Ramadhan dalam Tatapan Musafir

 
Ramadhan dalam Tatapan Musafir

LADUNI.ID, KOLOM-Merantau untuk sekolah ataupun bekerja adalah sebuah pilihan. Rasa rindu dan berat hati saat harus tinggal jauh dari keluarga dan rumah yang hangat sudah jadi hal yang pasti dirasakan tiap anak rantau.

Apalagi di momen-momen tertentu yang biasa dirayakan bersama keluarga di rumah. Seperti momen Ramadan.

Di bulan suci ini, biasanya anak rantau akan makin merasakan rasa rindu keluarga dan kampung halaman, karena tidak ada yang lebih nikmat dari menjalani beribadah bersama keluarga.

Kalau di rantau, mie instan dan roti tawar jadi andalan, beda dengan melewatkan Ramadan di rumah. Dimana kamu tidak lagi harus khawatir akan makan apa saat sahur dan berbuka puasa. Saat akhir bulan datang pun kamu tidak harus terlalu mengencangkan ikat pinggang untuk urusan makan.

Selain khawatir soal makananan, yang membedakan sensasi Ramadan di rumah dan di perantauan adalah saat tarawih.

Saat di rumah, semua kebutuhan bisa tercukupi, jadi kamu bisa beribadah dengan tenang bersama keluarga. Beda dengan kalau di perantauan, semua kebutuhan harus dipenuhi sendiri dan pergi tarawih dan pengajian pun pergi sendiri.

Tapi, masalah paling krusial yang sangat bikin kangen rumah saat bulan puasa adalah suara ibu yang membangunkan untuk sahur.

Rasanya tidak ada suara alarm handphone yang bisa menggantikan suara teriakan ibu yang susah payah membangunkan untuk sahur. Berkat ibu juga, kamu jadi hampir tidak pernah ketinggalan bangun untuk sahur.

Sementara kalau di kosan, alarm handphone yang bisa diandalkan untuk membangunkan yang sayangnya sering tidak terdengar.

Saat-saat kesal dan sedih ketinggalan sahur ini yang kadang membuat rasa rindu rumah memuncak. Saat perasaan itu sudah memuncak dan tak tertahankan lagi, paket telpon dan kuota internet jadi andalan untuk melepas rindu.

Sekarang sudah ada paket lengkap saat Ramadan, internetan kuota besar hinggan 60GB dan nelpon ke semua operator 

****Penulis:Dessita Chairani, Tribunnews.com