Biografi KH. Syamsul Mu’in Cholid, Muasis Pesantren Darul Amien Banyuwangi

 
Biografi KH. Syamsul Mu’in Cholid, Muasis Pesantren Darul Amien Banyuwangi

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat
1.3  Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru
2.3  Mendirikan Pondok Pesantren

3.    Penerus
3.1  Anak-anak

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Karier Beliau

5.    Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga 

1.1 Lahir
KH. Syamsul Mu’in Cholid yang memiliki nama asli Abdul Mu’in merupakan putra bungsu dari 6 bersaudara dari KH. Abdul Jalil. Beliau dilahirkan di Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, kab.Banyuwangi pada tanggal 13 Juni 1931. Ayahanda beliau bukan masyarakat Banyuwangi asli, beliau merupakan perantau dari kota Kediri yang aslinya berasal dari Semarang, Jawa Tengah, kemudian beliau hijrah ke selatan Pulau Jawa atau lebih tepatnya di Banyuwangi.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, ayah KH. Syamsul Mu’in Cholid kecil berprofesi sebagai petani.KH. Syamsul Mu’in Cholid kecil pada masa ini dididik langsung oleh ayahandanya. Namun, kebersamaan KH. Syamsul Mu’in Cholid dengan ayahnya tak berlangsung lama, pada usia 8 tahun Kyai Abdul Jalil berpulang menghadap ke hadirat Allah. Ini merupakan ujian pertama kali yang dirasakan oleh KH. Syamsul Mu’in Cholid kecil.

Disebabkan karena KH. Syamsul Mu’in Cholid memiliki sifat tahan banting dan gigih dalam menuntut ilmu, maka kemudian beliau diasuh oleh Mbah Abdul Syarif dari Desa Sambirejo. Mbah Abdul Syarif sendiri tidak memiliki hubungan darah dengan KH. Syamsul Mu’in Cholid kecil ini, namun rasa simpati yang besar dan faktor beliau belum dikarunia keturunan menyebabkan beliau ingin mengasuh KH. Syamsul Mu’in Cholid kecil dan beliau menganggapnya seperti seorang putranya sendiri.

1.2 Wafat
KH. Syamsul Mu’in Cholid berpulang ke Rahmatullahi pada tanggal 24 Maret 2011, Beliau wafat meninggalkan 1 istri dan 8 putra yang kini meneruskan perjuangannya.

1.3 Riwayat Keluarga
Pada tahun 1953 Masehi, KH. Syamsul Mu’in Cholid menikah dengan seorang wanita bernama Rofi’atul Barirah asal desa Mojosari, Tegalsari. Setelah kitab Ihya Ulumuddin selesai, beliau memutuskan keluar dari pesantren (boyong) bersama istrinya dan tinggal di kediaman mertuanya, Mojosari. Pernikahan mereka dikarunia delapan anak.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

Selama mengabdikan diri menjadi santri, KH. Syamsul Mu’in Cholid sering ditugasi untuk mengumandangkan adzan di masjid pesantren tersebut, dikarenakan beliau memiliki suara yang bagus. Selain itu, berkat sifat takdzim yang besar kepada Kyai Syafa’at menjadikan beliau sering dipasrahi oleh pendiri pesantren tersebut untuk momong putra pertamanya yakni Gus Hisyam Syafa’at yang kini mejadi pengasuh utama Pondok Pesantren Darussalam, Blokagung.

2.2 Guru-guru beliau saat menuntu ilmu di antaranya:

  1. KH. Abdul Jalil
  2. KH. Mukhtar Syafa’at

2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
Pada tanggal 6 Maret 1964 ditengarai sebagai tonggak berdirinya Pondok Pesantren Darul Amien. Dalam perjalanan awal berdirinya pondok pesantren tersebut, tercatat Kyai Mu’in berhasil mendatangkan 20 santri yang berasal dari Semarang.

Sosok ulama yang memiliki sifat welas asih dan halus dalam bertutur kata tersebut mengikuti jejak gurunya dengan menjadikan kitab Ihya Ulumuddin sebagai basis utama pengajaran beliau dalam merintis pesantren.

Berbagai tantangan telah dihadapi beliau ketika pertama kali mendirikan pesantren. Setahun setelah berdiri atau lebih tepatnya pada tahun 1965, meletuuslah tragedi G-30 S/ PKI. Belum lagi tantangan berupa gangguan dari makhluk halus mengingat daerah tersebut dulunya merupakan kawasan yang wingit. Namun dengan sabar dan telaten beliau menghadapi itu semua tanpa ada rasa mengeluh.

Dari tahun ketahun banyak santri mukim dan santri kalong yang menimba ilmu kepada Kyai Mu’in. Mayoritas dari mereka berasal dari Semarang, hingga masyarakat sekitar mengenal pesantren beliau sebagai pesantren Semarangan. Akan tetapi, sejak krisis moneter sejak tahun 1997 sampai 1998 jumlah santri di pesantren ini kian menyusut.

Pada tahun 2010 beliau berinisasi mendirikan sekolah formal guna menghidupkan kembali kegiatan pesantren yang hampir mati. Akhrinya berdirilah Madrasah Tsanawiyah Darul Amien sebagai salah satu sekolah formal pertama yang berdiri di pondok pesantren Darul Amien.

3. Penerus

3.1 Anak Beliau
KH. Damanhuri Sirojuddin Mugi

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

Seusai menamatkan kitab Ihya’, Kyai Mu’in pun berdomisili di sebelah masjid yang terdapat di dusun Pekalongan, disana beliau diminta masyarakat untuk memakmurkan masjid tersebut. Keberadaan keluarga kecil tersebut di dusun Pekalongan tidak berlangsung lama. Akhirnya Kyai Mu’in beserta keluarga kecilnya hijrah ke desa Sambirejo, tempat dimana beliau dulu diasuh oleh Mbah Abdus Syarif. Di desa inipun kehidupan beliau tidak berlangsung lama, sehingga mengharuskan beliau sekeluarga hijrah kembali ke dusun Mojosari, desa Tegalsari. Tempat mertua beliau, yakni Kyai Nur Hamid dan Nyai Marsinah tinggal.

Keberadaan Kyai Mu’in di dusun Mojosari tersebut terdengar sampai di dusun Gembolo, desa Purwodadi. Dahulunya di dusun Gembolo tersebut terdapat pesantren yang diasuh oleh Kyai Kasan. Namun semenjak kewafatannya, tidak ada generasi penerus beliau yang membina pesantren tersebut yang pada akhirnya pesantren tersebut menjadi vakum hingga menyisakan masjid wakaf beliau. Keberadaan masjid wakaf dan pesantren tersebut pernah dihidupi oleh Kyai Ilyas, namun hal tersebut tidak bertahan lama. Di tengah kevakuman tersebut, santri – santri senior Kyai Kasan meminta kepada Kyai Mu’in untuk tinggal di dusun tersebut dan memakmurkan kembali masjid dan pesantren yang telah vakum tersebut.

4.1 Karier

Karier Profesional
Pengasuh Pesantren Darul Amien Banyuwangi

5. Referensi

Manakib Ringkas KH. Syamsul Mu’in Cholid

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya