Biografi KH. Raden Zainuddin Syafi’i, Ulama Besar dari Purworejo

 
Biografi KH. Raden Zainuddin Syafi’i, Ulama Besar dari Purworejo

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Menjadi Pengasuh Pesantren
3.2  Menjadi Mursyid Tarekat

4.    Karomah
5.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Raden Zainuddin Syafi’i, lahir di Desa Wonokromo Jejan Bantul DIY. Pada tahun 1903 M.

1.2 Riwayat Keluarga
Beliau menikah dengan Nyai Shofiyah, putri simbah KH. Siradj pengasuh pondok Pesantren Maron. Dari pernikahannya beliau dikaruniai putra-putri, yakni:

  1. K.R. Chasanudin,
  2. Ny Cholimah,
  3. KH. R Chamid,
  4. K.R. Chabib,
  5. Nyai Chamidah,
  6. KH.R. Charist,
  7. Nyai Hasyimah,
  8. Nyai Asiyah,
  9. K.R. Hisyam.

Putra-putra beliau yang masih hidup seperti KH. R. Charist, K.R, Hisyam masuk dalam dewan penasehat pondok Pesantren maron hingga sekarang.

1.3 Wafat
Beliau wafat diusia ke 75 tahun dan menyebabkan kehilangan yang luar biasa lagi para santri dan masyarakat Maron. Pada masa kepemimpinan beliau Pesantren maron mengalami banyak perkembangan. Haul KH. R. Zenuddin Syafi’i diselenggarakan setiap tanggal 22 jumadil’ula.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Beliau melalui pendidikannya di Pesantren saat beliau masih berusia 13 tahun, setelah terlebih dahulu belajar kepada ayahnya sendiri.

Awal beliau berguru kepada Kyai Ibrohim di Pesantren Lerap Kebumen. Beberapa tahun kemudian beliau pindah kepondok besar lainnya, yakni pondok Pesantren Termas, Pacitan, Jawa Timur. Di Pesantren Termas beliau mendapat julukan Kyai Jangkrik. Setelah itu beliau masih melakukan pengembaraan belajar diberbagai pondok Pesantren hingga umur beliau 31 tahun.

2.2 Guru-Guru

  1. Kyai Ibrahim,
  2. KH. Dimyathi Termas,
  3. KH. Ghozali,
  4. KH. Nawawi Jogja,
  5. KH. Dalhar Watu Congol
  6. KH. Siradj

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

3.1 Menjadi Pengasuh Pesantren
Kepengurusan Pesantren diserahkan oleh KH. Ghozali kepada beliau. KH. Ghozali berniat untuk lebih berkonsentrasi mengabdi kepada masyarakat  desa.

Setelah kepengasuhan pondok di serahkan pada KH. R. Zainuddin beliau tetap mempertahankan metode salaf dengan mengajarkan berbagai ilmu yang sedikit banyak terpengaruh dari tempat beliau nyantri dulu. Sebut saja ilmu fiqih yang condong ke pondok Pesantren Termas di bawah asuhan KH. Dimyathi. Ilmu Nahwu dan Shorof  berkiblat pada Pesantren Lerap kebumen. Dibidang Thoriqoh beliau mendapatkan pengalaman dari Pesantren KH. Nawawi Jogja, dan pada bidang Tasawwuf beliau berkiblat pada Pesantren KH. Dalhar Watu Congol Magelang.

3.2 Menjadi Mursyid Tarekat
Namun, bukan hanya ilmu syariat yang beliau ajarkan. Adat dan tata krama pun beliau ajarkan langsung dengan keseharian beliau yang selalu menggunakan bahasa kromo meski terhadap santri.

Pada keluarganya pun beliau selalu mengajarkan untuk hidup sederhana. Tahun demi tahun KH. R. Zainuddin dan Nyai Shofiah jalani dengan sederhana dari hasil kebun dan sawah ditambah dari hasil usaha reperasi jam.

Tahun 1950 M. beliau mulai mendirikan baiatan thoriqoh yang diambil dari kakak ipar beliau yaitu KH. Nawawi, yaitu thoriqoh Syatoriah. Thoriqoh yang sangat cocok untuk masyarakat karena wiridnya tidak banyak. Thoriqoh ini di populerkan oleh Syekh Ahmad Q-Usyasi yang dibawa dari India. Selama mengasuh Pesantren beliau dikenal santri dan masyarakatnya sebagai ahli thoriqoh dan juga ahli tirakat bahkan selama lebih dari 10 tahun beliau tidak makan nasi.

4. Karomah
4.1 Bisa Berkomuniasi dengan Orang yang Sudah Meninggal

Diceritakan suatu ketika KH.R. Zainuddin Syafi’i sedang melayat. Oleh pemilik rumah beliau dipersilahkan duduk di serambi depan dekat dengan jenazah, tak lama kemudian pemilik rumah kaget karena melihat beliau berbicara sendiri yang setelah diperhatikan ternyata beliau berbicara dengan arwah jenazah tersebut. Bahkan ada yang mengatakan beliau pernah berbicara dengan Syekh Abdul Qodir Jaelani.

Pengalaman lain adalah ketika beliau sedang mengajar kitab Bukhari pada para santrinya.
Sewaktu akan melanjutkan kehalaman berikutnya ternyata kitabnya hilang 1 halaman. Beliau tidak lantas berhenti namun tetap melanjutkan seakan beliau sudah hafal betul kitab tersebut.

4.2 Bermimpi Bertemu Nabi Muhammad SAW
Waktu masih mondok di termas pun beliau memiliki pengalaman menarik ketika beliau ketiduran ba’da Subuh, beliau bermimpi didatangi oleh sahabat Abu Bakar sambil tersenyum. Setelah itu hilang kemudian datang sahabat Umar bin Khattab, setelah itu berurutan Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib. Sahabat Ali ngendikan,”Jangan bangun dulu sebentar lagi kanjeng nabi akan rawuh”. Tidak berapa lama setelah itu kanjeng Nabi Muhammad SAW rawuh dan berjabat tangan dengan beliau. Setelah kejadian itu tangan dan tempat beliau ketiduran harum selama 40 hari.

4.3 Menolong Harimau
Kejadian unik lagi yang diceritakan untuk salah satu cucu beliau,yakni KH. R. Chamid. Bahwa mbah Zen pernah menolong macan dihutan. Sebagai balas budi macan tersebut mendatangi kediaman mbah Zen dan memberikan seekor kidang yang telah mati, mbah Zen waktu itu menolak pemberian macan tersebut dan berkata bahwa hewan yang telah mati itu menjadi bangkai dan tidak halal dimakan, sehari setelahnya macan tersebut kembali lagi membawa kidang masih hidup dengan dipatahkan kakinya.

4.4 Mengaji Kepada Nabi Khidzir AS
Ada cerita juga bahwa ketika mbah Zen menemukan persoalan yang sulit beliau langsung menanyakan kepada mualifnya. Bahkan ada juga yang menceritakan bahwa beliau pernah mengaji kepada Nabi Khidzir AS.

5. Referensi 

  1. Nu Online/nu.or.id
  2. Bacaini.id
 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya