ampel untuk Kanjeng Sunan Kalijaga)

  1. Mengaku NU

Cara ini biasanya terucap dengan kata: "saya ini juga NU, tapi NU nya Mbah Hasyim Asy'ari bukan Said Agil Siraj". Padahal kita bisa ber-NU ala Mbah Hasyim Asy'ari ya harus lewat jalurnya, yaitu PBNU.

Muncul pula grup-grup dan grup medsos pembohong yang menerima NU tapi harus menggiring sepenuhnya jama'ah yang polos untuk dijerumuskan menjelekkan NU.

  1. Mengaku Santri

Dahulu banyak orang anti dengan kata Santri, dianggap kuno. Tapi, muncul sebuah gerakan halus dan senyap, khusus di media sosial penggunaan kata "Santri" tapi malah menolak PBNU. Seperti bergerak di grup-grup WA dan facebook, beberapa di instagram. Maka, pengguna media sosial jangan tertipu dan mudah kagum.

  1. Memusuhi Pimpinan NU

Kyai Haji Said Agil Siraj adalah Ketua Umum PBNU. Ketua Umum adalah amanahutama di NU. Marwah Ketua Umum PBNU sama juga Marwah NU.

Pola saat ini, ada arus untuk delegitimasi ke KH. Kata Agil Siraj, dengan segala fitnah yang disampaikan kepada beliau.

Bukan hanya Ketua Umum, tetapi juga Rais Aam dan Khatib Syuriah juga pernah difitnah. Semata-mata untuk delegitimasi. Agar Arah pikiran masyarakat umum: "ketuanya aja kayak gitu, pasti NU yang memimpin juga kayak gitu".

  1. Memusuhi Banser

Banser adalah anak dari GP. Ansor, sebuah Banom di NU. Penyerangan kepada Banser juga termasuk ke dalam nomor 3, yaitu: delegitimasi. Kita tahu, komitmen Kebangsaan inilah yang senantiasa dijaga Banser, dan NU pada umumnya.

  1. Menyerang Tradisi dan Amaliyah

Ini sudah dari dahulu. Tetap NU tetap istiqomah dan semakin kuat dengan menjelaskan dalil-dalik yang kuat.

Dan fenomena organisasi nyempal adalah ingin " asal beda" dari NU dan jelekin NU. Tapi setelah NU nunjukkin dalil-dalik kuatnya, maka larinya kalau gak pake taktik "menyerupakan diri dengan NU" ya "menyerang Banser atau Kyai Said"

  1. Menjelang Pemilu dan Pilpres, Ketahanan Aqidah NU diuji.

Memang NU bukan organisasi politik praktik atau parpol. Tapi NU memegang Politik Kebangsaan, jadi NU tetap selektif menganalisa setiap calon legislatif, DPD, Kepala Daerah maupun Presiden-Wakil Presiden.

Jangan sampai, NU yang rutin membangun rutin setiap malam di daerah-daerah malah kecolongan. Memasukkan calon yang tidak menunjang keberlangsungan NU ke wilayah Dakwah. Karena kesepakatan-dealan politik oknum di wilayah itu dengan calon non-NU.

  1. Arah adu-domba Para Aswaja telah dilakukan. Rasa kemanusiaan telah runtuh.

Maka, segenap Jama'ah dan Jam'iyyah NU tetap Istiqomah dalam Dakwah.

Pahami NU itu apa dan bagaimana. Kenali Para Ulama dan Pimpinan NU dan bagaimana memohon kepada mereka. NU bukan organisasi biasa jadi tetap harus dipakai. (Sumber: Suluh Nusantara)