Syekh Hamzah Fanshuri dalam Catatan Sejarah

 
Syekh Hamzah Fanshuri dalam Catatan Sejarah

 

 

LADUNI.ID, SEJARAH-Salah seorang ulama terkemuka dan keilmuan nya dikaji peneliti dunia,  beliau adalah Syekh Hamzah Fanshuri.  Lebih lanjut untuk mengetahui asal dan perjalanan Syekh Hamzah Fansuri, ada beberapa bait syair beliau yang harus dipecahkan dan diterjemahkan maknanya. Di antaranya adalah;

Hamzah ini asalnya Fansuri // Mendapat wujud di tanah Shahrnawi // Beroleh khilafat ilmu yang ‘ali // Daripada ‘Abd al-Qadir Jilani.

 Hamzah di negeri Melayu // Tempatnya kapur di dalam kayu.

 Hamzah Fansuri di dalam Mekkah // mencapai Tuhan di Baitul Ka’bah // dari Barus terlalu payah // akhirnya dijumpa di dalam rumah.

 Hamzah Fansuri orang uryani // seperti ismail menjadi qurbani // bukan Ajami  lagi Arabi //senantiasa wasil dengan Yang Baqi.

Dari beberapa syair di atas, maka sebenarnya tidak diragukan bahwa Syekh Hamzah Fansuri adalah berasal dari wilayah sekitar Aceh, yang terdapat padanya Fansur (Aceh Selatan), Tanah Shahrnawi (Perlak), negeri Melayu (Pasai-Malaka), Barus (Sumatra Utara).

Adapun pernyataannya sebagai orang Uryani dan bukan Ajami lagi Arabi, dapat ditafsirkan sebagai keturunan yang berasal rumpunnya  dari bangsa Aria, yang lebih dekat dengan bangsa Romawi.

.Biasanya rumpun Melayu asal lebih mendekati keturunannya dari suku Iskandar Zulkarnaen yang memang diketahui berasal dari Rumawi klasik dan bukan dari bangsa Ajami yang biasanya menunjuk kepada bangsa Parsia dan juga bukan dari keturunan bangsa Arab secara langsung.

Mengenai masa hidup Syekh Hamzah para peneliti masih banyak yang berbeda pendapat tentangnya. Penemuan terkini yang dikemukakan Claude Guillot dan Ludvik Kalus, yang menyebutkan bahwa Syekh Hamzah wafat pada tahun 1527 M dan dimakamkan di pekuburan Ma’la di Mekkah, berdasarkan penemuan inkripsi makam beliau, menurut saya adalah lebih mendekati kebenaran.

Penemuan ini diperkuat dengan kajian literatur karya-karya paham wujudiyah dalam pembahasan martabat yang dianut Syekh Hamzah lebih klasik (lima martabat) dibandingkan dengan pemahaman Syekh Syamsuddin terkemudian, yang telah menjelaskan martabat tujuh.

Dimana paham ini mulai berkembang pada pertengahan abad ke-16, atau setelah wafatnya Syekh Hamzah, sehingga belum menjadi pembahasan beliau. Kalimat Melayu dan tulisan Arab-Jawi serta kaligrafi yang digunakan Syekh Hamzah sangat klasik yang biasa digunakan pada abad ke 15-an. 

Demikian pula dalam karya Syekh Hamzah tidak disebutkan nama Syekh Syamsuddin al-Sumatrani, namun sebaliknya nama beliau disebut oleh Syekh Syamsuddin dan murid-muridnya yang hidup antara tahun 1580-an sampai masa Maulana Syiah Kuala akhir 1680-an

Masa kerajaan Pasai 
Di zaman pemerintahan Sultan Malik al-Salih, terutama setelah Baghdad dikuasai pasukan Jenggish Khan pada tahun 1258 M, Kerajaan Pasai berkembang pesat menjadi pusat pengajian Islam tingkat tinggi di Asia Tenggara dengan berdirinya beberapa zawiyah.

Sejak  abad 14 M telah tiba di Kerajaan Pasai pendakwah ahl al-bayt keturunan Hadramawt Yaman bernama Sayyid Husein al-Akbar atau terkenal dengan Maulana al-Akbar bersama anaknya Maulana Malik Ibrahim yang datang dari Kesultanan Taghlug di India.

Beliau dan keturunannyalah yang dianggap sebagai penyebar utama aliran tasauf alawiyah (tariqah alawiyah) yang sudah berkembang pesat di dunia Islam yang dikembangkan oleh ulama ahl al-bayt Yaman. Salah seorang anaknya Maulana Ibrahim dan keturunannya diketahui menjadi petinggi Pasai yang menyebarkan Islam ke Jawa