Biografi KH. Tubagus Muhammad Falak Banten

 
Biografi KH. Tubagus Muhammad Falak Banten
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi Biografi KH. Tubagus Muhammad Falak Banten

  1. Kelahiran
  2. Wafat
  3. Keluarga
  4. Pendidikan
  5. Menjadi Pengasuh Pesantren
  6. Sosok Wali
  7. Karomah
  8. Teladan
  9. Chart Silsilah Sanad

 

Kelahiran

KH. Tubagus Muhammad Falak atau yang akrab disapa dengan panggilan Abah Falak lahir pada tahun 1842 M, di Pondok Pesantren Sabi, Desa Purbasari Kabupaten Pandeglang, Banten.

Nama kecil beliau adalah Tubagus Muhammad, tetapi ada juga yang mengatakan nama kecil beliau adalah Abdul Halim. Kemudian diubah menjadi Abdul Haris. Sedangkan gelar Falak itu sendiri diberikan oleh gurunya Syaikh Sayyid Afandi Turqi, saat beliau mempelajari Ilmu Khasaf dan Falak (Perbintangan-red.) di Makkah.

Sejak kecil Tubagus Muhammad diasuh oleh ayahandanya, KH. Tubagus Abbas dan ibundanya, Ratu Quraysin. Ayahnya adalah keturunan keluarga kesultanan Banten, silsilah dari Syaikh Syarif Hidayatullah, sedangkan ibunya Ratu Quraysin merupakan keturunan dari Sultan Banten.

KH. Tubagus Abbas merupakan seorang ulama besar di Banten. Ayahandanya tersebut juga merupakan pendiri dan pemimpin Pondok Pesantren Sabi.

Melalui garis keturunan dari Ayahnya. Abah Falak berasal dari keturunan keluarga besar kesultanan di Banten. Bahkan kalau merujuk kepada silsilah keluarganya, Abah Falak termasuk keturunan salah satu Walisongo yang bernama Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan gelar Sunan Gunung Jati.

Wafat

Abah Falak wafat pada tanggal 19 Juli 1972 M atau 8 Jumadil Akhir 1392 H, di usianya yang ke 130 tahun. Beliau dimakamkan di areal komplek Pondok Pesantren Al-Falak yang tidak jauh dari Masjid Al-Falak.

Beliau meninggal karena sakit ringan. Hampir seluruh ulama dan habib termasuk masyarakat di tanah air banyak yang ikut mensholatkan dan mengantarkannya ke tempat pemakaman.

Keluarga

Abah Falak menikah dengan Siti Fatimah sosok gadis dari Pegentongan, Bogor. Buah dari pernikahannya itu, beliau dikaruniai seorang putra yang bernama Tubagus Muhammad Thohir atau yang lebih dikenal dengan Acenk. Dari Tb. Muh.Thohir lahirlah beberapa orang cucu dan buyut yang sekarang beberapa di antaranya mengabdi di Pesantren Al-Falak dan sekitarnya. Abah Falak bermukim di pagentongan hingga akhir hayatnya.

Pendidikan

Abah Falak memulai pendidikan dengan belajar baca tulis Al-Qur’an dan pemantapan Aqidah Islam langsung kepada ayahnya, KH. Tubagus Abbas. Saking cintanya pada ilmu agama, beliau sampai pernah mengembara di usia yang sangat muda yaitu 15 tahun. Abah Falak berguru pada Ulama Banten dan Cirebon untuk menimba dan memperdalam ilmunya.

Pada usia 17 tahun, tepatnya tahun 1857 untuk pertama kalinya Abah Falak berangkat ke tanah suci untuk menimba ilmu selama kurang lebih 21 tahun. Beberapa bidang keilmuan yang beliau pelajari dan perdalam hingga ke Timur Tengah antara lain adalah Ilmu Tafsir Al-Qur’an (dari Syaikh Nawawi Al-Bantani dan Syaikh Mansur Al-Madani), Ilmu Hadis (dari Sayyid Amin Quthbi), Ilmu Tasawwuf (dari Sayyid Abdullah Jawawi), Ilmu Falak (dari Affandi Turki), Ilmu Fiqih (dari Sayyid Ahmad Habsyi, Sayyid Baarum, Syaikh Abu Zahid dan Syaikh Nawawi Al-Falimbany), Ilmu Hikmah (dari Syaikh Umar Bajened, Makkah, Syaikh Abdul Karim dan Syaikh Ahmad Jaha, Banten) dan beberapa ulama besar lainnya, yakni Syaikh Ali Jabra, Syaikh Abdul Fattah Al-Yamani, Syaikh Abdur Rauf Al-Yamani, Sayyid Yahya Al-Yamani, Syaikh Zaini Dahlan, Makkah. Selain itu beliau juga belajar kepada beberapa ulama besar dari Banten, di antaranya adalah Syaikh Salman, Syaikh Sholeh Sonding, Syaikh Sofyan dan Syaikh Sohib Kadu, Pinang.

Selama berada di Makkah, Abah Falak tinggal bersama Syaikh Abdul Karim. Dari gurunya ini, Abah Falak mendapatkan kedalaman Ilmu Thoriqoh dan Tasawwuf. Bahkan Syaikh Abdul Karim yang dikenal sebagai seorang wali agung dan ulama besar dari Banten yang menetap di Makkah, pernah membai'at Abah Falak dan memberinya kepercayaan sebagai seorang Mursyid (guru besar) Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah.

