Tantangan Negara Berpenduduk Islam adalah Pemisahan Agama dan Negara

 
Tantangan Negara Berpenduduk Islam adalah Pemisahan Agama dan Negara

LADUNI.ID, Jakarta - Presiden Suriah Bashar al-Assad menekankan bahwa alasan di balik apa yang dihadapi oleh negara Islam saat ini adalah adanya upaya untuk memisahkan identitas nasional dan agama dan mengaburkan fakta bahwa akar kita semua adalah satu.

Bashar al-Assad menjelaskan hal tersebut saat menerima para delegasi dari peserta dalam Konferensi Kesatuan Bangsa yang diselenggarakan oleh Damaskus. Para anggota delegasi tersebut menegaskan bahwa Konferensi, yang diadakan di Damaskus

Para ulama dan peneliti agama dari Mesir, Aljazair, Tunisia, Maroko, Irak, Lebanon, Indonesia, Turki, India dan Afghanistan turut berpartisipasi dalam Konferensi tersebut. Pertemuan ini juga dihadiri oleh Menteri Wakaf Keagamaan (Wakaf), Mohammad Abdul-Sattar al-Sayyed.

Dalam konferensi ini bertujuan untuk mengkonfirmasi tekad ulama Muslim dan umat Islam bersama dengan Suriah, terutama pada saat ini, ketika Suriah menghadapi ancaman Amerika dan Barat.

Para peserta yang hadir juga memberi selamat kepada rakyat, tentara dan kepemimpinan Suriah atas kemenangan besar yang dicapai, menekankan bahwa kemenangan akhir dalam menghadapi perang teroris sudah dekat dan bahwa Suriah akan tetap menjadi rumah bagi Islam moderat dalam menghadapi pemikiran ekstremis.

Berdasarkan informasi dari kantor pemberitaan Suriah, SANA, dalam pertemuan, Presiden al-Assad mengatakan senjata utama yang digunakan oleh musuh-musuh Suriah adalah menyebarkan perpecahan, mempromosikan ekstremisme dan menciptakan sekat antara intelektual dan agama dalam masyarakat.

Dalam hal ini, presiden juga menekankan bahwa “kesatuan umat Islam, yang didasarkan pada keragaman dan kepatuhan terhadap esensi agama, adalah jaminan untuk melindungi komunitas umat dari skema Barat yang ditujukan untuk melemahkan dan memecah belah.

Lebih daripada itu Presiden Bashar al-Assad juga menyoroti pentingnya mengadakan Konferensi Kesatuan Bangsa dan pentingnya peran para ulama dalam meluncurkan dialog terbuka di antara mereka terlebih dahulu, terutama antar lembaga agama besar, serta di kalangan pemuda dan masyarakat.