Ketegasan Al-Qur'an tentang Amanah Orang yang Beriman dan Kecurangan Orang yang Zalim

 
Ketegasan Al-Qur'an tentang Amanah Orang yang Beriman dan Kecurangan Orang yang Zalim
Sumber Gambar: Freepik, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Ketika kita mengkaji tentang kecurangan, maka kita akan mendapati bahwa Al-Quran telah menegaskannya di dalam Surat Al-Tatfif/Al-Muthaffifin (orang-orang yang curang). Surat ini termasuk Surat Makkiyah yang terakhir diturunkan sebelum hijrah. Surat ini terdiri dari 36 ayat.

Secara umum esensi surat ini membicarakan empat hal, yaitu ancaman terhadap orang-orang yang melakukan kecurangan dalam takaran dan timbangan. Selain itu juga tentang keadaan orang-orang yang durhaka pada Hari Kiamat, keadaan orang-orang yang berbakti kepada Allah pada Hari Kiamat dan ejekan-ejekan orang kafir terhadap orang Mukmin di dunia yang kelak mereka akan mendapatkan balasannya di Akhirat.

Belajar dari Surat Al-Tatfif/Al-Muthaffifin

Dalam Surat Al-Tatfif/Al-Muthaffifin ayat 1-6, Allah SWT mence­ritakan tentang perilaku orang-orang yang mengurangi timbangan atau takaran dalam jual beli.

Allah SWT berfirman:

وَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِيْنَۙ الَّذِيْنَ اِذَا اكْتَالُوْا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُوْنَۖ وَاِذَا كَالُوْهُمْ اَوْ وَّزَنُوْهُمْ يُخْسِرُوْنَۗ اَلَا يَظُنُّ اُولٰۤىِٕكَ اَنَّهُمْ مَّبْعُوْثُوْنَۙ لِيَوْمٍ عَظِيْمٍۙ يَّوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَۗ

Celakalah orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)! (Mereka adalah) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi. (Sebaliknya,) apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka kurangi. Tidakkah mereka mengira (bahwa) sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar (Kiamat), (yaitu) hari (ketika) manusia bangkit menghadap Tuhan seluruh alam?

Menurut satu riwayat Asbabun Nuzul, ayat ini berkaitan dengan adanya sebagian orang penduduk Madinah yang curang dalam takaran atau timbangan. Ketika Rasulullah SAW sampai di Madinah, beliau melihat dan mengetahui akan kebiasaan buruk penduduk Madinah tersebut. Kemudian Allah menurunkan ayat ini sebagai anca­man kepada mereka, orang-orang yang melakukan kecurangan dalam menim­bang.

Pasca turunnya ayat ini, orang-orang Madinah pun berubah menjadi orang-orang yang jujur dalam menimbang. Mereka sadar dan takut karena semua perilaku buruk mereka kelak tercatat dalam satu kitab yang disebut dengan sijjin dan catatan-catatan tersebut lah yang akan digunakan sebagai landasan untuk membalas kecurangan-kecurangan yang telah mereka lakukan dan akan dipertanggungjawaban mereka di hada­pan ilahi.

Bagi mereka yang hatinya telah tertu­tup dari rahmat Allah, tentu akan terus mempraktikkan kecurangan-kecura­ngan dalam hidupnya dan sampai pada akhirnya nanti Allah SWT akan menim­pakan kepada mereka azab yang pedih. Hal ini diuraikan pada ayat berikutnya 7-17.

Allah SWT berfirman: 

كَلَّآ اِنَّ كِتٰبَ الْفُجَّارِ لَفِيْ سِجِّيْنٍۗ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا سِجِّيْنٌۗ كِتٰبٌ مَّرْقُوْمٌۗ وَيْلٌ يَّوْمَىِٕذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَۙ الَّذِيْنَ يُكَذِّبُوْنَ بِيَوْمِ الدِّيْنِۗ وَمَا يُكَذِّبُ بِهٖٓ اِلَّا كُلُّ مُعْتَدٍ اَثِيْمٍۙ اِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِ اٰيٰتُنَا قَالَ اَسَاطِيْرُ الْاَوَّلِيْنَۗ كَلَّا بَلْ ۜرَانَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ كَلَّآ اِنَّهُمْ عَنْ رَّبِّهِمْ يَوْمَىِٕذٍ لَّمَحْجُوْبُوْنَۗ ثُمَّ اِنَّهُمْ لَصَالُوا الْجَحِيْمِۗ ثُمَّ يُقَالُ هٰذَا الَّذِيْ كُنْتُمْ بِهٖ تُكَذِّبُوْنَۗ

“Jangan sekali-kali begitu! Sesungguhnya catatan orang yang durhaka benar-benar (tersimpan) dalam Sijjin. Sijjin adalah nama kitab yang mencatat segala perbuatan orang-orang yang durhaka. Tahukah engkau apakah Sijjin itu? (Ia adalah) kitab yang berisi catatan (amal). Celakalah pada hari itu bagi para pendusta, yaitu orang-orang yang mendustakan hari Pembalasan. Tidak ada yang mendustakannya, kecuali setiap orang yang melampaui batas lagi sangat berdosa. Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berkata, “(Itu adalah) dongeng orang-orang dahulu.” Sekali-kali tidak! Bahkan, apa yang selalu mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (rahmat) Tuhannya. Maksudnya adalah sekali-kali tidak seperti apa yang mereka katakan, yakni bahwa mereka dekat pada sisi Tuhan. Sesungguhnya mereka kemudian benar-benar masuk (neraka) Jahim. Lalu dikatakan (kepada mereka), “Inilah (azab) yang selalu kamu dustakan.”

Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Membalas segala amal perbuatan. Allah SWT tidak pernah menging­kari janji. Dia akan memberikan ganjaran kepada semua ben­tuk kejahatan yang dilakukan makhluk-Nya. Begitu juga, Allah akan memberikan balasan terbaik bagi orang-orang yang yang melakukan amal sholeh dan berbakti kepada-Nya.

Allah SWT tidak akan pernah menyia-nyiakan kebaikan hamba-Nya. Hamba-hamba-Nya yang sholeh itu akan dibalas dengan mendapatkan kenikmatan yang luar biasa, yang tidak pernah terbayangkan oleh pikiran dan khayalan manusia.

Semua kebaikan yang dilakukan manusia dicatat di dalam satu kitab yang disebut 'illiyin. Dan kitab inilah yang kelak akan menjadi bukti tentang kebaikan-kebaikan yang dilakukan manusia.

Balasan terbaik di Hari Kiamat kelak akan diperuntukkan kepada mereka yang berbakti kepada Allah. Allah SWT menyiapkan bagi mereka tempat-tempat yang indah untuk menikmati hidangan dan berbagai kenikmatan yang dianugerahkan.

Mengenai hal itu, Allah SWT mengkisahkannya di dalam Surat Al-Tatfif/Al-Muthaffifin ayat 18-28, sebagaimana berikut ini:

كَلَّآ اِنَّ كِتٰبَ الْاَبْرَارِ لَفِيْ عِلِّيِّيْنَۗ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا عِلِّيُّوْنَۗ كِتٰبٌ مَّرْقُوْمٌۙ يَّشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُوْنَۗ اِنَّ الْاَبْرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍۙ عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِ يَنْظُرُوْنَۙ تَعْرِفُ فِيْ وُجُوْهِهِمْ نَضْرَةَ النَّعِيْمِۚ يُسْقَوْنَ مِنْ رَّحِيْقٍ مَّخْتُوْمٍۙ خِتٰمُهٗ مِسْكٌ ۗوَفِيْ ذٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنٰفِسُوْنَۗ وَمِزَاجُهٗ مِنْ تَسْنِيْمٍۙ عَيْنًا يَّشْرَبُ بِهَا الْمُقَرَّبُوْنَۗ

“Sekali-kali tidak! Sesungguhnya catatan orang-orang yang berbakti benar-benar tersimpan dalam ‘Illiyyin. Tahukah engkau apakah ‘Illiyyin itu? (Itulah) kitab yang berisi catatan (amal), yang disaksikan oleh (malaikat-malaikat) yang didekatkan (kepada Allah). Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan. Mereka (duduk) di atas dipan-dipan (sambil) melepas pandangan. Engkau dapat mengetahui pada wajah mereka gemerlapnya kenikmatan. Mereka diberi minum dari khamar murni (tidak memabukkan) yang (tempatnya) masih diberi lak (sebagai jaminan keasliannya). Laknya terbuat dari kasturi. Untuk (mendapatkan) yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. Campurannya terbuat dari tasnim, (yaitu) mata air yang diminum oleh mereka yang didekatkan (kepada Allah).”

