Melestarikan Semangat dan Nilai Ramadhan

 
Melestarikan Semangat dan Nilai Ramadhan

LADUNI.ID - Semangat tidak hanya besar kemauan dalam waktu sesaat, tapi seharusnya mampu menyemangati dalam memelihara nilai-nilai Ramadhan selama 11 bulan yang akan datang. Bersemangat puasa dan shalat sunat tarwih dan witir serta tadarrus dan tadabbur al-Qur'an pada awal Ramadhan, tapi kemudian pada pertengahan sudah mulai kendor dan malas bahkan ketinggalan. Apalagi menjelang akhir Ramadhan, engan berbagai kesibukan.

Menjelang akhir Ramadhan masjid dan surau pun mulai sepi, shalat berjamaah yang awalnya mencapai tiga sampai lima baris, turun drastis sisa satu baris. Sebaliknya yang ramai adalah tempat dan pusat perbelanjaan. Padahal, justru menjelang akhir Ramadhan Nabi Muhammad SAW. semakin tekun dan rajin beribadah hampir tidak pernah tidur, Beliau membangunkan keluarganya untuk beribadah pada malam jelang akhir Ramadhan.

Kebiasaan yang terjadi pada sebagian umat Islam tersebut membuat aktivitas ibadah ritual kurang memberi kontribusi dan pengaruh terhadap proses pembentukan kualitas kepribadian umat Islam itu sendiri. Kesannya, adalah ibadah kurang bahkan tidak berpengaruh pada pembentukan kualitas kepribadian.

Oleh karena itu, perlu menjaga melestarikan semangat dan nilai Ramadhan, antara lain:

Pertama, menyiapkan diri dengan serius menyambut Ramadhan. Semangat bukan dibangun pada saat Ramadhan menjelang berakhir, tetapi semangat sudah dikuatkan sejak menjelang dan awal Ramadhan. Kesiapan itu sebetulnya menunjukkan adanya semangat dan keseriusan. Sikap awal ini sangat berpengaruh pada hasil akhir dari ibadah.

Kedua, menghayati dan mengerti tujuan ibadah. Ibadah dilakukan tidak semata-mata untuk mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya. Dalam al-Qur'an umumnya perintah ibadah diiringi tujuan yang ingin dicapai, misalnya perintah shalat, dirikanlah shalat li dzikri (untuk mengingat Aku), (QS. Thaha/ 20: 14). Dzikri dalam ayat ini maksudnya, agar selalu sadar akan kehadiran Allah dalam diri dan kehidupan sehingga terdorong untuk selalu menjauhi semua larangan-Nya dan melaksanakan perintah-Nya. Perintah mengeluarkan zakat, agar dapat membersihkan dan mensucikan, (QS. At-Taubah/9: 103). Puasa diwajibkan dengan tujuan untuk menggapai predikat takwa (la'allakum tattaqun). (QS. Al-Baqarah/2: 183).

Ketiga, menghindari hal-hal yang dapat merusak nilai ibadah puasa, seperti dusta, permusuhan, suka berdebat, menceritakan keburukan orang lain, gosip-gosip murahan, ngerumpi yang tak bernilai. Rasulullah SAW. mengingatkan: "Puasa bukanlah sekedar tidak makan dan minum, tapi sesungguhnya puasa adalah meninggalkan ucapan sia-sia, dusta, perbuatan pertengkaran dan permusuhan. (HR. Hakim dari Abu Hurairah).

Keempat, menyemarakkan Ramadhan dengan berbagai aktivitas ibadah, taklim, dan dakwah.

Kelima, menjelang akhir Ramadhan menumpahkan perhatian serius dan banyak introspeksi diri melalui kegiatan i'tikaf. Tidak ada jaminan Ramadhan tahun depan kita masih hidup.

Keenam, mengiringi kepergian Ramadhan dengan shalat ‘idul fitri dilanjutkan dengan memperbanyak silaturrahim atau halal bi halal. Semoga.

Oleh: Dr. Wajidi Sayadi