Pentagon Laporkan ISIS Bangkit Kembali

 
Pentagon Laporkan ISIS Bangkit Kembali

LADUNI.ID, Menurut laporan hasil evaluasi Inspektorat Jenderal Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon), saat ini ISIS kembali mengumpulkan anggotanya yang tersisa untuk menyusun kekuatan dan bersiap bangkit kembali.

Sebelum itu dikabarkan Kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dilaporkan saat ini sudah tercerai berai dan kalah dari daerah kekuasaan mereka.

"Meski telah kehilangan wilayah kekhalifahan, ISIS melakukan konsolidasi anggota di Irak dan juga mulai bangkit kembali di Suriah," demikian isi laporan Itjen Kemenhan AS, yang dirilis pada kemarin pada Rabu (7/8).

Informasi itu berdasarkan hasil telaah dalam operasi militer Inherent Resolve yang dilakukan AS untuk menghadapi ISIS. Mereka menyatakan kesimpulan itu diambil berdasarkan analisis lapangan pada periode 1 April sampai 30 Juni lalu.

Di dalam laporan itu, Pentagon menyatakan saat ini diperkirakan ada sekitar 14 ribu sampai 18 ribu anggota ISIS yang tersisa. Sebanyak 3000 di antaranya adalah warga asing.

Meski dianggap kalah, ISIS tetap bergerak di bawah tanah dan melalui media sosial untuk menyebarkan ideologi dan merekrut anggota, Menurut keterangan Pentagon.

Kelompok ISIS, kata Pentagon, mencari perlindungan di kawasan yang mayoritas penduduknya adalah kalangan Muslim Sunni. Di sana mereka bakal membina anggota dan menyusun kekuatan.

Pentagon menyatakan salah satu alasan tanda-tanda ISIS bakal bangkit kembali adalah keputusan Presiden Donald Trump menarik pasukan di Suriah. Mereka mengklaim hal itu berpengaruh terhadap operasi yang dilakukan oleh pasukan Kurdi yang menjadi sekutu AS untuk melawan ISIS.

Menurut mereka, pasukan AS kesulitan memandu pasukan Kurdi di lapangan, dan dalam memantau wilayah-wilayah yang rentan menjadi basis perekrutan atau kebangkitan sel tidur ISIS.

Glenn Fine, Wakil Irjen Kemenhan AS mengatakan  "Penarikan bertahap pasukan AS sangat mempengaruhi kemampuan tentara sekutu, terutama dalam pelatihan dan peralatan untuk menghadapi ISIS yang melakukan konsolidasi,".

Sementara itu, AS juga khawatir karena pasukan Turki mulai gencar menyerang milisi Kurdi. Sebab Turki menganggap etnis Kurdi adalah pemberontak dan membahayakan kawasan perbatasan mereka dengan Irak dan Suriah.

AS juga khawatir pasukan mereka jadi korban salah sasaran pertikaian antara Turki dan Kurdi, dan membuat pengawasan terhadap anggota ISIS yang ditahan di kamp Al-Hol menjadi terabaikan.

Trump seja