Komitmen Nabi Muhammad SAW untuk Kaum Nasrani dalam Perjanjian Najran

 
Komitmen Nabi Muhammad SAW untuk Kaum Nasrani dalam Perjanjian Najran
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Perjanjian Najran berisi tentang komitmen dalam menjaga persaudaraan yang telah disepakati antara Nabi Muhammad SAW dan pendeta Nasrani. Hadis yang memuat keterangan ini diyakni terbuti autentik dan telah teruji kebenarannya. 

Dari perjanjian ini, kita akan tahu bahwa Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan setia akan melindungi umat Kristiani beserta rumah ibadahnya (gereja). Janji itu dinyatakan kepada umat Kristiani dari Najran, wilayah di Arab Saudi yang berbatasan dengan Yaman.

Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA. sebagaimana dikutip dari laman resmi quraishshihab.com, bahwa melalui janji itu, kita diajak untuk merenungi segala yang dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW tentang umat Nasrani dan gerejanya. Berangkatr dari perjanjian tersebut, umat Islam harus memahami dengan baik bahwa komitmen Nabi Muhammad yang tertulis dalam perjanjian Najran itu tidak semata hanya berlaku untuk umat Nasrani Najran, melainkan untuk kaum Nasrani di manapun berada dan berlaku di sepanjang masa. Jadi ini menjadi rujukan bagi kita untuk senantiasa menjaga apa yang dulu pernah disampaikan oleh Nabi Muhammad dalam perjanjia tersebut.

Dalam perjanjian Najran tersebut dinyatakan bahwa semua penganut agama Nasrani di seluruh dunia, di manapun berada akan dalam perlindungan Allah dan pembelaan Muhammad Rasulullah. Hal ini sebagaimana yang tertulis dalam perjanjian tersebut, yang kemudian ditulis ulang dengan penerjemahan sebagaimana yang dikutip dari tulisan Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA dalam laman resmi quraishshihab.com.

Berikut isi lengkap perjanjian Najran yang telah diterjemah tersebut:

“Najran dan kelompoknya serta semua penganut agama Nasrani di seluruh dunia berada dalam perlindungan Allah dan pembelaan Muhammad Rasulullah menyangkut harta benda, jiwa, dan agama mereka, baik yang hadir (dalam pertemuan ini) maupun yang gaib. Termasuk juga keluarga mereka, tempat-tempat ibadah mereka, dan segala sesuatu yang berada dalam wewenang mereka, sedikit atau banyak.

Saya berjanji melindungi pihak mereka dan membela mereka, gereja dan tempat-tempat ibadah mereka serta tempat-tempat pemukiman para rahib dan pendeta-pendeta mereka, demikian juga tempat-tempat suci yang mereka kunjungi. Saya juga berjanji memelihara agama mereka dan cara hidup mereka—di mana pun mereka berada—sebagaimana pembelaaan saya kepada diri dan keluarga dekat saya serta orang-orang Islam yang seagama dengan saya. Karena saya telah menyerahkan kepada mereka perjanjian yang dikukuhkan Allah bahwa mereka memiliki hak serupa dengan hak kaum Muslim dan kewajiban serupa dengan kewajiban mereka. Kaum Muslim pun berkewajiban seperti kewajiban mereka berdasar kewajiban memberi perlindungan dan pembelaan kehormatan sehingga kaum Muslim berkewajiban melindungi mereka dari segala macam keburukan dan dengan demikian mereka menjadi sekutu dengan kaum Muslim menyangkut hak dan kewajiban.

Tidak boleh uskup dari keuskupan mereka diubah, tidak juga kekuasaan mereka, atau apa yang selama ini mereka miliki. Tidak boleh juga dituntut seseorang atas kesalahan orang lain, sebagaimana tidak boleh memasukkan bangunan mereka ke bangunan masjid atau perumahan kaum Muslim. Tidak boleh juga mereka dibebani kezaliman menyangkut pernikahan yang mereka tidak setujui. Keluarga wanita masyarakat Nasrani tidak boleh dipaksa mengawinkan anak perempuannya kepada pria kaum Muslim. Mereka tidak boleh disentuh oleh kemudharatan kalau mereka menolak lamaran atau enggan mengawinkan karena perkawinan tidak boleh terjadi, kecuali dengan kerelaan hati. Apabila seorang wanita Nasrani menjadi istri seorang Muslim, maka sang suami harus menerima baik keinginan istrinya untuk menetap dalam agamanya dan mengikuti pemimpin agamanya serta melaksanakan tuntunan kepercayaannya. Tidak boleh hal ini dilanggar. Siapa yang melanggar dan memaksa istrinya melakukan sesuatu yang bertentangan dengan urusan agamanya, maka ia telah melanggar perjanjian (yang dikukuhkan) Allah dan mendurhakai janji Rasul-Nya dan ia tercatat di sisi Allah sebagai salah seorang Pembohong.

Buat para penganut agama Nasrani, bila mereka memerlukan sesuatu untuk perbaikan tempat ibadah mereka, atau satu kepentingan mereka dan agama mereka, bila mereka membutuhkan bantuan dari kaum Muslim, maka hendaklah mereka dibantu dan bantuan itu bukan merupakan utang yang dibebankan kepada mereka, tetapi dukungan buat mereka demi kemaslahatan agama mereka serta pemenuhan janji Rasul (Muhammad saw.) kepada mereka dan anugerah dari Allah dan Rasul-Nya buat mereka. Tidak boleh seorang Nasrani dipaksa untuk memeluk agama Islam, “Janganlah mendebat orang-orang Yahudi dan Nasrani yang berselisih pendapat denganmu, kecuali dengan cara yang paling baik. Kecuali dengan orang-orang yang melampaui batas dan katakan, “Kami percaya dengan apa yang diturunkan Allah kepada kami, (Al-Qur’an), juga dengan apa yang diturunkan kepada kalian (Taurat dan Injil). Tuhan kami dan Tuhan kamu adalah satu. Dan kami hanya tunduk kepada-Nya semata.” (QS. Al-‘Ankabut 46). Mereka hendaknya diberi perlindungan berdasar kasih sayang dan dicegah segala yang buruk yang dapat menimpa mereka kapan dan di mana pun.”

Demikian janji Rasulullah Muhammmad SAW yang tercatat di dalam Perjanjian Najran. Teks tentang Perjanjian Najran bisa ditelusuri dalam berbagai kitab, tercatat di antaranya diriwayatkan oleh Abu Dawud. Dan di antara kitab yang memuat keterangan tersebut adalah Kitab Al-Kharaj karya Abi Yusuf, Zadul Ma'ad karya Ibnu Qayyim, dan lain-lain. 

Sekali lagi, umat Islam harus mencontoh dan melanjutkan komitmen Rasulullah SAW dalam Perjanjian Najran. Apa yang menjadi janji Rasulullah SAW harus dijaga dan juga menjadi komitmen umat Islam. Dan dari sini akan semakin jelas bahwa pesan Islam itu tidak lain adalah untuk menyampaikan perdamaian, menjunjung tinggi persaudaraan dan menebarkan kasih sayang. [] 


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 25 Desember 2025. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim