Tafsir Ayat Masuklah Kalian kepada Islam yang Kaffah

 
Tafsir Ayat Masuklah Kalian kepada Islam yang Kaffah

Laduni.ID, Jakarta - Kita sering mendengar kutipan ayat Al-Qur'an yang disampaikan oleh para da'i dan khatib jum'at "masuklah kalian kedalam agama Islam secara kaffah". Bahkan kekinian ayat ini sangat populer dan terus digelorakan dengan penuh semangat oleh beberapa kelompok muslim di tanah air dengan berbagai macam motif. Ayat tersebut adalah ayat dari QS. Al-Baqarah ayat 208 yang bunyinya:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.

Mengenai Asbabun Nuzul Ayat ini adalah perihal Abdullah bin Salam bersama para sahabatnya yang berasal dari Yahudi Bani Nadhir di Madinah. Meskipun sudah memeluk Islam, mereka masih terpengaruh oleh norma-norma agama Yahudi seperti penghormatan terhadap hari Sabtu dan keharaman daging unta. Sikap setengah-setengah ini yang ditegur oleh Allah SWT sebagaimana keterangan Syekh Wahbah Az-Zuhayli dalam kitab At-Tafsir Al-Wajiz berikut ini:

يا أيها المؤمنون ادخلوا في الإسلام بكليته دون تجزئة أو سالموا، واعملوا بجميع أحكامه فلا تنافقوا واحذروا وساوس الشيطان ولا تطيعوا ما يأمركم به إنه عدو ظاهر العداوة لكم. أخرج الطبراني أن هذه الآية نزلت في عبد الله بن سلام وأصحابه من اليهود لما عظموا السبت وكرهوا الإبل بعد قبول الإسلام فأنكر عليهم المسلمون

"Wahai orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam seluruhnya, bukan sebagian-sebagian, atau berdamailah, dan beramallah sesuai dengan semua hukumnya. Jangan bersikap munafik. Waspadalah bisikan setan. Jangan kalian ikuti apa yang diperintahkan setan karena ia adalah musuh yang jelas-jelas memusuhimu. At-Thabarani meriwayatkan bahwa ayat ini turun perihal Abdullah bin Salam dan sahabatnya dari kalangan Yahudi ketika mereka mengagungkan hari Sabtu dan enggan terhadap daging unta setelah mereka memeluk Islam. Tetapi sikap mereka diingkari oleh para sahabat rasul lainnya".

Imam Ibnu Katsir mengutip penafsiran dari Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Thawus, Adh-Dhahhak, ‘Ikrimah, Qatadah, As-Sudi dan Ibnu Zaid bahwa arti “as-Silmi” adalah Islam. Sementara, Adh-Dhahhak, Ibnu ‘Abbas, Abu al-‘Aliyah dan ar-Rabi’ Ibnu Anas menafsirkan kata (السلم) dengan keta’atan (الطاعة).

Fakhruddin Ar-Razi, seorang ahli tafsir besar, mengkritik tafsir ini (masuk Islam). Ini menurutnya problematik, karena orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang Islam. Ar-Razi berkata:

في الآية إشكال ، وهو أن كثيرا من المفسرين حملوا السلم على الإسلام ، فيصير تقدير الآية : يا أيها الذين آمنوا ادخلوا في الإسلام ، والإيمان هو الإسلام ، ومعلوم أن ذلك غير جائز ، ولأجل هذا السؤال ذكر المفسرون وجوها في تأويل هذه الآية

Ar-Razi memaknai kata “As-Silmi” sebagai “As-Sulh” (damai) dan “Tarkul Muharabah” (meninggalkan/menghentikan perang). Maka ayat tersebut akan memiliki arti "Hai orang-orang yang beriman. Masuklah/bergabunglah ke dalam proses perdamaian secara total, dan tinggalkan/hentikan perang".
Kata islam pada Surat Al-Baqarah ayat 208 ini tidak ada. Yang ada adalah kata ‘as-silmi’. Kata ini yang selanjutnya diartikan sebagai agama Islam sebagaimana keterangan Syekh M. Jamaluddin Al-Qasimi berikut ini:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ-بكسر السين وفتحها مع إسكان اللام، فيهما قراءتان سبعيتان-أي: في الإسلام. قال امرؤ القيس بن عابس: فلست مبدلاً بالله رباً ولا مستبدلاً بالسلم ديناً ومثله قول أخي كندة: دعوت عشيرتي للسلم لما رأيتهم تولوا مدبرينا

"Kata 'as-silmi' dibaca fathah atau kasrah pada huruf sin dan sukun pada lam. Keduanya merupakan bacaan qiraah sab’ah. Maksudnya adalah Islam. Umru’ul Qais bin Abis mengatakan dalam syairnya, Aku tidak mengganti Allah sebagai tuhan/juga tidak mengganti Islam sebagai agama. Akhi Kandah juga mengatakan, Aku mengajak keluargaku pada Islam/ketika aku melihat mereka berpaling dari kita".

Imam Ar-Razi mencoba awalnya melacak arti kata 'silmi dan 'al-islam'. Menurutnya, makna kata 'silmi' dan 'al-islam' adalah ketundukan dan kepatuhan itu sendiri. Dari makna itu, pengertian kedua kata itu lalu berkembang menjadi agama Islam.

قال الرازي: أصل هذه الكلمة من الانقياد. قال الله تعالى: إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ [البقرة: 131]. والإسلام إنما سمي إسلاماً لهذا المعنى. وغلب اسم السلم على الصلح وترك الحرب. وهذا أيضاً راجع إلى هذا المعنى، لأن عند الصلح ينقاد كل واحد لصاحبه ولا ينازعه فيه. ومعنى الآية: ادخلوا في الاستسلام والطاعة، أي استسلموا لله وأطيعوه ولا تخرجوا عن شيء من شرائعه: كَآفَّةً حال من الضمير في ادخلوا

"Ar-Razi mengatakan bahwa asal kata ini bermakna tunduk dan patuh. Allah berfirman, 'Ketika Tuhannya berkata kepadanya, 'Tunduklah kamu.' Ia menjawab, 'Aku tunduk kepada Tuhan sekalian alam,' (Surat Al-Baqarah ayat 131). 'Islam dinamai demikian karena sesuai dengan makna tersebut. Kata 'silmi' dominan mengandung makna damai dan tidak berperang. Ini juga merujuk pada makna tersebut. Pasalnya, dalam situasi damai, setiap pihak tunduk pada pihak lain. Tiada satupun pihak yang menentang dalam situasi ini. Pengertian ayat ini seolah berbunyi, 'Masuklah ke dalam kepasrahan dan ketaatan, yaitu berserahlah dan taatlah kepada Allah. Jangan kalian keluar sedikitpun dari syariatnya. Sedangkan kata 'kaffah' merupakan hal dari dhamir pada kata 'udkhulu'."

Rasulullah Saw bersabda ketika ditanya siapakah muslim itu ? Beliau menjawab:

المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده

"Muslim adalah orang yang kehadirannya membuat orang-orang di sekitarnya merasa damai, tak terganggu oleh kekerasan ucapan dan tangannya"

Wallahu A'lam


Referensi:
1. Al-Qur'an Al-Karim
2. Kitab At-Tafsirul Wajiz karya Syekh Wahbah Az-Zuhayli
3. Kitab Mahasinut Ta’wil karya Syekh Jamaluddin Al-Qasimi