Biografi KH. Achmad Nashihin, Muasis Pesantren Darul Hikmah Al-Ghazalie Jember

 
Biografi KH. Achmad Nashihin, Muasis Pesantren Darul Hikmah Al-Ghazalie Jember

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2 Wafat
1.3 Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru

3.    Penerus
3.1  Anak

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Mendirikan Pesantren
4.2  Karier Beliau

5.    Referensi

 

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
KH. Achmad Nashihin merupakan keturunan ulama’ di Jember. Maka tak heran jika Ia mewarisi kharisma dari para leluhurnya. Keistmewaannya telah tampak sejak remaja. Jika pemuda seusianya lebih banyak disibukkan dengan aktifitas yang kurang begitu bermanfaat, maka beliau menghabiskan waktunya dengan belajar ilmu agama. Ia lahir di Baratan, Antirogo-Jember pada tanggal 12 januari 1963 Masehi atau bertepatan dengan 08 Sya’ban 1382 Hijriyah.

Beliau lahir dari pasangan KH. Achmad Rofi’i dan Nyai Salima yang merupakan tokoh masyarakat setempat. Sekitar umur 2 tahun beliau telah ditinggalkan oleh Ayahnya yang meninggal di usia muda. Hal ini yang menyebabkannya harus berpindah-pindah tempat tinggal. KH. Achmad Nashihin tidak hanya tinggal dengan Ibunya, namun beliau juga sering tinggal dengan kakeknya, yaitu K.H. Ghazali. Nampaknya didikan dari sang kakek ini juga sangat berpengaruh terhadap kepribadian KH. Achmad Nashihin masa kecil.

1.2 Riwayat Keluarga
KH. Achmad Nashihin menikah dengan Nyai Hj. Ummu Azizah, dari pernikahan itu dikaruniai beberapa orang putera, diantaranya: M. Sofyan Zidni, Mubarok, Luluk Fajriah, Hanik, dan Linda.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Mengembara Menuntut Ilmu
Pendidikan KH. Achmad Nashihin diawali dengan belajar di SD Baratan selama 6 tahun. Setelah lulus SD beliau melanjutkan menuntut ilmu di
Pesantren Al-Kholili Kotok Kalisat-Jember selama 2 tahun.

Di Pesantren Al-Kholili, beliau dididik langsung oleh pengasuh pesantren, yaitu Kyai Kholili atau lebih dikenal dengan julukan Kyai Asmawa. Hanya tiga orang yang dididik langsung oleh Kyai Asmawa, dan beliau termasuk di dalamnya. Tak berselang lama setelah itu beliau merasakan ingatannya sangat tajam dan sangat mudah mencerna pelajaran, bahkan beliau hafal semua kitab yang dijadikan mata pelajaran di Pesantren Al-Kholili.

Mengetahui hal tersebut, para ustadzpun mengetes kemampuannya dengan memberikan kesempatan kepada seluruh santri untuk bertanya semua pelajaran. Hasilnya, beliau bisa menjawab semua pertanyaan dengan lancar dan dengan jawaban yang benar.

Setelah nyantri di pesantren Al-Kholili, KH. Achmad Nashihin melanjutkan menuntut ilmu di pondok pesantren Salafiyah Safiiyyah Sukorejo Sitobondo asuhan KH.R. As’ad Syamsul ‘Arifin.

Setelah 5 tahun nyantri di pesantren Salafiyyah, beliau melanjutkan pendidikannya dengan belajar di SMA 2 Jember selama setahun. Beliau juga tidak bisa menjelaskan kenapa pendidikan yang umumnya ditempuh 3 tahun tersebut dapat ditempuh dalam waktu satu tahun. Dalam waktu setahun ini beliau digembleng secara pribadi oleh Kyai Abdus Shomad yang menjadi pengasuh pesantren Darussalam.

Setelah lulus dari SMA 2 Jember, beliau melanjutkan rihlah ilmiahnya dengan melnjutkan ke IAIN Jember sembari nayntri di Pesantren Darus Salam asuhan Kyai Abdus Shomad.

2.2 Guru-Guru:

  1. KH. Kholili Jember
  2. KH.R. As’ad Syamsul ‘Arifin
  3. KH. Abdus Shomad

3. Penerus Perjuangan

3.1  Anak beliau:

  1. M. Sofyan Zidni
  2. Mubarok
  3. Luluk Fajriah
  4. Hanik
  5. Linda

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

KH. Achmad Nashihin dalam mengasuh pesantren salah satunya ialah beliau selalu menjadi imam untuk sholat berjama’ah lima waktu. Selain itu beliau juga mengajar kitab bidayatul hidayah karya Imam Ghazali yang diikuti oleh semua santri. Beliau mengajar kitab pada hari selasa ba’da isya’ dan tidak mengajar selain hari itu.

Dalam menyampaikan materinya, model pengajaran yang dipilih olehnya tidak jauh berbeda dengan kyai-kyai lainnya, yaitu dengan membaca beberapa kalimat dan kemudian menerangkannya. Kadangkala beliau juga mengambil referensi dari kitab lain dalam menerangkan bidayah dan seringkali mengaitkannya dengan kondisi-kondisi aktual masa kini.

Selain kesibukan di atas, kesibukannya dengan para santri adalah memimpin dzikir yang diawali dengan shalat tasbih tiap malam jum’at dari pukul 21.00-22.30. Pengasuh pesantren Darul Hikmah memang terkenal sebagai seorang yang ahli ibadah. Maka tidak heran jika santri-santrinya bukan hanya dituntut agar rajin belajar, namun juga harus rajin beribadah. Hal ini juga tampak dari aturan yang beliau buat, yaitu mewajibkan santri-santri untuk sholat malam dan sholat dhuha.

Kesibukan KH. Achmad Nashihin dalam membina jamaah dzikir padhang bulan ini dimulai sekitar tahun 2007. Kesibukan ini bermula setelah beliau mendirikan jamaah dzikir padhang bulan di pesantrennya. Animo masyarakat yang besar terhadap kegiatan ini mengahruskannya pintar-pintar membagi waktu mengingat aktifitas beliau yang sangat padat.

Sejak awal berdirinya majelis ini, beliau selalu berusaha istiqomah meluangkan waktunya untuk kegiatan yang diadakan tip bulan ini. Posisinya sebagai pembina tentu memegang peranan sentral dalam kegiatan ini. Ditambah lagi, beliau enggan mewakilkan kegiatan ini kepada orang lain untuk memimpin agenda dzikir, kecuali sangat terdesak, sebab KH. Achmad Nashihin ingin lebih dekat dengan masyarakat sekitar.

Kesibukannnya yang begitu padat seringkali membuatnya kurang memiliki banyak waktu bersosialisasi dengan masyarakat. Maka dengan adanya kegiatan ini KH. Achmad Nashihin memiliki waktu khusus untuk bersosialisasi dan bercengkrama dengan masyarakat sekitar. Pengaruh kegiatan ini juga sangat dirasakan manfaatnya memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat, terutama dengan hal-hal yang berhubungan dengan spiritual
masyarakat.

Kesungguhannya untuk membesarkan majelis ini begitu kuat. Hal ini dapat dilihat dari publikasi yang dilakukan olehnya begitu getol. Beliau tidak bosan-bosannya mengingatkan masyarakat untuk mengikuti dzikir ini. Hal ini bukan semata-mata untuk meningkatkan popularitasnya, terlebih untuk mencari materi. Tanpa acara seperti ini pun namanya telah harum di kota Jember karena ia sering diundang untuk mengisi ceramah-ceramah, baik di pemerintahan maupun di tengah-tengah masyarakat.

Cukuplah kekayaannya yang melimpah yang menjawab bahwa bukan materi yang dicarinya, bahkan beliau membagi-bagikan nasi gratis untuk semua jama’ah. Jika bukan karena mengharap ridha Allah tentu sangatlah berat untuk melaksanakan tugas mulia ini.

4.1 Mendirikan Pesantren
Pondok pesantren ini berdiri pada 1987 dan didirikan oleh KH. Drs. Achmad Nashihin AR. Seiring dengan perkembangan zaman, pesantren Darul Hikmah mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik perkembangan dari segi sarana prasarana maupun dari segi banyaknya santri yang mondok di tempat tersebut.

Lembaga pendidikan yang ditawarkan kepada masyarakat juga sangat beragam, mulai dari tingkat Paud sampai tingkat SMA. Bahkan dulu sempat dibuka perguruan tinggi namun dibubarkan karena sepinya peminat karena meyakinkan pentignya pendidikan di tengah masyarakat itu tidaklah mudah. Untuk lembaga pendidikan di semua tingkatan dibagi menjadi dua semua, seperti ada SD dan MI, ada SMP dan MTS, dan selanjutnya ada SMA dan SMK.

Pembagian ini dilakukan karena beragamnya kebutuhan masyarakat sekitar. Untuk jumlah siswa yang belajar di Pesantren Darul Hikmah kira-kira sekitar ribuan, namun untuk jumlah santri yang menetap di pesantren sekitar 400-an.
 

4.2 Karier

Karier Profesional:

  1. Pengasuh pesantren Darul Hikmah Al-Ghazalie
  2. Pembina Dzikir Padhang Bulan
  3. Komisaris PT Al-Ghazaalie Citra Utama(KBIH)

5. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs:
https://digilib.uinsa.ac.id/

 

 

 

 

 

 

 

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya