Tokoh NU dan Muhammadiyah Memiliki Prinsip Sama Soal Kerukunan dan Toleransi

 
Tokoh NU dan Muhammadiyah Memiliki Prinsip Sama Soal Kerukunan dan Toleransi

LADUNI.id, Pamekasan – Salah satu Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Prof Dr Ali Maschan Moesa menyampaikan, sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan lebih fokus pada aspek perubahan dan justru melupakan hal penting berupa sikap.

Hal itu disampaikan saat memberikan materi dalam kegiatan Focus Group Discussion atau FGD dalam rangka menjaga kerukunan dan toleransi menjelang pelaksanaan Pemilu 2019 di Ball Room Hotel Odaita, Jl Raya Sumenep Nomor 88 Pamekasan, Rabu (27/3/2019).

“Seperti kita ketahui bersama bahwa pemilu dalam Undang-Undang adalah hak, sementara dalam hukum Islam mari samakan persepsi kita bahwa memilih pemimpin itu wajib,” kata Prof Dr Ali Maschan Moesa.

Salah satu Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur itu juga mengajak masyarakat untuk kembali menyamakan persepsi berdasarkan hukum Islam. “Persepsi ini penting, sebab dalam konteks agama memilih pemimpin itu wajib bukan hak,” ungkapnya.

“Jadi kalau memang wajib berdasar anjuran agama, prinsipnya kita harus menggunakan hak pilih kita pada pelaksanaan pemilu mendatang. Sehingga jika persepsinya sama, maka toleransinya juga akan nyaman,” sambung tokoh yang akrab disapa Prof Ali Machsan.

Hanya saja masyarakat justru memiliki persepsi berbeda dengan harapan semestinya, khususnya dalam menjaga kerukunan dan toleransi. “Kadang kita salah kaprah, kita fokus pada perubahan tapi lupa menerapkan sikap yang baik. Setiap ada perubahan, fokus kita semestinya pada sikap dan bukan pada perubahan itu sendiri,” ungkapnya.

Dari itu, perubahan maupun sikap juga berlaku dalam aspek politik. Sehingga masyarakat harus bersama-sama mengedepankan unsur kerukunan dan toleransi khususnya menjelang pelaksanaan pemilu serentak yang akan digelar 17 April 2019 mendatang.

“Jadi tidak mungkin dalam politik itu tanpa toleransi, apalagi dalam Piagam Madinah yang sering kita banggakan justru berisi berbagai hal yang di antaranya juga berhubungan dengan kerukunan dan toleransi,” tegasnya.

Hal senada juga disampaikan Pengurus Muhammadiyah Jawa Timur, Dr Saad Ibrahim. Ia menjelaskan kerukunan dan toleransi melalui sejarah penyebaran Islam pada masa Nabi Muhammad SAW. “Kerukunan dan toleransi merupakan salah satu kunci sukses mewujudkan tatanan positif masyarakat, termasuk dalam tata kelola pemerintahan,” jelasnya.

Tidak hanya itu, ia juga mengaku sebagai bagian dari NU. Bahkan ia juga dibesarkan oleh keluarga yang notabene dari golongan warga nahdliyin yant tercatat sebagai pengurus Ansor (salah satu Banom NU). 

“Hanya saja kami bergabung di Muhammadiyah, tapi tanpa meninggalkan tradisi keluarga NU. Perbedaan itu merupakan rahmat yang perlu kita rawat bersama,” pungkasnya.  (*)

Sumber : beritajatim.com