Pembalap Liar, Corona, dan Literasi

 
Pembalap Liar, Corona, dan Literasi

LADUNI.ID, Jakarta - "Kemarin malam--tepatnya pukul 22.30 WITA, saya menemukan beberapa lusin pemuda yang ugal-ugalan mengendarai motornya. Polisi pun turut serta, akan tetapi untuk menghentikan aksi kebut-kebutan. Sungguh meresahkan sekali".

Setiap malam di Kota Palopo, biasanya hampir seluruh pemuda-pemudi berkeluyuran. Beragam aktivitas lebih meningkat di malam hari.

Ada yang balapan liar, ada yang getol belajar, yang lain asyik pacaran sampai lupa jalan pulang, ada pula bersenang-senang dengan rebahannya. Bahkan menjelang adzan subuh pun, masih terdapat kendaraan yang ditunggangi para pemuda melintas di jalan dalam jumlah besar.

Bagaimana tidak? Disaat yang lain lebih memilih stay at home and save healthy di berbagai daerah, tapi di Palopo berbanding terbalik 180 dejarat. Kebanyakan dari mereka, lebih asyik melakukan aktivitas yang bisa mendatangkan malapetaka bagi dirinya.

Pemerintah Kota Palopo menghimbau agar masyarakatnya tetap waspada terhadap penyebaran pandemic Covid-19, baik melalui tiap-tiap kelurahan, maupun akun resmi PEMDA di media sosial.

Perihal itu tak diindahkan oleh mayoritas pemuda di Palopo, karena merasa terpenjara jiwanya kalau tidak keluar rumah seharian. Sangat disayangkan, kecenderungan yang tak patut diikuti. Aneh bin ajaib al-ambyari.

Di saat yang lain sibuk dengan aktivitas produktif, seperti belajar melalui daring maupun laring. Ada yang membaca buku fisik, e-book, bahkan menekuni dunia tulis-menulis dengan menelurkan ide dan gagasannya pada media yang mempunyai platform edukatif.

Yups, hanya minoritas kalangan pemuda yang giat berliterasi di media sosial. Ini contoh yang patut dikembangkan.

Di tengah rentannya terjangkit virus Corona, masyarakat Kota Palopo selalu di bayang-bayangi dengan aksi ugal-ugalan oleh sebagian pemuda yang sangat menggelisahkan. Apalagi tempat-tempat yang kerapkali mereka jadikan arena balapan. Malam hari pun tak bisa tidur pulas.

Di sisi lain, masyarakat juga dibuat khawatir akan terjadi kecelakaan maut, dan membuatnya harus bertemu dengan penciptanya. Hampir semua orang yang direpotkan.

Pihak kepolisian turut dibuat berkeliaran di malam hari. Berbagai satuan di turunkan, baik polantas maupun tim jaguar untuk berpatroli menyambangi track balap.

Jadi wajar, apabila terdapat polisi di alun-alun kota. Demi kenyamanan bersama pengguna jalan, dan ketertiban di malam hari.

Belum lagi, pengendara lain yang biasa melintas di tempat tersebut. Mereka selalu waspada dengan pembalap liar, terlebih kala berpapasan.

Ketakutan pengendara lain adalah, para pembalap liar akan kehilangan kontrol saat menunggangi kuda besinya. Tak tanggung-tanggung, kecepatannya sampai 100km/h.

Kita bisa prediksikan, apa yang terjadi selanjutnya kalau menghantam motor pengendara lain. Terdapat dua opsi, rumah sakit atau liang lahat.

Meski motor yang kita kendarai hanya 20km/h. Kebanyakan lebih memilih putar arah, ketimbang mengambil jalan tersebut.

Saran saya, lebih baik memutar atau mengambil jalan yang tidak terdapat aksi balapan liar agar bisa tiba di rumah dengan selamat. Ingat, ada keluarga yang sedang cemas dan menunggu kedatangan anda di teras rumah.

Situasi yang sedang melanda Indonesia-- khususnya Kota Palopo yang rentan terpapar Corona--seharusnya membuat pembalap liar sadar, karena mereka juga hanya manusia biasa. Namun apa daya, hobinya bak benalu tertancap di tubuhnya. Dan malahan tambah asyik mengebut di jalanan, layaknya di MotoGP.

Para titisan Valentino Rossi ini, perlu menjadi perhatian bersama. Pihak keluarga harus menyadari hal tersebut.

Mencegah sangat penting, daripada mendengar kabar buruk bahwa sang anak mengalami kecelakaan, lantaran memacu kendaraannya melebihi batas maksimum.

Saat-saat sekarang, kontrol ayah dan ibu harus lebih intens, dan hendaknya orang tua tahu apa yang diperbuat oleh anaknya di luar rumah.

Stay at home, harus di amalkan pula para keluarga pembalap liar tersebut. Saling menjaga kenyamanan, dan memberikan imunitas agar tak terserang Covid-19.

Seyogyanya di waktu-waktu berdiam diri, difokuskan dengan aktivitas bermanfaat. Daripada keluyuran di malam hari.

Dengan membiasakan membaca buku, menulis apapun hal yang bisa digambarkan pada kertas putih, maupun diskusi via online. Biar tak ada pihak yang dirugikan, dan bisa saling menguntungkan satu sama lain.

Layaknya rebahan ala filsuf, turut menggelorakan kewaspadaan penyebaran virus Corona, dan mengkampanyekan semangat berliterasi--baik online ataupun offline.

Ini yang sangat urgensi, selain memberantas sikap kemalasan, juga merutinkan diri sendiri agar berkarya. Lagi pula, bertebaran pelbagai perlombaan karya tulisan.

Selayaknya, pemuda Kota Palopo keranjingan untuk mengikutsertakan karyanya dalam perlombaan, baik artikel, jurnal, essay, puisi, cerpen, dan sebagainya.

Pemerintah, masyarakat, kepolisian, pengendara motor/mobil, keluarga, bahkan anda sendiri, dapat mengurangi angka kecelakaan di jalan raya.

Lalu kita bisa rebahan, mendengarkan musik, berliterasi, dan tertidur pulas di rumah, sepanjang virus Corona belum pergi di Kota Palopo dan di Indonesia.

Kalau hal-hal produktif terus dilakukan setiap waktu, percayalah bahwa kita bisa memutus mata rantai penyebaran Corona.

Virus tersebut akan bosan dengan sendirinya. Tak percaya? Mari kita berliterasi sahabat, dan buktikan Indonesia bisa lebih baik di tahun-tahun selanjutnya.

Muhammad Rafly Setiawan
Kader PMII Kota Palopo.