Dilarang Mengkhianati Amanah

 
Dilarang Mengkhianati Amanah

LADUNI. ID, KEAGAMAAN -Banyaknya kecurangan terjadi karena manusia tidak berdaya untuk menahan gempuran setan agar melaku­kan perbuatan yang melanggar nilai-nilai kebenaran dan merusak moral.

Setan dalam al-Misbahul Munir diartikan dengan yang jauh dari kebenaran atau rahmat Allah swt. Menurut Ibnu Jarir setan dalam bahasa Arab adalah setiap yang durhaka dari jin, manusia atau hewan atau dari segala sesuatu.

 Tipu daya setanlah yang telah mengajak dan menjeru­muskan manusia agar tidak amanah, sedangkan Tuhan memerintahkan kepada semua insan agar berlaku amanah, tidak menyelewengkan dan mengkhianati amanah yang diberikan kepadanya.

Sudah saatnya seorang Muslim dengan berbagai profesi yang mereka miliki menyadari dan memberikan perlawanan sengit menghadapi musuh yang gencar melakukan tipu daya, merusak amal seseorang. 

Oleh karena­nya, seorang pemimpin tidak mela­kukan kecurangan dengan melegalkan semua cara agar terpilih menjadi pemimpin, Rasulullah saw. mengi­ngatkan dari Ma’qil bin Yasar radi­yallahuanhu berkata, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:

,”Tidaklah seorang hamba yang diberi amanah oleh Allah memimpin bawahannya yang pada hari kematiannya ia masih berbuat curang atau menipu rakyatnya melain­kan Allah mengharamkan surga atasnya” (HR. Muttafak ‘Alaih).

Dalam konteks yang lain, seorang siswa atau mahasiswa jangan melaku­kan kecurangan dengan melihat catatan pada saat ujian, para pejabat jangan melakukan suap, korupsi, kepa­da para hakim atau juri jangan mela­kukan kecu­rangan dengan meme­nang­kan pasa­ngan tertentu, para pedagang jangan melakukan kecura­ngan dengan mengu­rangi timbangan karena semua amanah yang diberikan kepada kita kelak akan dimintai pertang­gungja­waban di sisi-Nya.

Sejatinya kita menjadi individu yang optimis serta konsisten melakukan sesuatu dengan jujur, tidak memiliki pemikiran untuk melegalkan dan menghalalkan kecurangan-kecurangan dalam mencapai tujuan. 

Patut kita catat, bahwa pelaku kecurangan akan mendapatkan siksa dan azab Allah, termasuk ke dalam kelompok orang-orang munafik yang azabnya sangat pedih, menjauhkan dari keberkahan, menzalimi masyarakat, menjadikan permusuhan dan menebar bibit keben­cian kepada orang lain serta meng­khianati amanah,

 ”Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu meng­khianati Allah dan Rasul dan janganlah kamu menghianati amanah yang diberikan kepada kamu, sedang­kan kamu mengetahui”.

Wabilakhir, cukuplah surat al-Mutaffifin menjadi pedoman dan acuan kita untuk menjauhi semua bentuk kecurangan-kecurangan dalam seluruh aspek kehidupan. Wallahu a’lam.

*Sofyan, Penulis dosen di STAI Darularafah Deli Serdang