Makna Ruqyah Menurut Penjelasan Gus Ama’

 
Makna Ruqyah Menurut Penjelasan Gus Ama’

LADUNI.ID, Jakarta - Secara harfiah, Ruqyah berarti doa atau bacan-bacaan. Di wilayah tertentu bahkan adapula yang menyebutnya sebagai mantra atau jampi-jampi. Dan tiap wilayah juga memiliki istilah yang memiliki istilah yang bermakna Ruqyah, ungkap Gus ‘Allama Alauddin Shiddiqi, M.Pd.I. atau Gus Ama', di Masjid Nurul Huda, Gelgel, Klungkung, sebagaimana dikutip Laduni.id dari laman aswajadewata.com pada Rabu (24/6) kemarin.

Secara historis, Ruqyah adalah pengobatan tertua di dunia dan telah ada sejak zaman jahiliyyah. Namun pada prakteknya masih menggunakan bacaan-bacaan yang tidak sesuai dalam konteks Islam. Hingga Nabi Muhammad SAW sempat melarang hal ini, tambahnya dalam Pelatihan dan Ijazahan Jam’iyyah Ruqyah Aswaja  (JRA).

Akan tetapi, Ruqyah secara Islami dimulai sejak masa Islam awal sebagaimana yang tertuang dalam hadits berikut.

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانُوا فى سَفَرٍ فَمَرُّوا بِحَىٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَلَمْ يُضِيفُوهُمْ. فَقَالُوا لَهُمْ هَلْ فِيكُمْ رَاقٍ فَإِنَّ سَيِّدَ الْحَىِّ لَدِيغٌ أَوْ مُصَابٌ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ نَعَمْ فَأَتَاهُ فَرَقَاهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ الرَّجُلُ فَأُعْطِىَ قَطِيعًا مِنْ غَنَمٍ فَأَبَى أَنْ يَقْبَلَهَا. وَقَالَ حَتَّى أَذْكُرَ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم-. فَأَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ. فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا رَقَيْتُ إِلاَّ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ. فَتَبَسَّمَ وَقَالَ « وَمَا أَدْرَاكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ ». ثُمَّ قَالَ « خُذُوا مِنْهُمْ وَاضْرِبُوا لِى بِسَهْمٍ مَعَكُمْ »

Gus Ama’ Saat Memaparkan Materi

Dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa ada sekelompok sahabat Rasulullah SAW dahulu berada dalam perjalanan safar, lalu melewati suatu kampung Arab. Kala itu, mereka meminta untuk dijamu, namun penduduk kampung tersebut enggan untuk menjamu.

Penduduk kampung tersebut lantas berkata pada para  sahabat yang mampir, “Apakah di antara kalian ada yang bisa meruqyahkarena pembesar kampung tersebut tersengat binatang atau terserang demam.” Di antara para sahabat lantas berkata, “Iya ada.”

Lalu ia pun mendatangi pembesar tersebut dan ia meruqyahnya dengan membaca surat Al Fatihah. Pembesar tersebutpun sembuh. Lalu yang membacakan ruqyah tadi diberikan seekor kambing, namun ia enggan menerimanya, dan disebutkan bahwa ia mau menerima sampai kisah tadi diceritakan pada Nabi SAW.

Lalu ia mendatangi Nabi SAW dan menceritakan kisahnya tadi pada Beliau. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidaklah meruqyah kecuali dengan membaca surat Al Fatihah.” Rasulullah SAW lantas tersenyum dan berkata, “Bagaimana engkau bisa tahu Al Fatihah adalah ruqyah?”

Beliau pun bersabda, “Ambil kambing tersebut dari mereka dan potongkan untukku sebagiannya bersama kalian.” (HR. Bukhari no. 5736 dan Muslim no. 2201). Demikianlah yang dipaparkan oleh Kyai muda yang juga Pengasuh P.P. Sunan Kalijaga Jombang ini.

Ruqyah di wilayah Nusantara dibawa para Walisongo sebagai salah satu metode dakwah. Dan Ruqyah dengan bacaan Al Qur’an juga merupakan amalan – amalan orang sholeh. Karena Al Qur’an adalah pengobatan pertama dan utama. Al Qur’an  tak hanya untuk hal gaib saja namun segala aspek kehidupan. Karena hakikatnya, Al Qur’an adalah Rohmatan Lil ‘alamin dan mukjizat dari Allah SWT, tutupnya.