Jika Sanksi AS Tidak Dicabut, Presiden Iran Tidak Akan Temui Trump

 
Jika Sanksi AS Tidak Dicabut, Presiden Iran Tidak Akan Temui Trump

LADUNI.ID,  Hassan Rouhani, Presiden Iran, membalas ajakan bertemu dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Presiden Iran tersebut menyatakan hal itu tidak bakal terjadi sebelum AS menepati janji dengan mencabut sanksi, dan mencari solusi atas kegagalan perjanjian nuklir (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA) yang diteken empat tahun lalu.

Rouhani dalam jumpa pers di Ibu Kota Tehran pada Selasa (27/8) mengatakan  "Kalau AS tidak mencabut sanksi, kita tidak akan bisa melihat perkembangan apapun. Kuncinya ada di Washington,".

Padahal, Rouhani kemarin menyatakan ada kemungkinan kedua belah pihak bertemu untuk mencari solusi atas pertikaian yang selama ini terjadi. Dia juga menyatakan siap berunding dengan AS yang keluar dari kesepakatan pelucutan nuklir pada tahun lalu.

Hal itu terjadi atas campur tangan Presiden Perancis, Emmanuel Macron, yang mengundang Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, dalam Konferensi Tingkat Tinggi G7 di Biarritz.

Presiden Trump menyatakan siap bertemu dengan Rouhani setelah Macron mengatakan bakal memfasilitasi pertemuan tatap muka antara presiden AS dan Iran tersebut.

"Jika situasinya benar, saya pasti akan setuju," ujar Trump usai bertemu dengan Macron di sela konferensi tingkat tinggi G7 di Perancis.

Kemudian Macron mengatakan bahwa Trump dan Rouhani kemungkinan akan bertemu dalam kurun waktu beberapa pekan ke depan.

Sebelum itu, Trump sempat menolak bertemu dengan Zarif di sela G7. Kedatangan Zarif itu memang tidak diumumkan.

Trump diundang oleh Macron yang berusaha meredakan tensi antara Iran dan AS akibat permasalahan program nuklir Teheran.

Kemelut kedua negara bermula sejak Juli lalu, ketika Iran mengumumkan bahwa mereka melakukan pengayaan uranium melebihi batas yang ditentukan dalam perjanjian nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Kesepakatan yang digagas di era Barack Obama itu menetapkan Iran harus membatasi pengayaan uranium hingga 3,67 persen, jauh dari keperluan mengembangkan senjata nuklir yaitu 90 persen.

Sebagai timbal balik, negara Barat akan mencabut serangkaian sanksi terhadap Teheran. 

Ketika Trump memimpin, AS memutuskan menarik diri secara sepihak dari perjanjian nuklir itu pada Mei 2018 lalu dan kembali menerapkan sanksi atas Iran.

Iran bertekad bakal terus melakukan pengayaan uranium jika negara-negara lain yang menandatangani perjanjian itu tak berbuat apa pun untuk melawan AS.

Semenjak itu, tensi antara Iran dan AS terus meningkat dengan isu pengerahan militer hingga uji coba rudal Teheran.