Risman Rachman, Sosok The Invisible Man dan Inspirator Asia

 
Risman Rachman, Sosok The Invisible Man dan Inspirator Asia

LADUNI. ID, KOLOM-Perawakannya tinggi besar. Tapi low profil, tidak suka frontal pada beberapa hal yang menurutnya tidak penting. Di kalangan Aktivis, baik Aceh, Jakarta maupun Asia dia sangat dikenal sebagai pribadi yang konsisten pada kemanusiaan, lingkungan dan perdamaian. 

Saking Low Profil, dia tidak terlihat tua. Mungkin juga karena pergaulannya yang tidak terbatas. Padahal, dia tokoh senior baik sebagai aktivis masyarakat sipil maupun sebagai jurnalis. 

Saya mengenalnya sudah lama, sejak Aceh di landa konflik dulunya. Dia pernah menjabat sebagai Koordinator Koalisi NGO HAM Aceh kala hubungan Aceh-Jakarta masih memanas. Dia juga sangat konsen terhadap isu lingkungan, bahkan ia juga pernah menjadi Deputi Eksekutif Walhi Aceh. 

Menurut saya, dia tipikal manusia filosofis. Sering menciptakan istilah-istilah yang sarat makna. Saat Aceh dalam konflik, dia pernah menawarkan konsep "Piagam Manusia Aceh" untuk mewujudkan Perdamaian yang bernilai Hak Asasi dengan tetap menjadi manusia Aceh. Untuk merawat perdamaian, dia juga menawarkan gagasannya tentang "PeACEHeart" Merawat Perdamaian Aceh dengan hati nurani. 

Dikalangan jurnalis, ia sosok yang konsisten. Setiap sesuatu yang berlawanan selalu ditumpahkan dengan pena dan tulisan. Ia pernah menjadi pendiri beberapa tabloid dan surat kabar. Salah satunya, tabloid Aceh Kita. Majalah yang sangat keras melawan kebijakan militer di Aceh. Saking kerasnya, dia harus hijrah keluar Aceh. 

Lahir di Rundeng, Meulaboh. Daerah para ulama dan Pahlawan. Di daerah ini, Teungku Chik di Rundeng dan Teuku Umar adalah dua icon yang sulit dipisahkan. Baginya, dua sosok ini adalah inspirasi. Tak heran, jika ia menjadi penggagas konsep Oemariyan. 

Bahkan, CIDSE salah satu lembaga internasional bidang perdamaian dan kemanusian yang memiliki belasan anggota di dunia menobatkannya sebagai salah satu Pribadi (dari 17 orang di dunia) yang menjadi Inspirasi di Asia. Kisah inspiratifnya ditulis dalam buku "You Can Inspire. Personal Stories of Peace from Asia". Buku ini, sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan terbit tahun 2007. 

Sebagai aktivis dan jurnalis, dia bukan tokoh "kemaren sore". Banyak konsep ia tuangkan, dan akhirnya dijalankan oleh para juniornya. Bahkan, dia telah mengkader banyak orang, baik aktivis ataupun jurnalis. Militansinya tak mampu dibeli. Perannya lebih banyak dibelakang layar, ia menjadi konseptor yang baik untuk beberapa hal. Bagi beberapa kalangan ia sangat dikenal sebagai Risman Rachman, the Invisible Man. 

Tulisan ini saya dedikasikan untuknya, sebagai rasa terimakasih atas ilmu "Investigative Journalism" yang diberikannya. Tabék!

***Tgk. Haekal Afifa, Kolumnis dan Penggiat Sejarah Aceh serta Ketua Institut Peradaban Aceh 

***Ket. Photo: 
Kliping Tabloid Kontras No. 121 Tahun IV Tanggal 24-30 Januari 2001▪Cover Buku "You Can Inspire. Personal Stories of Peace from Asia" edisi Bahasa Indonesia, 2007.