Para Prompak yang Culik Nelayan Indonesia Minta Tebusan

 
Para Prompak yang Culik Nelayan Indonesia Minta Tebusan

LADUNI.ID, Kelompok penculik dikabarkan telah menghubungi Salah satu keluarga dari tiga nelayan Indonesia yang baru-baru ini diculik di perairan Sabah, Malaysia. Para Perompak meminta uang tebusan jika sandera ingin dibebaskan dengan selamat.

Datuk Omar Mammah, Komisioner Kepolisian Sabah mengatakan berdasarkan keterangan pemerintah Filipina, kelompok bersenjata yang menculik ketiga WNI itu telah mengontak keluarga beberapa hari setelah peristiwa penyanderaan.

Seperti yang dilansir situs CNN Indonesia, Kelompok penyandera juga mendesak keluarga untuk mengumpulkan uang tebusan secepat mungkin.

"Tapi kami belum diberitahu berapa jumlah tebusan yang mereka (penyandera) minta," kata Omar seperti dikutip The Star pada Kamis (3/10).

Disamping itu, Joedha Nugraha, Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri, mengatakan pihaknya belum menerima informasi resmi terkait tuntutan tebusan itu dari pihak berwenang Malaysia dan Filipina.

Melalui pesan singkat, Joedha mengatakan perwakilan RI di Malaysia dan Filipina masih terus berkomunikasi dengan otoritas di kedua negara mengenai kondisi para WNI yang disandera.

Penyanderaan terjadi pada tanggal 23 September lalu ketika tiga nelayan Indonesia yang bernama Maharudin Lunani (48), anak Muharudin yakni Muhammad Farhan (270, dan anak buah kapal lainnya bernama Samiun Maniu (27) melaut menggunakan kapal pukat di perairan Lahad Datu, Sabah, bersama sebuah kapal lainnya.

Lantas mereka didekati dua kapal kecil yang diduga adalah kawanan perompak. Sekitar pukul 23.58 waktu setempat, dua kapal itu merapat ke bagian buritan kapal. Ketiga WNI saat itu sedang memancing udang.

Diketahui ada tujuh orang bersenjata lantas merangsek masuk kapal ketiga WNI tersebut dan menculik mereka. Kepolisian Malaysia menuturkan para perompak menggunakan senjata api laras panjang AK 47, M16 Double Body M203 dan sebuah pistol.

Ketiga nelayan tersebut  berasal dari Buton, Sulawesi Tenggara itu dilaporkan dibawa ke arah Pulau Tawi-Tawi, Filipina. Daerah itu diduga menjadi salah satu basis kelompok bersenjata Abu Sayyaf yang terkenal kerap menyandera nelayan di sekitar perairan Sabah dan Filipina selatan untuk meminta tebusan.

Ketika tanggal 2 Oktober lalu, Komando Keamanan Sabah Timur (Esscom) dilaporkan telah mengerahkan sejumlah tim ke wilayah-wilayah utama pencarian. Pengerahan itu dilakukan Malaysia setelah mendapat laporan intelijen dari Filipina yang mengindikasikan bahwa kelompok penyandera sedang dalam perjalanan untuk melakukan penculikan lagi.