Khutbah Jum’at: Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Lebih Utama dari Jihad

 
Khutbah Jum’at: Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Lebih Utama dari Jihad

Khutbah Pertama:

اَلْحَمْدُ للهِ الًّذِى خَلَقَ الْاِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمِ وَالّذِيْ هَدَانَا لِطَرِيْقِهِ الْقَوِيْمِ وَفَقَّهَنَا فِي دِيْنِهِ الْمُسْتَقِيْمِ. أَشْهَدُ أَنْ لآاِلهَ إِلّاَ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُوْصِلُنَا إِلَى جَنَّاتِ النَّعِيْمِ وَتَكُوْنُ سَبَبًا لِلنَّظَرِ لِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ. وأَشْهَدُ أَنْ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِىُ الرَّؤُفُ الرَّحِيْمُ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْفَضْلِ الْجَسِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم، وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْا اِلَّا اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًا. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ      

Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah

Mengawali khutbah jumt’at ini, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita dengan menjalankan hal-hal yang menjadikan kita mendapatkan pahala, yang mengantarkan keselamatan baik di dunia maupun selamat di akhirat. Begitu juga marilah kita menghindari dan menjauhi dari hal-hal yang menyebabkan kita mendapatkan dosa, yang mengantarkan kepada kesengsaraan di dunia maupun di akhirat.

Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah

Beberapa hari yang lalu, kita telah diingatkan kembali perjuangan kedua orangtua kita dengan memperingati Hari Ibu. Bagaimana peranan seorang ibu dalam hidupnya?. Dari mengandung janin yang hidup dan tumbuh berkembang di dalam rahimnya. Dalam masa kehamilan banyak hal yang dirasa dan ditanggung oleh seorang ibu. Keadaan ini seorang ibu harus menjaga tumbuh kembang janin hingga terbentuk sempurna menjadi sosok manusia.

Baca juga: Penjelasan Gus Baha tentang Orang yang Meninggal Selain di Hari Jumat

Al-Qur’an mengingatkan kembali masa kecil manusia dengan betapa susahnya keadaan yang dialami ibu pada saat hamil dan melahirkan anak. Begitu pula setelah melahirkan pun, tanggung jawab untuk menyusui dan mengasuh anak dibebankan kepada ibu yang secara langsung mengadakan kontak fisik dengan anak. Dari bangun tidur hingga malam, bahkan sampai pagi, seorang ibu terus menjaga dan memperhatikan kebutuhan anaknya. Demikian pula peran seorang bapak yang mengimbanginya dengan biaya nafkah dan perlindungan yang tidak kalah penting pula bagi keselamatan ibu dan untuk kelangsungan hidup anak. Demikianlah perjalanan perjuangan kedua orangtua.

Al-Qur’an menegaskan, Allah SWT memerintahkan masalah kebaktian dan berbuat baik kepada kedua orang tua setelah perintah untuk meng-esakan Allah SWT dan larangan untuk menyekutukan-Nya. Al-Qur’an sering menyebut mereka dengan istilah wâlidâni atau wâlidain.

Baca juga: Di Malam Jumat: Baca Surat Yasin Atau Al-Kahfi?

Allah SWT mewajibkan kepada seorang anak untuk berbuat kebajikan kepada kedua-duanya sampai-sampai Allah menyangkut pautkan hal tersebut dengan kewajiban beribadah hanya kepadanya. Difirmankan dalam Al-Qur’an:

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْا اِلَّا اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَا اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَا اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik  pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra [17]:23).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Begitu pula dalam perintah untuk bersyukur. Allah memerintahkan manusia untuk bersyukur kepada orang tua, setelah bersyukur kepada-Nya terlebih dahulu. Hal ini mengesankan betapa mulia dan pentingnya kedudukan kedua orangtua di sisi Allah. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 14:

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ اُمُّه وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُه فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman [31]:14).

Baca juga: Kemanusiaan Mendahului Sikap Keberagamaan

Selain itu dalam ayat lain, perintah Allah SWT untuk berhati-hati dalam berbicara dihadapan orang tua. Al-Qur’an memesankan ketika seorang anak berbicara kepada kedua orang tua harus dengan tutur kata yang lembut. Difirmankan dalam Al-Qur’an surat Al-Isra;

وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّل مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَبِّي ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”  (QS. Al-Isra [17]:23-24).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menempatkan berbakti kepada kedua orang tua lebih utama dari jihad.

عن ابن مسعود قال: سَأَلْتُ رَسُولَ الله أيُّ العَمَلِ أَحَبُّ إلى الله؟ قَالَ: الصَّلاةُ عَلَى وَقْتِها. قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: بِرُّ الوَالِدَيْنِ. قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: الجِهَادُ فِي سَبِيلِ الله.

“Dari Ibnu Mas'ud berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang amal apakah yang paling disukai Allah?, Rasul menjawab: Shalat tepat pada waktunya. Aku berkata : Kemudian apalagi ?, Rasulullah SAW menjawab: Berbuat baik kepada kedua orang tua. Aku berkata: Kemudian apa lagi?, Rasul menjawab: Jihad fisabilillah.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Dalam hadits lain, diriwayatkan Abu Ya’la dan Tabrani, diceritakan ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata:

إنَّنِي أَشْتَهِي الجِهَادَ وَلا أَقْدِرُ عَلَيْهِ.

“Sesungguhnya aku menginginkan jihad tapi aku tidak mampu atasnya”

Rasulullah SAW bertanya kepada lelaki tersebut:

هَلْ بَقِيَ مِنْ وَالِدَيْكَ أَحَدٌ؟

“Apakah kedua orang tuamu masih ada salah satunya?”

Lelaki itu menjawab:

أمِّي

“Ibuku”

Rasulullah SAW bersabda:

قَاتِلْ لِلَّهِ فِي برِّهَا فَإِذَا فَعَلْتَ فَأَنْتَ حَاجٌّ وَمُعْتَمِرٌ وَمُجَاهِد

 “Jihadlah karena Allah dalam berbuat baik kepada ibumu jika engkau telah melakukanya maka engkau adalah seorang haji, umroh dan seorang mujahid.” (HR. Abu Ya'la dan Tabrani).

Dalam riwayat yang lain, pengabdian seorang anak terhadap kedua orangtua menggambarkan, bahwa Syurga dibawah kaki kedua orangtua. Sebagaimana redaksi hadits yang diriwayatkan Ibnu Majjah, An Nasa’i dan al-Hakim.

جَاءَ رَجُلٌ إلى رَسُولِ الله فَقَالَ: يَا رَسُولَ الله أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُو وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيرُكَ. فَقَال: هَلْ لَكَ مِنْ أُمَ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: فَالْزمهَا فَإِنَّ الجَنَّةَ عِنْدَ رِجْلهَا،

“Seorang lelaki datang kepada Rasululloh kemudian berkata: Wahai Rasulullah, aku ingin berperang, aku mendatangimu untuk meminta pendapatmu. Rasul bertanya: Apakah engkau masih mempunyai ibu?,  lelaki tersebut menjawab: Iya, Rasulullah bersabda: Jangan tinggalkan ibumu, karena sesungguhnya syurga berada di kakinya.

وفي رواية: أَلَكَ وَالدَانِ؟ قُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ: فالْزَمْهُمَا فَإِنَّ الجَنَّة تَحْتَ أَرْجُلِهِمَا

Dalam riwayat yang lain. Rasulullah SAW bertanya: Apakah engkau masih mempunyai kedua orang tua?,  aku berkata: Iya. Rasulullah bersabda: Jangan kau tingalkan keduanya karena sesungguhnya syurga dibawah kaki keduanya.” (HR. Ibnu Majjah, an Nasa'i dan al-Hakim).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Demikian ajaran agama. Allah SWT dan Rasulnya memerintahkan berbakti kepada kedua orangtuanya lebih utama daripada jihad.

 

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

Khutbah kedua:

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ،

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

_______________________________________
Disunting Oleh: Ustadz Syarif Cakhyono
Sekretaris PCNU Jakarta Timur