Biografi Sayyid Awwadh bin Hasan Syamsuddin

 
Biografi Sayyid Awwadh bin Hasan Syamsuddin

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Berjuang Melawan Penjajah

4.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
Sayyid Awwadh dilahirkan pada sekitar tahun 1133-an H atau 1720-an M.  Sayyid Awwadh merupakan putra dari Syekh Maulana Hasan Syamsuddin yang wafat pada tahun 1199 H/1778 M. dan dimakamkan di pesisir Tanjungsari, Sugihwaras, Pemalang. Nama Sayyid Awwadh juga sama dengan nama kakeknya yakni Sayyid Awwad Bin Hasan Bin Imam Idrus bin Yahya.

1.2 Riwayat Keluarga
Sayyid Awwadh merupakan menantu dari Sayyid Syarif Bustaman Abdullah bin Husain Bin Abdurrahman Bin Yahya Baalawy atau Kanjeng Kyai Ketoboso (Suhardi Menggolo 1) yang pernah menjabat Bupati di Semarang. Sayyid Awwadh bin Hasan Syamsuddin memiliki empat anak laki-laki yakni:

  1. Sayyid Hasan,
  2. Sayyid Husain,
  3. Sayyid Muhammad,
  4. Sayyid Abullah Al-Faqih.

1.3 Wafat
Sayyid Awwadh wafat sekitar tahun 1212 H/ 1797 M. dimakamkan di Dusun Genuk, Kelurahan Tegalsari, Candisari, Kota Semarang. 

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Sayyid Awwad sejak kecil dididik langsung oleh ayahnya yakni Syekh Hasan Syamsuddin. Saat menjelang remaja pernah diajak oleh ayahnya untuk berguru pada Syekh Jumadil Kubro. Selain itu juga pernah berguru pada Mufti Jawa Fi Zamanihi Habib Muhaammad Qodhi bin Thoha bin Muhammad bin Syekh bin Ahmad bin Imam Yahya Baalawy.

Tokoh kelahiran Innat, Tarim, Yaman pada tahun 1078 H/1657 M. yang tak lain merupakan kakek Habib Hasan bin Thoha Kramat Jati Semarang, atau yang dikenal dengan nama Raden Tumenggung Sumodinggrat, Wedono lebet kerajaan dan menantu Hamengku Buwono 2 (w 1818 M). Habib Muhammad Qodhi wafat pada tahun 1167 H dan dimakamkan di Terboyo Semarang. 

Setelah Sayyid Awwadh bin Hasan Syamsuddin menuntut ilmu kepada ayahnya kemudian pergi ke Yaman untuk belajar kepada para ulama di tanah kelahirannya yaitu Tarim. Setelah itu melanjutkan pengembaraanya ke Haramain hingga sampai ke India guna menimba ilmu ke beberapa ulama khususnya dari kalangan para Sadah Alawiyyin sendiri dan lainnya. Iniah yang membuat Sayyid Awwadh sangat tabahhur (mendalami hingga dalam dan luas bagai lautan tak bertepi) dan mutaffanin (menguasai) dalam berbagai ilmu. 

Sepulang dari Tarim, Sayyid Awwadh langsung menuju ke Jawa untuk menyusul ayahnya di Semarang. Dari Semarang kemudian menuju ke Wiradesa, Kabupaten Pekalongan. Setelah ayahnya wafat di Pemalang dirinya melanjutkan perjuangan ayahnya menuju ke Lasem, Rembang.

Sempat tinggal di Lasem beberapa tahun dan membangun beberapa Majelis ilmu atau Pesantren di daerah Bonang, Lasem. Beliau juga sempat pernah diangkat sebagi Bupati dan akhirnya tinggal di Semarang dan diambil menantu oleh Sayyid Syarif Bustaman Abdullah bin Husain bin Abdurrahman bin Yahya Baalawy atau Kanjeng Kyai Ketoboso (Suhardi Menggolo 1).

2.1 Guru-Guru

  1. Syekh Hasan Syamsuddin,
  2. Habib Muhammad Qodhi

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

Sayyid Awwadh adalah seorang ulama yang wawasan ilmunya sangat luas dan dalam, khususnya dalam ilmu Tafsir Al-Qur'an, hadits, fiqih atau syariat juga dalam ilmu Taswwuf. Di samping itu juga seorang ekonom, ahli pertanian, serta negarawan yang ahli strategi.
 

3.1 Berjuang Melawan Penjajah
Karena pengetahuannya yang luas dari berbagai ilmu pengetahuan, maka Sayyid Awwadh kemudian diangkat oleh mertuanya menjadi guru besar dan tokoh agama. Perjuangan Sayyid Awwadh dalam menyebarkan agama Islam dan thariqah shalafush shalihin memiliki konsep dan pandangan sendiri yaitu bahwa dalam menentang penjajah tidak cukup dengan perlawanan fisik semata. Karena penjajah bukan sekadar menjajah bangsa ini secara fisik namun juga non fisik. Seperti penjajahan intelektual dengan membatasi putra-putri anak bangsa dan menuntut ilmu. 

Para penjajah lebih suka generasi pemuda anak bangsa berada dalam kebodohan. Karena dengan begitu mereka akan lebih mudah dan leluasa untuk menguasai berbagai lini kehidupan, khususnya perekonomian dan pertanian. Rempah-rempah beserta hasil bumi yang lainnya dari jerih payah rakyat dan anak bangsa dengan seenaknya mereka beli dengan harga yang sangat murah jauh dari standar atau bahkan tidak segan-segan mereka merampasnya. Sementara rakyat dan anak bangsa justru membeli dari mereka dengan harga yang mencekik. 

Pada masa Belanda sistem pendidikan didasarkan pada golongan penduduk menurut keturunan atau kelas sosial. Beberapa sekolah yang didirikan pemerintah kolonial tidak bertujuan memakmurkan rakyat, namun hanya untuk kepentingan pemerintah kolonial yakni mencetak tenaga kerja yang nantinya dipekerjakan oleh pemerintah seperti mandor pekerbunan, tenaga medis, tenaga pengajar, dan lain-lain.

Namun pada kenyataanya, tidak sedikit dari kaum pribumi yang disekolahkan oleh pemerintah belanda, justru berbalik arah menentang kaum penjajah. Banyak di antara mereka yang diberi beasiswa untuk belajar di Hindia Belanda hingga ke perguruan ttinggi, yang dibangun oleh Spanyol dan Inggris, justru setelah mereka pulang ke negaranya mejadi penentang penjajah yang sangat gigih.

Sebagai contoh Raden Sugoro Syarif Sholeh Bin Husain bin Yahya dan Ayahnya Syarif Husain bin Yahya. Keduanya sangat gigih dan semangat dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda tetapi selalu gagal dan mendapatkan perlawanan tidak heran jika penjajah terus berusaha untuk menagkapnya, tetapi selalu gagal dan mendapatkan perlawanan yang sengit. Peristiwa ini terjadi setelah wafatnya Sayyid Awwadh bin Sayyid Hasan Syamsuddin. 

Sayyid Awwadh tampaknya telah membaca apa yang dilakukan oleh Belanda. Oleh karena itu dalam mengahadapi penjajah dirinya menggunakan strategi dan pola perjuangan sebagai berikut: 

  1. Pengalaman agama yang berpegang kuat pada Salafunash Shalihin 
  2. Membangkitkan serta membangun kecintaan kepada para Shalihin, cinta kepada leluhur Bangsa, dan cinta kepada tanah air. 
  3. Membangun saran pendidikan yang menitik beratkan kepada pendidikan pesantren dan membangun ekonomi yang  terfokus pada ekonomi pertanian, agar rakyat tidak mudah dipermainkan oleh Belanda.

4. Referensi

  1. NU Online Jateng / jateng.nu.or.i
 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya