Kesufian Mbah Ahmad bin Syuaib dan Karomah Mbah Moen

 
Kesufian Mbah Ahmad bin Syuaib dan Karomah Mbah Moen

LADUNI.ID, Jakarta - "Mbah Maimoen iku awake mirip Mbah Ahmad bin Syuaib, lek Mbah Zubair iku awake cilik (Mbah Maimoen itu badannya mirip Mbah Ahmad bin Syuaib, kalau Mbah Zubair itu badannya kecil)".

Pernyataan tersebut adalah dawuh Kiai Sukron Ketangi Pasuruan (Santri Mbah Yai tahun 60-an). Beliau Kiai Sukron cerita tentang kesufian Mbah Ahmad bin Syuaib.

Sekitar tahun 1965, waktu Mbah Ahmad bin Syuaib menaiki dokar dalam perjalanan mau pengajian (kebetulan tahun tersebut sedang ramainya PKI), beliau tanpa sengaja melihat GERWANI (Sebuah Gerakan Wanita PKI) sedang menari dan berpakaian fulgar dan celana pendek.

Seketika itu beliau menangis dan berdo'a supaya beliau buta, karena tidak mau melihat hal seperti itu lagi.

Ternyata benar, do'a beliau diijabahi oleh Allah. Beliau buta sampai akhir hayat beliau. Karena buta, jika Mbah Ahmad ngaos, yang membaca santrinya, yang maknani Mbah Ahmad. Oleh karena itu, Yai Sukron berpesan kalau ke Sarang, usahakan ziaroh ke Mbah Ahmad.

"Mbah Maimoen iku Kiai Sarang sing paling melarat (Mbah Maimoen itu kiai Sarang yang paling miskin)," dawuh Kiai Sukron ketika cerita tentang Mbah Yai Maimoen yang pernah tidak punya apa-apa untuk dimakan esok hari. Padahal kejadian tersebut pada waktu Mbah Yai sudah mempunyai santri sekitar 100 lebih.

Pada suatu malam, Mbah Maimoen memanggil yai Sukron (Memang Yai Sukron santri yang sering dipanggil dan sering diutus Mbah Yai), lalu Mbah Yai dawuh, "Kron, aku gak duwe opo-opo kanggo sesok digawe mangan (Kron, aku tidak punya apa-apa buat besok untuk dimakan)". Mendengar Mbah Yai dawuh begitu, Yai Sukron jadi menangis.

Akhirnya Yai Sukron mempunyai ide. Tanpa sepengetahuan Mbah Yai, Yai Sukron menyisihkan uang urunan untuk beli bahan bakar lampu, sebagian uang itu dibuat untuk keperluan dalem Mbah Yai.

Jadi besoknya Mbah Yai bisa daharan/sarapan.

Yai Sukron itu kalau cerita Mbah Yai mesti berkaca-kaca, sebab ingat bagaimana perjuangan Mbah Yai mulai dari "Kyai Sarang paling melarat" sampai sekarang.

Yai Sukron juga dawuh, "Biyen Mbah Maimoen iku duwe tanah yo daleme karo mushola. Tanah liyane iku tuku kabeh."(Dulu Mbah Maimoen itu punya tanah ya rumahnya dan mushola, tanah lainnya itu beli semua).

Karomah Mobil Bisa Jalan Tanpa Bensin

Yai Sukron juga bercerita: Mbah Moen itu dulu pernah ke sini (Pasuruan) naik mobil. Mobil dulu itu gampang rusak, jadi kalau perjalanan jauh, di pertengahan jalan harus servis.

Nah, yang aneh itu, ketika beliau perjalanan pulang dari sini. Pada waktu di pertengahan jalan (sudah jauh dari Pasuruan), supir beliau berhenti di sebuah bengkel untuk mengecek mobilnya.

Ketika tukang bengkel mengecek mobil tersebut, tukang bengkel langsung kaget dan bertanya, "Ini mobil siapa?".

Sang supir langsung menjawab, "Ini mobilnya Mbah Maimoen, memangnya kenapa pak?"

Tukang bengkel lalu menjawab sambil menunjuk tempat saluran bensin," Ini selang (saluran) bensinnya tidak sambung/tidak terpasang, kenapa mobilnya bisa berjalan?”

Karena peristiwa itu, saking yakinnya Yai Sukron kepada Mbah Moen, semua putrinya (4 bersaudara) di pondokkan kepada Mbah Moen, dan semua menantunya dari santrinya Mbah Moen.

أطال الله تعالى بقاءه و رزقه الصحة والعافية و الاستقامة

و متعنا الله بعلومه و اسراره و بركاته في الدنيا والآخرة

آمين


#Ini cerita saat sowan ke Yai Sukron Pasuruan (santri pertama Mbah Maimoen Zubair).