Menjadi Pengasuh Pesantren

Pada tahun 1878 Abah Falak kembali ke tanah air. Beliau sempat tinggal di tempat kelahirannya Pandeglang Banten dan mendapat kepercayaan memimpin Pondok Pesantren Sabi yang ditinggalkan ayahandanya.

Tetapi seperti perjalanan seorang muballigh pada umumnya, aktivitas dakwah dan tablighnya dalam rangka menyebarkan dan menyiarkan Islam tidak akan terhenti hanya sampai di sana. Sebagai wujud untuk mengembangkan dan mengamalkan ilmunya, sejak tahun itu juga beliau memulai melancarkan aktivitas tabligh dan dakwah secara estafet. Dimulai dari daerah Pandeglang, Banten hingga sampai ke Pagentongan, Bogor.

Sekarang Pondok Pesantren Al-Falak dikelola oleh buyutnya (generasi IV) Abah Falak yang tinggal di Pagentongan. Sampai saat ini Pondok Pesantren Al-Falak tetap konsisten untuk membantu pemerintah dalam membangun sumber daya manusia yang sangat islami.

Sosok Wali

Abah Falak merupakan seorang ulama yang kharismatik. Hingga saat ini, meski beliau telah tiada, makamnya masih sering diziarahi oleh banyak orang dari berbagai penjuru tanah air, bahkan oleh para pejabat Negara. Ini menunjukan suatu bukti bahwa semasa hidupnya, Abah Falak memiliki kedalaman ilmu dan pengaruh yang sangat luas di berbagai khayalak.

Gambaran sosok Abah Falak yang demikian itu, didukung oleh pengakuan beberapa ulama besar termasuk para habib di nusantara. Mereka memberikan pengakuan bahwa Abah Falak merupakan seorang Waliyullah. Hal itu pernah disampaikan oleh Habib Umar Bin Muhammad bin Hud Al-Attas (Cipayung), Habib Sholeh Tanggul, Jawa Timur dan Habib Ali Al-Habsyi Kwitang, Jakarta .

Karomah

Salah satu karomah Abah Falak adalah ketika tiga hari menjelang wafatnya, beliau sempat dikunjungi oleh para guru yang telah tiada, seperti Syaikh Nawawi Al-Bantani, Syaikh Said Abdut Turqi, Syaikh Abdul Karim bahkan juga Syaikh Abdul Qodir Jailani.

Ada juga yang mengatakan bahwa beliau bisa mengetahui apa maksud dan tujuan orang yang akan datang padanya. Selain itu diterangkan pula, bahwa Abah Falak sering melakukan perjalanan singkat antara Pagentongan–Banten.

Selama di Banten Abah Falak menjadi seorang ulama besar yang menjadi pusat kunjungan berbagai kalangan masyarakat. Artinya, di sana dapat dilihat tidak semata-mata seorang individu yang memiliki pengaruh luas, tapi jelas ada faktor kekaromahan yang dimilikinya dan diyakini oleh khalayak umum.

"Subhanallah, Tabarakallah. Abah Falak itu seorang yang Alim, Wali, ‘Allamah, berperawakan kecil, kulitnya putih berseri. Beliau sangat ramah dan selalu tersenyum kepada yang menyapanya!" ucap KH. Zein, orang yang pernah menjadi pengawal pribadi Abah Falak.

Lebih jauh, sosok keturunan kelima dari Abah Falak itu menuturkan, "Abah Falak tinggi badannya sekitar 150 cm, Abah selalu memakai udeng (sorban yang dililitkan di kepala-red), wajahnya selalu berseri, tutur katanya lembut namun tegas dan jelas. Bahkan dikagumi oleh semua orang, baik dengan para ulama, habib dan sahabat-sahabatnya yang datang bersilaturrahmi kepadanya."

"Abah Falak dalam berbicara selalu menggunakan Bahasa Arab yang fasih, sedangkan kalau kepada santri-santri dan tamunya selalu menggunakan Bahasa Sunda atau Bahasa Indonesia," lanjut KH. Zein.

"Selain ahli falak, Abah juga seorang ahli dzikir dan thoriqoh. Setiap harinya, beliau tidak pernah lepas dari tasbih, bahkan Abah Falak selalu mengingatkan supaya mulut kita jangan sampai kering, tetapi harus basah dengan berdzikir, membaca istighfar dan Sholawat Nabi. Abah Falak termasuk ulama besar yang selalu menjaga kebersihan dan kesehatan tubuhnya. Karena itu sudah menjadi kebiasaan setiap pagi memakan dua telur ayam kampung, kemudian jalan-jalan sambil melihat-lihat pondok pesantren, madrasah, majlis ta'lim dan masjid," Pungkas KH. Zein

Teladan

Semasa hidup, Abah Falak dikenal sebagai seorang yang dermawan. Banyak orang yang datang kepadanya untuk meminta tolong dan beliau selalu memberikan pertolongan kepada orang-orang yang meminta pertolongan.

Ada satu kisah menarik dari  penuturan KH. Zein, bahwa apabila kedatangan tamu yang niatnya tidak bagus, maka beliau seperti orang tuli. Pernah suatu saat Abah Falak kedatangan tamu yang minta nomor togel. Pada saat orang itu mengutarakan maksudnya, Abah Falak bertanya berulang kali seolah-olah sama sekali tidak mendengar apa yang diutarakan orang itu, bahkan secara tiba-tiba, Abah Falak menyuruh orang itu pulang.

Chart Silsilah Sanad

Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Tubagus Muhammad Falak Banten dapat dilihat di sini.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 05 September 2022, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa tanggal 19 Juli 2023.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya