Hadis tentang Bertutur Kata yang Baik

 
Hadis tentang Bertutur Kata yang Baik

LADUNI.ID, Lisan manusia memang kecil bentuknya namun sangat besar bahayanya. Jika memang tidak pintar-pintar menjaganya, maka akan membuat pengaruh yang besar. Kita dapat menyaksikan sendiri layaknya sebagaimana sebuah ucapan buruk dapat merobohkan rumah tangga yang semula harmonis menjadi kacau balau. Bahkan negara yang semula tentram, aman, sejahtera itu bisa terombang-ambing dengan adanya ucapan dan kebijakan yang jauh dari kebenaran. Sepatah kata yang buruk juga dapat menghancurkan hubungan baik antara negara, menyebabkan pertumpahan darah, merusak hubungan keluarga, bahkan dapat membuat seorang menyesal kelak di Akhirat. Na’udzu billahi min dzalik.

Rasulullah bersabda;

إنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّم بِالْكَلِمَةِ لا يَرَى بِهَا بَأسًا يَهْوِي بِهَا سَبْعِينَ خَرِيْفًا فِي النّارِ(واه الترمدي)

“Sungguh ada seorang lelaki yang berbicara dengan satu kata yang ia tidak menganggapnya berarti, namun karena sebab itu, ia jatuh ke dalam neraka selama tujuh puluh tahun “(HR Turmudzi).

Oleh karena itulah, sangat penting bagi kita untuk berhati-hati dalam berbicara. Terlebih lagi dimasa sekarang ini, dimana banyak berita-berita dusta (Hoax) yang sebenarnya tak layak untuk dikonsumsi, itu disebarkan di depan halayak umum. Banyak ucapan-ucapan keliru yang dinisbatkan pada ulama demi tercapainya berbagai tujuan dan kepentingan. Dan juga hendaknya berhati-hati dalam mengucapkan sesuatu, apapun itu. Alangkah baiknya tidak menyebarkan berita yang masih belum jelas kebenarannya, tidak menyebarkan berita yang belum valid datanya. Karena jika tidak berhati-hati, bisa jadi apa yang disebarkan itu tidak benar. Sehingga dapat menyesatkan banyak orang. Dan juga tanpa disadari akan menyesatkan diri sendiri pula. Naudzu billah min dzalik.

Kemudian langkah selanjutnya, kita harus selalu ingat bahwa setiap kata yang keluar dari lisan kita, benar maupun dusta, baik ataupun buruk, sedikit atau banyak, Semua itu akan dicatat oleh malaikat dan akan dimintakan pertanggung jawabnya kelak di akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT ;

مَا يَلْفَظُ مِنْ قَوْلٍ إلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ

“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap mencatat”.(QS.Qof;[50]:18)

Maka dari itu, sudah sepantasnya kita berhati-hati dalam menjaga lisan. Lebih baik banyak diam dari pada berkata dusta. Lebih baik diam pula dari pada mengucapkan kata yang dimurkai oleh Allah SWT. Nabi bersabda:

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَــقُلْ خَــــيْرًا أَوْ لِيَـصـــمُــتْ

“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” [HR Bukhari]

Nilai penting dari pesan hadits ini tampak dari keterkaitannya dengan aspek keimanan yang disebut di pendahuluan. Lisan merupakan bagian vital yang jika disalahgunakan efeknya bisa lebih mengerikan daripada pedang. Karenanya, Nabi mewanti-wanti soal urgensi menjaga lisan dan menyodorkan dua pilihan saja: berkatalah yang baik atau diam saja.