Tausiyah Habib Ali Aljufri: Hati-hati dengan Provokasi Kelompok Khilafah!

 
Tausiyah Habib Ali Aljufri: Hati-hati dengan Provokasi Kelompok Khilafah!

LADUNI.ID, Jakarta - Habib Ali Al-Jufri pernah memberikan tausiyah tentang bahaya propaganda dari kelompok khilafah. Mereka melakukan dakwah dengan provokasi dan tidak berdasarkan pada syarat-syarat syariat. Mereka berjihad hanya untuk kepentingan yang keliru, menipu atas nama syariat.

Dalam tausiyah tersebut, Habib Ali Aljufri mengingatkan beberapa hal penting untuk seluruh umat yang ada di Indonesia. Berikut ini, kami sajikan rangkuman tausiyah dari Habib Ali Aljufri di Al Fachriyah, Tangerang pada tahun 2018 lalu yang masih relevan hingga saat ini.

***

Pertama, shalawat dan salam tercurah kepada Nabi SAW perantara terbesar kita. Dan tercurah kepada keluarga dan sahabat dan pengikutnya.

Kedua, di antara hal yang menggembirakan hati kita dan hati Rasulullah SAW adalah perhatian yang besar kepada ajaran Rasul dari para ahli ilmu, dai dan para pemegang amanat rakyat.

Ketiga, kita ada di zaman fitnah, kekacauan dan gangguan. Segala keamanan hanya untuk orang-orang yang fokus mendekat kepada Allah Ta’ala.

Ketiga, bahaya segala bahaya bagi yang mengurusi dunia.

Keempat, Nabi SAW bersabda dalam Shahih Bukhori: aku tidak kuatir kamu menjadi musyrik, yang aku khawatirkan ketika Allah Ta’ala bukakan pintu duniawi kepada kamu.

Kelima, apakah masalah akan terjadi ketika pintu duniawi dibuka kepada kita? Bukan itu. Tapi maksudnya adalah kita menjadi mandiri.

Apa makna kekhawatiran Rasulullah SAW?

Dibukakan dunia kepada kamu seperti umat sebelum kalian. Maksudnya perangai kalian, moral kalian seperti umat sebelum kamu. Mereka berlomba-lomba untuk mencapai dunia. Sehingga hancur.

Rasulullah SAW memperingatkan kita di Arab / Timur Tengah tidak peka. Misinya setan adalah untuk menimbulkan keributan di antara kita.

Tahris adalah upaya provokasi/adu domba antar kelompok. Provokasi akan berhasil karena dua hal:

1. Nafsu-nafsu yang siap menerima provokasi.

2. Sebuah kejadian/isu untuk digoreng.

Nafsu itu berubah-ubah. Dari ammaroh bissu, lawwamah, mutmainnah, dan mardiyah. Bahkan nafsu yang paling buruk juga berubah. Provokasi mencari target ketika nafsu saat sedih, marah, dan lain-lain.

Rasulullah SAW mengajarkan agar tidak marah / membina nafsu, jangan bersedih, dan banyak lagi bimbingan lain sebagaimana doa robbana atina fiddunya hasanah, dan seterusnya.

Pendakwah ke jalan Allah saat ini bertugas untuk menenangkan nafsu-nafsu ini agar sejalan dengan ajaran Rasulullah SAW.

Peran pendakwah bukan memprovokasi kecuali pada jihad yang betul, dan syarat-syarat yang dibenarkan syariat. Bukan kalimat jihad yang dicuri dan disalahgunakan untuk kepentingan yang keliru, menipu atas nama jihad Islam.

Contoh: warna sorban ini adalah sorban merah terserah saya. Kamu mau apa? Seperti seseorang yang mengklaim ingin mendirikan Khilafah Islamiyah tapi mendzalimi dan membantai sesama muslim.

Ini adalah pencurian dan penipuan atas nama Jihad. Dai harus menenangkan nafsu dan bukan malah menjadi budak nafsu.

Provokasi adalah misi setan. Setiap orang yang fondasinya provokasi berarti mengikuti misi syetan yaitu agar saling bermusuhan.

Perubahan yang terjadi di masa kita saat ini adalah yang dikatakan oleh Bapak Gatot Edi dari Kepolisian adalah seperti yang kami lihat sendiri di Timur Tengah.

Di timur tengah ada dua sampai empat negara luluh lantak. Karena apa? Di jalan apa? Untuk apa? Katanya demi khilafah islamiyah. Yang lain katanya demi demokrasi dan kebebasan rakyat.

Mereka hanyut di ombak fitnah. Sehingga negeri-negeri muslimin di Timur Tengah luluh-lantak dipermainkan oleh Negara-negara yang lain.

Kalau kamu bertanya kepada mereka yang bom bunuh diri di pasar, adalah tujuannya agar tokoh tertentu dibunuh, tetapi muslimin yang terbunuh.

Darimana mereka dapat senjata? Kami beli. Dari mana kamu beli? Dari beberapa negara. Kenapa untuk membunuh bangsamu sendiri? Mana klaim khilafah? Semuanya adalah kebohongan.

Hasil dari klaim khilafah adalah umat islam berbaris mengantri mohon suaka ke negara lain, muncul pemurtadan kepada korban konflik. Inikah yang Anda sebut dengan khilafah Islamiyah?

Mana klaim khilafah dan demokrasi dan HAM yang dijadikan alat provokasi. Hati-hatilah. Jaga negeri kalian. Saya tidak bicara tentang pemerintahan. Tapi jaga negeri kalian.

Jangan terprovokasi dengan orang pakai baju putih yang mengatasnamakan Islam, demokrasi, liberalisme dan lain-lain untuk merusak dan menipu.

Al Imam Mawardi mengatakan dalam kitabnya al Ahkamussulthoniyah, agama, akal, jiwa harus dijaga, kehormatan dan harga harus dijaga. Jika negara hancur, maka semuanya akan hancur.

Peran media sosial seperti apa yang dikatakan menteri agama yang menyitir sebuah hadis:

كفى بالمرء كذبا أن يحدث بما سمع

Kita harus bijak menggunakan media sosial. Di mana kita menyikapi bimbingan Allah taala yaitu ajaran tabayyun (cari kejelasan) dan tatsabbut (teguh pada ajaran agama).

Sesungguhnya media sosial itu tetap tidak bisa diteliti dan dengan bijak jangan terpancing, harus tetap croscheck dan jangan andil dalam kebohongan.

Ada lagi sesuatu yang selalu berubah dalam hukum fikih karena perbedaan zaman. Perlu kajian dan pembaharuan. Kita perlu mendalami lagi hukum fiqih.

Beliau mengingatkan: semua masalah kita, dari nafsu dan lain-lain akan menjadi ringan dan kecil ketika kita duduk bersama Allah, curhat kepada Allah dengan menghidupkan hati kita dengan cahaya Allah.

Ini penting bagi pendakwah. Perkuat hubungan kita dengan Nabi Muhammad SAW karena kalian mewakili Nabi Muhammad SAW.


Tulisan ini dilansir dari Tulisan Imron Rosyadi