Biografi Sahabat Abdullah bin Ummi Maktum

 
Biografi Sahabat Abdullah bin Ummi Maktum
Sumber Gambar: Ilustrasi (foto istimewa)

Daftar Isi Biografi Sahabat Abdullah bin Ummi Maktum

1.    Riwayat Hidup
1.1  Lahir
1.2  Keluarga
1.3  Wafat

2.    Kisah-kisah
2.1  Memeluk Islam
2.2  Turun Ayat Tentang Abdullah bin Maktum
2.3  Hijrah ke Madinah
2.4  Menjadi Muadzin Rasulullah SAW

3.    Kemuliaan
3.1  Menggantikan Rasul Sebagai Wali Kota
3.2  Wahyu Allah Tentang Udzur Abdullah dalam Perang

4.    Akhir Hayat Abdullah bin Maktum

5.    Chart Silsilah Sanad

6.    Referensi

Abdullah bin Ummi Maktum adalah adalah seorang tuna netra. Dan beliau merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang berasal dari Quraisy.

1. Riwayat Hidup

1.1 Lahir

Tidak diketahui secara pasti tanggal, bulan, tahun kelahirannya Abdullah bin Ummi Maktum karena minimnya sumber informasi.

1.2 Keluarga

Abdullah bin Ummi Maktum mempunyai ikatan keluarga dengan Rasululah Shalalahu alaihi Wassalam. Yaitu anak paman Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid Ridhwanullah Alaiha. Bapaknya Qais bin Zaid, dan ibunya Atikah binti Abdullah. Ibunya bergelar “Umi Maktum.”

1.3 Wafat

Abdullah bin Ummi Maktum wafat dalam perang Qadisiah pada tahun 14 hijriyah.

2. Kisah-kisah

2.1 Memeluk Islam

Abdullah bin Ummi Maktum menyaksikan ketika cahaya Islam mulai memancar di Mekkah. Allah melapangkan dadanya menerima agama baru itu. Karena itu tidak diragukan lagibeliau termasuk kelompok yang pertama-tama masuk Islam. Sebagai muslim kelompok pertama, Abdullah turut menanggung segala macam suka duka kaum muslimin di Mekkah ketika itu. Beliau turut menderita siksaan kaum Quraisy seperti diderita kawan kawannya seagama, berupa penganiayaan dan berbagai macam tindakan kekerasan lainnya. Tetapi apakah karena tindakan-tindakan kekerasan itu Ibnu ummi Maktum menyerah? Tidak……! Beliau tidak pernah mundur dan tidak lemah iman. Bahkan beliau semakin teguh berpegang pada ajaran Islam dan Kitabullah. Beliau semakin rajin memepelajari syariat Islam dan sering mendatangi majelis Rasulullah.

Begitu rajin beliau mendatangi majelis Rasulullah, menyimak dan menghafal Al-Qur’an, sehingga setiap waktu senggang selalu disisinya, dan setiap kesempatan yang baik selalu disebutnya. Bahkan beliau sangat rewel. Karena rewelnya, beliau beruntung memperoleh apa yang diinginkannya dari Rasulullah, di samping keuntungan bagi yang lain lain juga.

2.2 Turun Ayat Tentang Abdullah bin Maktum

Pada masa permulaan Islam, Rasulullah sering mengadakan dialog dengan pemimpin-pemimpin Quraisy, mengharapkan semoga mereka masuk Islam. Pada suatu hari beliau bertatap muka dengan Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Amr bin Hisyam alias Abu Jahl, Umayyah bin Khalaf dan walid bin Mughirah, ayah saifullah Khalid bin walid.

Rasulullah berunding dan bertukar pikiran dengan mereka tentang Islam. Beliau sangat ingin mereka menerima dakwah dan menghentikan penganiayaan terhadap para sahabat beliau.

Sementara beliau berunding dengan sungguh-sungguh, tiba-tiba Abdullah bin Ummi maktum datang mengganggu minta dibacakan kepadanya ayat-ayat Al-Qur’an. Kata Abdullah, “Ya, Rasulullah! Ajarkanlah kepadaku ayat-ayat yang telah diajarkan Allah kepada Engkau!”

Rasul yang mulia terlengah memperdulikan permintaan Abdullah. Bahkan beliau agak acuh kepada interupsinya itu. Lalu beliau membelakangi Abdullah dan melanjutkan pembicaraan dengan pemimpin Quraisy tersebut.

Selesai berbicara dengan mereka, Rasulullah bermaksud hendak pulang. Tetapi tiba tiba penglihatan beliau gelap dan kepala beliau terasa sakit seperti kena pukul. Kemudian Allah mewahyukan firman-Nya kepada beliau : “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena seorang buta datang kepadanya, Tahukah kamu, barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau mereka tidak membersihkan diri (beriman). Adapun orang yang datang kepadamu dengan bergegas (untuk mendapatkan pengajaran), sedangkan ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (begitu)! Sesungguhnya ajaran Allah itu suatu peringatan. Maka siapa yanag menghendaki tentulah ia memperhatikannya. (Ajaran ajaran itu) terdapat di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, di tangan para utusan yang mulia lagi (senantiasa) berbakti.” (QS. Surat ‘Abasa Ayat 1-16)

Enam belas ayat itulah yang disampaikan Jibril Al-Amin ke dalam hati Rasulullah sehubungan dengan peristiwa Abdullah bin Ummi maktum, yang senantiasa dibaca sejak diturunkan sampai sekarang, dan akan terus dibaca sampai hari kiamat.

Sejak hari itu Rasulullah tidak lupa memberikan tempat yang mulia bagi Abdullah apabila dia datang. Beliau menyilahkan duduk ditempat duduk beliau. Beliau tanyakan keadaannya dan beliau penuhi kebutuhannya. Tidaklah heran kalau beliau memuliakan Abdullah demikian, bukankah tegoran dari langit itu sangat keras!

2.3 Hijrah ke Madinah

Ketika tekanan dan penganiayaan kaum Quraisy terhadap kaum muslimin semakin berat dan menjadi jadi, Allah Ta’ala mengizinkan kaum muslimin dan Rasul-Nya hijrah. Abdullah bin Ummi maktum bergegas meninggalkan tumpah darahnya untuk menyelamatkan agamanya. Beliau bersama-sama Mus’ab bin Umar sahabat-sahabat Rasul yang pertama tama tiba di Madinah, setibanya di Yatsrib (Madinah), Abdullah dan Mush’ab segera berdakwah, membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan mengajarkan pengajaran Islam.

2.4 Menjadi Muadzin Rasulullah SAW

Setelah Rasulullah tiba di Madinah, beliau mengangkat Abdullah bin Ummi Maktum serta Bilal bin rabah menjadi Muadzin Rasulullah. Mereka berdua bertugas meneriakkan kalimah tauhid lima kali sehari semalam, mengajak orang banyak beramal saleh dan mendorong masyarakat merebut kemenangan. Apabila Bilal adzan, maka Abdullah qamat. Dan bila Abdullah adzan, maka Bilal qamat.

Dalam bulan Ramadhan tugas mereka bertambah. Bilal adzan tengah malam membangunkan kaum muslimin untuk sahur, dan Abdullah adzan ketika fajar menyingsing, memberi tahu kaum muslimin waktu imsak sudah masuk, agar menghentikan makam minum dan segala yang membatalkan puasa.

3. Kemulian

3.1 Menggantikan Rasul Sebagai Wali kota

Untuk memuliakan Abdullah bin Ummi maktum, beberapa kali Rasulullah SAW mengangkatnya menjadi Wali Kota Madinah menggantikan beliau, apabila meninggalkan kota. Tujuh belas kali jabatan tersebut dipercayakan beliau kepada Abdullah. Salah satu di antaranya, ketika meninggalkan kota Madinah untuk membebaskan kota Mekkah dari kekuasaan kaum musyrikin Quraisy.

3.2 Wahyu Allah Tentang Udzur Abdullah dalam Perang

Setelah perang Badr, Allah SWT menurunkan ayat-ayat Al-Qur’an, mengangkat derajat kaum muslimin yang pergi berperang fi sabilillah. Allah melebihkan derajat mereka yang pergi berperang atas orang-orang yang tidak pergi berperang, dan mencela orang yang tidak pergi karena ingin bersantai-santai. Ayat-ayat tersebut sangat berkesan di hati Abdullah bin Ummi Maktum. Tetapi baginya sukar mendapatkan kemuliaan tersebut karena beliau buta. Lalu beliau berkata kepada Rasulullah, “Ya, Rasulullah! Seandainya saya tidak buta, tentu saya pergi berperang.”

Kemudian beliau bermohon kepada Allah dengan hati penuh tunduk, semoga Allah menurunkan pula ayat-ayat mengenai orang-orang yang keadaannnya cacat (udzur) seperti Abdullah, tetapi hati mereka ingin sekali hendak turut berperang. Beliau senantiasa berdoa dengan segala kerendehan hati. Katanya, “Wahai Allah! Turunkanlah wahyu mengenai orang-orang yang udzur sepertiku!” Tidak berapa lama kemudian Allah memperkenankan doanya.

Zaid bin Tsabit, sekertaris Rasulullah yang bertugas menuliskan wahyu menceritakan, “Ku duduk di samping Rasulullah. Tiba tiba beliau diam, sedangkan paha beliau terletak di atas pahaku. Aku belum pernah merasakan beban yang paling berat melebihi berat paha Rasulullah ketika itu. Sesudah beban berat yang menekan pahaku hilang," beliau bersabda, “Tulislah, hai Zaid!”

Lalu aku menuliskan, “Tidak sama orang-orang mukmin yang duduk (tidak turut berperang) dengan pejuang-pejuang yang berjihad fi sabilillah.” (QS. An-Nisa’ Ayat 95

Ibnu Ummi berdiri seraya berkata, “Ya Rasulullah! Bagaimana dengan orang-orang yang tidak sanggup pergi berjihad (berperang karena cacat)?”

Selesai pertanyaan Abdullah, Rasulullah berdiam dan paha beliau menekan pahaku, seolah-olah aku menanggung beban berat seperti tadi. Setelah beban berat itu hilang, Rasulullah berkata, “Coba baca kembali yang telah engkau tulis!”

Aku membaca , “Tidak sama orang-orang mukmin yang duduk (tidak turut berperang).” lalu kata beliau. Tulis! “Kecuali bagi orang-orang yang tidak mampu.” Maka turunlah pengecualian yang diharap harapkan Ibnu Ummi Maktum.

4. Akhir Hayat Abdullah bin Maktum

Meskipun Allah telah memaafkan Ibnu Ummi Maktum dan orang-orang udzur seperti beliau untuk tidak berjihad, namun beliau enggan bersantai-santai beserta orang-orang yang tidak turut berperang. Beliau tetap membulatkan tekat untuk turut berperang fi sabilillah. Tekad itu timbul dalam dirinya, karena jiwa yang besar tidak dapat dikatakan besar, kecuali bila orang itu memikul pula pekerjaan besar. Maka karena itu beliau sangat gandrung untuk turut berperang dan menetapkan sendiri tugasnya di medan perang.

Katanya, “Tempatkan saya antara dua barisan sebagai pembawa bendera. Saya akan memeganya erat-erat untuk kalian. Saya buta, karena itu saya pasti tidak akan lari.” Tahun keempat belas Hijriyah, Khalifah Umar bin Khaththab memutuskan akan memasuki Persia dengan perang yang menentukan, untuk menggulingkan pemerintahan yang zalim, dan menggantinya dengan pemerintahan Islam yang demokratis dan bertauhid. Umar memerintahkan kepada segenap Gubernur dan pembesar dalam pemerintahannya, "Jangan ada seorang pun yang ketinggalan dari orang orang bersenjata, orang yang mempunyai kuda, atau yang berani, atau yang berpikiran tajam, melainkan hadapkan semuanya kepada saya sesegera mungkin!”

Maka berkumpulah di Madinah kaum Muslimin dari segala penjuru, memenuhi panggilan Khalifah Umar. Di antara mereka itu terdapat seorang prajurit buta, Abdullah bin Ummi maktum. Khalifah Umar mengangkat Sa’ad bin Abi Waqash menjadi panglima pasukan yang besar itu. Kemudian Khalifah memberikan intruksi-intruksi dan pengarahan kepada Sa’ad.

Setelah pasukan besar itu sampai di Qadisiyah. Abdullah bin Ummi maktum memakai baju besi dan perlengkapan yang sempurna. Beliau tampil sebagai pembawa bendera kaum muslimin dan berjanji akan senantiasa mengibarkannya atau mati di samping bendera itu.

Pada hari ke tiga perang Qadisiyah, perang berkecamuk dengan hebat, yang belum pernah disaksikan sebelumnya. Kaum muslimin berhasil memenangkan perang tersebut dengan kemenangan paling besar yang belum pernah direbutnya. Maka pindahlah kekuasaan kerajaan Persia yang besar ke tangan kaum muslimin. Dan runtuhlah mahligai yang termegah, dan berkibarlah bendera tauhid di bumi penyembah berhala itu.

Kemenangan yang meyakinkan itu dibayar dengan darah dan jiwa ratusan syuhada. Di antara mereka yang syahid itu terdapat Abdullah bin Ummi Maktum yang buta. Beliau ditemukan terkapar di medan tempur berlumuran darah syahidnya, sambil memeluk bendera kaum muslimin.

5. Chart Silsilah Sanad

Berikut ini chart silsilah sanad guru Abdullah bin Umi Maktum dapat dilihat DI SINI.

6. Referensi

Shuwar min Hayaatis Shahabah, Doktor Abdurrahman Ra’fat Basya.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya