Kebijaksanaan Seorang Guru yang Mengaku Kalah Hebat Dibanding Muridnya

 
Kebijaksanaan Seorang Guru yang Mengaku Kalah Hebat Dibanding Muridnya
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Alkisah, dalam sebuah diskusi, ada seorang murid bertanya kepada gurunya. Pertanyaan itu ditanggapi dengan sangat baik oleh gurunya, dan terjadilah interaksi yang menarik untuk diteladani.

Murid itu bertanya, “Jika memang benar para guru adalah orang-orang pintar nan alim. Mengapa bukan para guru yang menjadi pemimpin dunia, bukan justru pengusaha sukses atau orang-orang kaya raya itu?”

Gurunya tersenyum bijaksana, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, ia masuk ke ruangannya. Lalu keluar kembali dengan membawa sebuah timbangan.

Guru itu kemudian meletakkan timbangan tersebut di atas meja, dan berkata, “Anak-anakku, ini adalah sebuah timbangan, yang biasa digunakan untuk mengukur berat emas dengan kapasitas hingga 5.000 gram. Berapa harga emas seberat itu?”

Sang murid mengernyitkan keningnya mendengar pertanyaan tersebut. Ia menghitung dengan kalkulator dan kemudian mejawab, “Jika harga satu gram emas adalah 800 ribu rupiah, maka 5.000 gram akan setara dengan 4 milyar rupiah.”

Lalu gurunya bertanya lagi, “Baiklah anakku, sekarang coba bayangkan, seandainya ada seseorang yang datang kepadamu membawa timbangan ini dan ingin menjualnya seharga itu, adakah yang bersedia membelinya?” 

Murid terdiam sejenak. Merasa mulai mendapatkan sedikit pencerahan dari sang guru, lalu ia berkata, “Timbangan emas tidak lebih berharga dari emasnya. Saya bisa mendapatkan timbangan ini dengan harga di bawah dua juta rupiah. Mengapa harus membayar sampai 4 milyar?”

“Nah, anakku, kini kau sudah mendapatkan pelajaran, bahwa kalian para murid, adalah seperti emas, dan kami adalah timbangan akan bobot prestasimu, kalianlah yang seharusnya menjadi perhiasan dunia ini, dan biarkan kami tetap menjadi timbangan yang akurat dan presisi untuk mengukur kadar pengetahuanmu, agar kalian semua sukses," jelas sang guru. 

Sang guru kembali menjelaskan, “Jika ada seseorang datang kepadamu membawa sebongkah berlian di tangan kanannya dan seember keringat di tangan kirinya, kemudian ia berkata, ‘di tangan kiriku ada keringat yang telah aku keluarkan untuk menemukan sebongkah berlian yang ada di tangan kananku ini, tanpa keringat ini, tidak akan ada berlian, maka belilah keringat ini dengan harga yang sama dengan harga berlian ini."

“Apakah ada yang mau membeli keringatnya? Tentu tidak."

“Orang hanya akan membeli berliannya dan mengabaikan keringatnya. Biarlah kami, para guru menjadi keringat itu, dan kalianlah yang seharusnya menjadi berliannya.”

Mendengar penjelasan itu sang murid menangis haru, ia memeluk gurunya dan berkata, “Wahai guru, betapa mulia hati kalian, dan betapa ikhlasnya hanya karena Allah semata, kami tidak akan bisa melupakan kalian, karena dalam setiap kepintaran kami, setiap kilau permata kami, ada tetes keringatmu.”

Sang guru menimpalinya, “Biarlah keringat itu menguap, menuju alam hakikat di sisi Allah SWT, karena hakikat akhirat lebih mulia dari segala pernak-pernik dunia ini. Karena bahkan dunia dapat memperdayamu, melalaikanmu dari syariat Allah.”

Kisah ini menyiratkan satu hikmah yang luar biasa. Terlepas dari kebenaran kisah ini, tetapi makna yang tersirat sangat dalam dan patut untuk diteladani. Kebijaksanaan seorang guru dengan ketawadlu'annya dapat membuat seoang murid semakin hormat dan ta'dhim tanpa harus dipaksa. Karenanya, ketika sang murid berhasil menjadi generasi unggul layaknya emas yang mahal itu, ia tidak akan pernah melupakan sang guru yang dengan ikhlas telah mendidiknya sepenuh hati. Sehebat apapun seorang murid, jika ia menjadi orang yang sholeh, maka tentu ia akan selalu ingat pada gurunya. 

Masya Allah... []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 18 Desember 2020. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Adibah Abdullah

Editor: Hakim