Ziarah Makam KH. Muhammad Shiddiq Jember

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah Makam KH. Muhammad Shiddiq Jember
Sumber Gambar: bangkitmedia.com

Laduni.ID, Jakarta – KH. Muhammad Shiddiq adalah seorang ulama yang banyak melahirkan ahli ilmu dan pembesar-pembesar NU, baik dari salah satu keturunannya maupun murid-muridnya. KH. Muhammad Shiddiq lahir pada 1854 M di Dukuh Punjulsari, Desa Waru Gunung, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Nasab beliauu tersambung hingga Rasulullah SAW, dalam buku Nahkoda Nahdliyyin: Biografi Rais Aam Syuriyah & Ketua Umum Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Sejak 1926 Hingga Sekarang karya M. Sholahudin, yaitu KH. Muhammad Shiddiq bin Abdulla bin Sholeh bin Asy’ari bin Adzra’i bin Yusuf bin Sayyid Abdur Rahman Basyaiban alias Mbah Sambu atau juga Raden Syihabuddin Sambu Digdodiningrat, yang masih cucu Rasulullah SAW.

KH. Muhammad Shiddiq dalam beberapa literatur disebutkan hidup sezaman dengan Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura dan merupakan murid dari Syaikhona Kholil. Selain itu, beliau juga berguru kepada KH. Sholeh Darat (Semarang), KH. Abdul Aziz Lasem (Rembang), KH. Sholeh langitan (Tuban), KH. Ya’qub Panji (Sidoarjo), dan KH. Abdurrahim Sepanjang (Sidoarjo). Dalam salah satu riwayat, beliau pernah disebutkan menimba ilmu kepada Syekh Abu Bakar Syatha, pengarang kitab I’anah Tholibin.

Dalam salah satu karya Hamid Ahmad yang berjudul KH. Achmad Qusyairi Bin Shiddiq: Pecinta Sejakti Sunnah Nabi, KH. Muhammad Shiddiq memiliki empat istri, di antaranya ialah Nyai Masmunah binti Wiryodikromo, Nyai Maryam atau Nyai Zakiyah, Nyai Mardhiyah, dan Nyai Aminah. Dari keturunan-keturunan inilah beliau melahirkan banyak pemikir, penggagas, dan penggerak NU di masa saat ini.

Dalam sejarah berdirinya NU, Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari meminta restu kepada Syaikhona Kholil Bangkalan. Syaikhona Kholil merestui berdirinya NU dengan mengutus KH. As’ad Syamsul Arifin sebagai penyambuh lidah beliau.

Setelah itu Mbah Hasyim juga meminta restu kepada dua orang alim dan wali Allah, yaitu KH. Yasin dan KH. Muhammad Shiddiq. Mbah Hasyim mengutus KH. Wahab Hasbullah dan KH. Masjkur untuk meminta restu kepada dua ulama sepuh dan santri senior, yang pernah sama-sama menimba ilmu di Syaikhona Kholil Bangkalan.

Seperti biasa, KH. Muhammad Shiddiq melakukan shalat Istikharah untuk memberikan jawaban, apakah beliau merestui berdirinya NU atau tidak. Setelah selesai melaksanakan shalat, KH. Muhammad Shiddiq merestui berdirinya NU, dan menunjuk salah satu putranya untuk aktif di NU, KH. Mahfudz Shiddiq.

Sedangkan KH. Yasin merestui berdirinya NU serta mengutus menantunya bernama KH. Abdullah Ubaid untuk membesarkan NU. KH. Abdullah Ubaid inilah yang pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi ikut menjadi penggagas berdirinya Anshoru Nahdlatoel Oelama (GP. Ansor).

Lokasi Makam

KH. Muhammad Shiddiq wafat pada 2 Ramadhan 1353/9 Desember 1934 di usia 80 tahun. Makam beliau terletak di Jl. Gajah Mada, Condro, Kaliwates, berdekatan dekat Masjid Roudhotul Mukhlisin, salah satu masjid terbaik di Jember.

Sumber foto: Alif.id, Bangkitmedia.com, Pemkab Jember, Menara Madinah,


Editor: Daniel Simatupang