Kajian Kitab Hikam Pasal 19, 'Al-Awwal Bagi Allah'

 
Kajian Kitab Hikam Pasal 19, 'Al-Awwal Bagi Allah'

LADUNI.ID, Jakarta - Kajian Kitab Al-Hikam Pasal 19, tentang 'Al-Awwal Bagi Allah'

Oleh : Asy-Syaikh Al-Habib Shohibul Faroji Azmatkhan

Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad ibnu Atho'illah As-Sakandari dalam Kitab Al-Hikam pasal 19, berkata :

كيفَ يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهوالذى ظهرلِكلّ شيىءٍ

*********

كيفَ يتصوَّرُ ان يحجبهُ شيىءٌ وهو الظاهرقبل وجودِ كلّ شيىءٍ

"Bagaimana akan dapat ditutupi oleh sesuatu, padahal Dia [Allah] yang tampak pada tiap sesuatu. Bagaimana mungkin akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia [Allah] yang ada zhahir sebelum adanya sesuatu."

Penjelasan (Syarah)
Di antara nama Allah Subhanahu Wata'ala adalah Al-Awwal (Yang telah ada sebelum segala sesuatu).

Allah Subhanahu Wata'ala berfirman:

هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Dia-lah Yang Awwal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia maha mengetahui segala sesuatu.”

Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam mengajarkan do’a sebelum tidur yang berbunyi:

أنت الأول فليس قبلك شيء، وأنت الآخر فليس بعدك شيء، وأنت الظاهر فليس فوقك شيء، وأنت الباطن فليس دونك شيء

“Ya Allah Engkau Al-Awwal  yang tiada sesuatu sebelum Engkau, Engkau Al-Akhir yang tiada sesuatu sesudah Engkau, Engkau az-Zahir yang tiada sesuatu di atas-Mu, Engkau Al-Bathin yang tiada sesuatu di bawah-Mu (tiada sesuatu yang menghalangi-Mu).”

Dalam hadits shahih lainnya Rasulullah  Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda:

كَانَ اللَّهُ وَلَمْ يَكُنْ شَيْءٌ قَبْلَهُ، وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى المَاءِ، ثُمَّ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ، وَكَتَبَ فِي الذِّكْرِ كُلَّ شَيْءٍ

“Dahulu hanya ada Allah dan tidak ada sesuatu apa pun sebelum-Nya, dan ‘arsy-Nya di atas air, kemudian Dia menciptakan langit dan bumi, dan Dia menulis segala sesuatu dalam adz-dzikr (Al-lauhul mahfuzh).”

Nama Allah Subhanahu Wata'ala Al-Awwal menunjukkan bahwasanya setiap makhluk selain Allah adalah hadits (baru), ada setelah tiada.

Hamba harus memperhatikan karunia Rabb-nya dalam setiap nikmat ukhrawi maupun nikmat duniawi, karena sebab dan yang memberi sebab semuanya berasal dari Allah ‘azza wa jalla.

*********
Kesimpulan,
Di antara faidah mengimani nama Allah yang mulia ini adalah selamat dari gangguan setan yang ingin merusak iman seorang hamba.

Rasulullah  Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda dalam sebuah hadits yang shahih:

يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ كَذَا؟ مَنْ خَلَقَ كَذَا؟ حَتَّى يَقُولَ: مَنْ خَلَقَ اللَّهَ؟ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّه، وَلْيَنْتَهِ

“Setan datang kepada salah seorang dari kalian lalu berkata: Siapa yang menciptakan ini? Siapa yang menciptakan ini? Hingga akhirnya ia berkata: Siapa yang menciptakan Allah? Maka apabila sampai kepadanya hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah dan berhenti.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan tiga bimbingan dalam hadits ini agar selamat dari gangguan setan: 

1. Memohon perlindungan kepada Allah ta’ala.
2. Berhenti mengikuti godaan setan itu.
3. Beriman kepada Allah  ta’ala Al-Awwal, yang tidak ada satu pun yang mendahului-Nya, yang Maha Menciptakan segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak pula diperanakan.

Referensi, Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atho'illah As-Sakandari, Kitab Al-Hikam, Pasal 19. (*)