Kemudian pada ayat 29-36 Allah SWT berfirman tentang orang-orang beriman yang diejek dan diolok-olok oleh mereka yang melakukan perbuatan dosa. Mereka menertawakan orang-orang beriman yang konsisten dan istiqomah mengamalkan perintah Tuhan dalam menegakkan kebenaran, melaksa­nakan amar ma’ruf nahi munkar.

Allah SWT berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ اَجْرَمُوْا كَانُوْا مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يَضْحَكُوْنَۖ وَاِذَا مَرُّوْا بِهِمْ يَتَغَامَزُوْنَۖ وَاِذَا انْقَلَبُوْٓا اِلٰٓى اَهْلِهِمُ انْقَلَبُوْا فَكِهِيْنَۖ وَاِذَا رَاَوْهُمْ قَالُوْٓا اِنَّ هٰٓؤُلَاۤءِ لَضَاۤلُّوْنَۙ وَمَآ اُرْسِلُوْا عَلَيْهِمْ حٰفِظِيْنَۗ فَالْيَوْمَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُوْنَۙ عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِ يَنْظُرُوْنَۗ هَلْ ثُوِّبَ الْكُفَّارُ مَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ ࣖ

“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang dahulu selalu mentertawakan orang-orang yang beriman. Apabila mereka (orang-orang yang beriman) melintas di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Apabila kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira ria (dan sombong). Apabila melihat (orang-orang mukmin), mereka mengatakan, “Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang sesat,” padahal mereka (orang-orang yang berdosa itu) tidak diutus sebagai penjaga (orang-orang mukmin). Pada hari ini (hari Kiamat), orang-orang yang berimanlah yang menertawakan orang-orang kafir. Mereka (duduk) di atas dipan-dipan (sambil) melepas pandangan. Apakah orang-orang kafir itu telah diberi balasan (hukuman) terhadap apa yang selalu mereka perbuat?”

Dengan dukungan kekuasaan, uang dan harta, orang-orang yang menging­kari Tuhan memiliki kebebasan melaku­kan kerusakan dan kemaksiatan, bebas mengumbar nafsu dan keinginan syah­watnya. Mereka menganggap sesat dan dungu melihat orang-orang sholeh yang berbakti kepada Tuhan. Begitulah kon­disi dan perihal orang-orang beriman yang ditertawai oleh mereka yang kafir, zalim lagi bergelimpangan maksiat.

Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Adil, tentu akan berpihak kepada mereka yang telah mengabdi kepada-Nya di dunia ini. Dia pasti akan memberikan balasan yang sesuai kepada mereka yang mengabdi dan memuja-Nya. Sebalikny, Allah SWT tidak akan memberikan pertolongan kepada orang-orang yang telah menertawakan serta mengejek orang-orang yang beriman. Dan mereka akan dimasukkan ke tempat yang paling hina dan keras siksaannya, yaitu di Neraka. Dan kemudian, pada akhirnya, mereka orang-orang berimanlah yang gantian mener­tawakan orang-orang zalim yang mengikuti hawa nafsunya itu.

Gambaran gamblang tentang balasan orang-orang zalim dan kafir di atas, harus menjadi pelajaran bagi setiap orang agar menjauhi perbuatan itu. Sebaliknya, bagi orang-orang yang beriman harus selalu istiqomah dan semakin kuat imannya, karena Allah SWT telah menjanjikan tempat terbaik kelak di Akhirat bagi mereka yang taat dan patuh kepada-Nya di dunia ini. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 31 Mei 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Sofyan

Editor: Hakim