Perdana Menteri Israel Dimintai Tolong Militan ISIS yang Tertangkap di Suriah

 
Perdana Menteri Israel Dimintai Tolong Militan ISIS yang Tertangkap di Suriah

LADUNI.ID, Pasukan Demokratik Suriah menangkap Seorang anggota militan ISIS di Suriah.

Anggota ISIS tersebut meminta tolong kepada Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu untuk membawanya pulang ke Israel. Militan tersebut merupakan warga Israel etnik Arab.

Bernama Siaf Sharif Daoud, 29, berasal dari Kafr Bara, sebuah desa kecil di Israel tengah. Pada 2015, dia memutuskan untuk menyeberangi perbatasan ke Suriah dan berperang untuk kelompok Islamic State atau ISIS.

Daoud mengatakan dia telah memutuskan untuk meninggalkan organisasi teror tersebut dan kembali ke Israel tetapi gagal melakukannya.

Berdasarkan penjelasan Daoud, kewarganegaraan Israel-nya menimbulkan kecurigaan di antara anggota organisasi ekstremis di Suriah. Pada satu titik, kata dia, ketika ISIS mengeksekusi seorang anggota yang diduga bekerja untuk agen spionase Mossad, ketakutannya semakin bertambah. 

Setelah kejadian itu, ia memutuskan untuk mencoba melarikan diri ke Israel, tetapi ditangkap oleh kelompok tersebut. 

Daoud mengatakan bahwa untuk menyelamatkan dirinya, dia menikahi seorang wanita dan memiliki dua anak. Namun, hubungan dengan istri dan anak-anaknya terputus pada tahun 2018 dan dia tidak tahu apa yang terjadi pada mereka sejak itu.

Dia saat ini ditahan oleh Pasukan Demokrat Suriah (SDF)—sebuah pasukan kelompok Kurdi—di Al-Hasakah, Suriah timur laut.

Setelah wawancara dengan BBC Arabic, stasiun televisi Uni Emirat Arab; Alhadath, juga merilis wawancara dengan Daoud, di mana ia berbicara untuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam bahasa Ibrani. Dia meminta untuk dipulangkan ke Israel.

Merujuk pada kembalinya tentara yang diculik, Gilad Shalit, pada 2011 Daoud mengatakan "Semua orang tahu apa yang dia (Netanyahu) telah lakukan untuk satu tentara," .

"Anda adalah perdana menteri negara demokratis," katanya. "Banyak negara mengambil kembali warganya dari sini."

Daoud juga berbicara untuk keluarganya dalam bahasa Ibrani, di mana ia mengungkapkan penyesalannya dan meminta untuk pulang.

Dalam penyesalannya Daoud mengatakan "Ibu dan Ayah, saya minta maaf telah memasuki dunia ini," katanya. "Saya tidak pernah berpikir ini akan sangat sulit. Seolah-olah saya dalam mimpi. Saya telah melakukan kesalahan dan saya sangat menyesal telah menciptakan masalah besar untuk Anda," ujarnya.

"Ibu, saya tahu bahwa Anda memikirkan saya sepanjang hari dan bahwa Anda marah. Sangat sulit bagi saya. Saya selalu memikirkan Anda. Saya menyesal meninggalkan Israel tanpa memberitahu Anda."

Dalam wawancara yang sama, Daoud menjelaskan mengapa ia memutuskan untuk bergabung dengan ISIS dan apa yang membuatnya melarikan diri.

"Saya menjadi lebih religius pada waktu itu dan publikasi tentang kekhalifahan memikat saya," katanya, dalam siaran televisi tersebut yang dikutip Jumat (2/8/2019).

Daoud menambahkan, gara-gara publikasi tersebut dia terpengarauh klaim bahwa ISIS adalah negara adil.

Ditanya bagian apa yang dimainkan Mossad di pintu masuknya ke Suriah, Daoud mengatakan bahwa organisasi intelijen Israel tidak mengambil bagian di dalamnya.

Menurutnya, kewarganegaraan Israel-nya selalu menjadi fokus minat dan perhatian kelompok ISIS.

"Di ISIS, setiap kali ada orang yang ingin mengusir seseorang, dia akan mengatakan bahwa orang itu adalah orang Israel—dan hanya itu," katanya.

Saat ditanya tentang tindakan ISIS, termasuk eksekusi biadab, kekerasan dan pembunuhan warga dan orang tak bersalah, Daoud mengatakan; "Saya tidak melihat pembunuhan warga dan orang tak bersalah, saya selalu diberitahu bahwa mereka berasal dari organisasi yang berbeda."