Biografi KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi

 
Biografi KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi Biografi KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi

  1. Kelahiran
  2. Nasab
  3. Wafat
  4. Keluarga
  5. Pendidikan
  6. Mendirikan Pesantren
  7. Mursyid Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah
  8. Teladan
  9. Chart Silsilah Sanad

Kelahiran

KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi lahir pada 17 Agustus 1951 di Surabaya. Beliau merupakan putra dari KH. M. Utsman Al-Ishaqi, seorang Mursyid Thoriqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Kiyai Asrosi juga merupakan seorang pengasuh Pondok Pesantren Al-Fithrah Kedinding Surabaya. Sebagaimana di dalam peta, letak Kelurahan Kedinding Lor terdapat di Kecamatan Kenjeran, Kota Surabaya.

Nama Al-Ishaqi dinisbatkan kepada Maulana Ishaq, ayah Sunan Giri, karena KH. Utsman masih keturunan Sunan Giri.

Nasab

Ahmad Asrori Al Ishaqi bin Muhammad Utsman – Surati – Abdullah – Mbah Deso – Mbah Jarangan – Ki Ageng Mas – Ki Panembahan Bagus – Ki Ageng Pangeran Sedeng Rana – Panembahan Agung Sido Mergi – Pangeran Kawis Guo – Fadlullah Sido Sunan Prapen – Ali Sumodiro – Muhammad Ainul Yaqin Sunan Giri – Maulana Ishaq – Ibrahim Al-Akbar – Ali Nurul Alam – Barokat Zainul Alam – Jamaluddin Al-Akbar Al-Husain – Ahmad Syah Jalalul Amri – Abdullah Khan – Abdul Malik – Alawi – Muhammad Shohib Mirbath – Ali Kholi’ Qasam – Alawi – Muhammad – Alawi – Ubaidillah – Ahmad Al-Muhajir – Isa An Naqib Ar-Rumi – Muhammad An-Naqib – Ali Al-Uraidli – Ja’far As-Shodiq – Muhammad Al-Baqir – Ali Zainal Abidin – Husain Bin Ali – Ali Bin Abi Thalib suami Fathimah binti Rasulullah SAW.

Wafat

KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi wafat pada 18 Agustus 2009. Jenazah beliau dimakamkan di lingkungan Pesantren Al-Fithrah, Kedinding, Surabaya.

Kepergian KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi terdengar di seluruh pelosok Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Hongkong dan Australia. Banyak peziarah datang langsung ke Pesantren Al-Fitrah untuk membacakan doa, Tahlil dan Yasinan di depan pusara makam Pimpinan Thoriqah Qodiriyah wa Naqsyabandiyah Al-Utsmaniyah.

Keluarga

KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi menikah dengan Hj. Sulistyowati. Buah dari pernikahannya, beliau dikaruniai lima orang anak (2 laki, 3 putri), yakni:

  1. Siera Annadia
  2. Sefira Assalafi
  3. Ainul Yaqien
  4. Nurul Yaqien
  5. Siela Assabarina.

Pendidikan

KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi memulai pendidikannya dengan belajar di Pondok Pesantren Darul Ulum, Peterongan Jombang, Jawa Timur. Setelah selesai, beliau kemudian melanjutkan belajar di Pondok Pesantren Al-Hidayah, Pare, Kediri, Jawa Timur.

Kemudian melanjutkannya lagi nyantri di Pondok Pesantren Al-Munawwir Yogyakarta. Dan kemudian pendidikan terakhirnya dilaksanakan di Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, Jawa Barat.

Mendirikan Pesantren

Setelah memegang posisi mursyid dan melanjutkan aktivitas pengajian di kediaman sang ayah di Jatipurwo, Surabaya, KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi awalnya hanya menerima beberapa anak yang dititipkan jamaah pengajian tarekat untuk belajar agama.

Lambat laun, semakin banyak jamaah yang menitipkan anaknya untuk belajar. Kiyai Asrori kemudian berinisiatif memindahkan aktivitas tarekatnya ke Kedinding Lor pada 1985. Di tempat ini, beliau memiliki sepetak lahan yang di atasnya kemudian dibangunlah sebuah ponpes bernama Al-Fithrah.

Seiring bergulirnya waktu, Ponpes Al-Fithrah pun terus berkembang dan kini telah menempati lahan seluas tiga hektare. Tentu saja, pembangunan dan perluasan ponpes ini dilakukan secara bertahap, baik dengan dana pribadi maupun sumbangan dari para santri dan dari berbagai pihak.

Dengan jumlah santri lebih dari 3.000 orang, Ponpes Al-Fithrah kini mengelola semua jenjang pendidikan, mulai dari TK, Madrasah Ibtidaiyah, Aliyah Muadalah, Ma'had Aly, Taman Pendidikan A-Quran (TPQ), hingga Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Fithrah.

Selain untuk sarana pendidikan, ponpes ini sering kali digunakan sebagai tempat untuk menggelar acara besar tarekat, seperti haul akbar yang dihadiri ribuan pengikut Thoriqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.

Beberapa politisi kondang negeri ini juga pernah berkunjung ke ponpes ini. Namun, hal itu tak lantas membuat Kiyai Asrori jemawa lalu terseret ke politik praktis. Di kalangan orang-orang terdekatnya, Kiyai Asrori dikenal sebagai sosok yang tak haus publikasi. Beliau pun sangat jarang marah. Seperti pernah dikatakan sang istri, Nyai Mutia, bahwa suaminya adalah sosok yang sangat menghormati orang lain.

Mursyid Thoriqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah

Sang ayah adalah salah satu dari tiga pimpinan Thoriqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Dua mursyid lainnya adalah KH. Makki dari Karangkates, Kediri, dan KH. Bahri dari Mojosari, Mojokerto.

Sepeninggal KH. Utsman pada 1984, kepemimpinan tarekat dilanjutkan oleh KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi. Estafet kepemimpinan tarekat kepada Kiyai Asrori memang sesuai dengan wasiat Kiyai Utsman.

Saat itu, KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi berusia 30 tahun dan dinilai masih terlalu muda untuk menjadi seorang mursyid. Namun, berkat kecerdasan dan ketawadhuannya (rendah hati), beliau berhasil menjalankan perannya sebagai pemimpin Thoriqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Sikap istiqomah beliau menjadi panutan jamaah tarekat, di berbagai daerah, baik dalam maupun luar negeri.

Di bawah kepemimpinan Kiyai Asrori, Thoriqah Qodariyah wa Naqsyabandiyah berkembang pesat, terutama di Indonesia. Terlebih, setelah dua kepemimpinan tarekat di Kediri dan Mojokerto mulai terseret dunia politik. Sementara beliau sama sekali tidak masuk di dalam politik praktis.

Thoriqah Qadariyah wa Naqsyabandiyah pimpinan Kiyai Asrori pun menjadi alternatif di kalangan penganut tarekat, karena dianggap lebih netral dan mengayomi umat.

Teladan

Oleh para sahabat, santri, dan para pengikutnya, KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi dikenal sebagai pribadi yang memiliki kesantunan luar biasa. Tak hanya di kalangan jamaah tarekat dan santri ponpes, Kiyai Asrori juga mampu bergaul dengan kalangan profesional melalui pendekatan yang mungkin dianggap kalangan pondok tidak lazim.

Keluwesan Sang Kiyai menyampaikan pesan Islam membuat beberapa kalangan profesional terpikat untuk bergabung ke dalam tarekat. Disebutkan bahwa cukup banyak murid Kiyai Asrori yang berlatar belakang akademisi, arsitek, pejabat, hingga pengusaha.

Bahkan, sejumlah warga keturunan Tionghoa dari Surabaya dan Semarang pun tertarik mengikuti pengajian beliau. Mereka tertarik mendengarkan petuah-petuah sang Kiyai karena pesan yang disampaikan selalu menyejukkan dan tidak pernah memvonis.

Chart Silsilah Sanad

Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi dapat dilihat di sini.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 01 September 2022, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa tanggal 18 Agustus 2023.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya