Runtuhnya Politik Identitas

 
Runtuhnya Politik Identitas

LADUNI.ID - Wajah politik lintas kelas terlihat sangat berbeda. Berseteru tanpa henti di kelas akar rumput, tapi mengalir mencair di tingkat elit. Keras, mengakar bahkan cenderung kesumat tingkat tinggi antar pendukung. Bagi yang menang berjingkrak euforik, sementara sendu kekalahan menyimpan kesumat sembari terus berdalih dengan tuduhan curang serta wasit yang berlaku tidak berkeadilan.

Kontestasi politik saat ini memang terlihat atraktif. Racikan skenarionya seakan memperjuangkan perseteruan antara hidup-mati. Bumbu populisme agama menyeruak segar pada setiap ruang kehidupan. Keterlibatan "elit agama" menambah penetrasi kedalaman prefrensi politik masyarakat umum atas nama identitas agama.

Ihwal kehadiran agama dari simbol dan narasinya barangkali berangkat dari suksesi pilgub Jakarta dua tahun lalu yang berakhir dengan kemenangan populisme agama. Barangkali tiki-taka tersebut dianggap mujarab, sehingga landscape pilpres 2019 masih dibawah bayang-bayang populisme agama.

Walhasil, kenyataan berbicara lain. Seumpama tiki-taka ala Barca harus menemui kejenuhannya. Barangkali mujarab di kontestasi lokal, tapi menemui kepunahannya di tingkat nasional. Keriuhan anti terhadap salah satu kelompok minoritas (China) yang dianggap menjegal dominasi kelompok mayoritas (muslim)menjadi alur tiki-taka yang dominan. 

Di atas kertas barangkali populisme agama dengan segala narasinya di berbagai segementasi peluang prestesius seperti di bidang politik dan ekonomi akan mudah membangkitkan keberpihakan publik pada kandidat tertentu. Namun, kalkulasi faktual lebih hadir dan dekat dengan kehidupan rakyat. Pertarungan politik, khususnya pemilu pilpres yang lalu seumpama pertarungan kalkulasi di atas kertas dan kenyataan faktual.

Jokowi akhirnya berhasil memenangkan dengan tawaran kenyataan hasil kerja faktualnya, sementara Prabowo dengan hitungan narasi populisnya di atas kertas harus pupus untuk yang ke sekian kalinya. Narasi politik identitas itu tetap  mengakar di hati pendukungnya. Walau sejatinya telah runtuh secara faktual dengan hasil pemilu, terlebih setelah Prabowo saat ini merapat ke kubu Jokowi. 

Lalu, masihkah Anda tetap menyimpan gemuruh narasi politik identitas yang populis itu di hati?. Sementara kenyataannya telah hancur bersama mencairnya para elit.

Oleh: Ach Tijani