Azal : Kondisi Tanpa Awal Mula (Kajian Akidah)

 
Azal : Kondisi Tanpa Awal Mula (Kajian Akidah)

LADUNI.ID - Salah satu pondasi ilmu Tauhid adalah meyakini bahwa pada mulanya Allah sendirian (al-Awwal).

Saat itu tak ada apapun selain Allah. Saat itu tak ada tempat apapun, ruang apapun, arah apapun atau makhluk apapun. Tak ada Arasy, langit, bumi, galaksi, medan quantum, materi big-bang, atau apapun namanya. Semua hal tak ada. Lalu Allah membuat aneka makhluk tanpa ada bahan baku apapun, murni mengubahnya dari tak ada menjadi ada.

Kondisi kesendirian Allah yang tanpa awal mula ini disebut sebagai azal. Di saat azal ini sejarah belumlah dimulai sebab sejarah adalah tentang makhluk yang berada dalam ruang dan waktu, bukan tentang Allah Sang Pencipta ruang dan waktu itu sendiri.

Secara hakikat, Azal bukanlah masa atau waktu. Ia adalah kondisi selalu wujud tanpa pernah sebelumnya tak ada. Ia adalah kebalikan dari kekal (Abadi) yang berarti selalu wujud tanpa akhir. Tetapi untuk memudahkan dan menyederhanakan, tak jarang azal ini disebut sebagai zaman azali atau masa azali sehingga dikenal juga istilah sejak azal. Ini hanya penyederhanaan saja, jangan dipahami seolah azal sebagai berjalannya waktu.

Saat dalam kesendirian ini, Allah sudah mempunyai seluruh sifat-sifat mulia. Ia Maha Tinggi (bersifat 'uluw) tanpa butuh benda apapun di bawahnya sebab ketinggian Allah bukan dalam konteks lokasi dan jarak. Ia Maha mengetahui meski pun belum ada objek apa pun sebab pengetahuan Allah tak tergantung pada terjadinya kejadian. Ia Maha Memberi meskipun saat itu belum ada yang bisa diberi. Ia Maha menciptakan meski pun belum mencipta apapun. Dan begitu seterusnya semua sifat Allah tak tergantung pada adanya makhluk mana pun sebab sifat Allah adalah karakteristik tak terpisahkan dari Dzat Allah itu sendiri.

Di poin inilah aliran yang dianggap sesat berbeda-beda. Ada mujassimah dan musyabbihah yang meyakini bahwa ketinggian Allah itu dalam arti lokasinya di arah atas semua makhluk. Ini berarti ia menafikan sifat ketinggian Allah saat azali sebab saat itu belum ada makhluk yang bisa disebut di bawah Allah.

Ada juga yang meyakini bahwa Allah selalu bersemayam di atas Arasy. Konsekuensinya adalah meyakini bahwa Allah tak pernah sendirian tetapi selalu ada Arasy sebagai tempatnya bersemayam Allah. Dalam keyakinan ini Arasy dianggap sebagai makhluk yang selalu ada sejak awal mula (termasuk hawadits la awwala laha). Bila keyakinan ini berujung pada keyakinan bahwa Arasy bukan ciptaan Allah sebab ia ada bersama Allah, maka orangnya kafir. Bila ujungnya masih meyakini bahwa Allah pernah sendirian lalu menciptakan Arasy sebagai tempatnya, maka ia ahli bid'ah.

Ada juga kalangan filsafat yang menganggap bahwa Tuhan dan alam keduanya tak berawal mula. Ini artinya ada dua hal yang menjadi poin awal keberadaan dunia dan Tuhan tak menciptakan alam. Sebagian lagi menganggap yang ada tanpa awal mula adalah alam semesta itu saja sedangkan Tuhan hanya imajinasi manusia untuk menyebut sesuatu yang hebat yang tak ia ketahui. Ini akidah kafir.

Oleh: Abdul Wahab Ahmad 

 

 

Tags