Kiai Khozin Buduran: Sang Zahid Pencetak Ulama-Ulama Hebat

 
Kiai Khozin Buduran: Sang Zahid Pencetak Ulama-Ulama Hebat

LADUNI.ID, Jakarta - Dalam sebuah riwayat, KH. Muhammad Khozin, salah satu Pengasuh Pondok Pesantren Siwalanpanji (Guru Mbah Hasyim Asy’ari) generasi ke-3, kira-kira tahun 1850-an. Beliau di kenal zahid (istiqamah dalam urusan ukhrowi) dan waro’ (hati-hati dalam hukum).

Ya, itulah Kiai Muhammad Khozin Khoiruddin, Pengasuh Pondok Pesantren Siwalan Panji, Buduran, Sidoarjo yang sangat sederhana dan sekaligus perintis tradisi khataman Tafsir Jalalain, yang pada era Kiai Ya'kub Hamdani terkenal sebagai pondok pesantrennya para wali.

Hadratus Syeikh Kiai Hasyim Asy'ari juga merupakan alumni pondok pesantren ini. Beliau sempat diambil menantu oleh Kiai Ya'qub, dipersuntingkan dengan puterinya yang bernama Nafisah. Dari perkawinannya dengan Nyai Nafisah ini beliau dianugerahi seorang anak bernama Abdullah. Akan tetapi, sayang, keduanya (Nyai Nafisah dan Abdullah putranya) wafat di Makkah pada tahun 1930.

Di Pondok Pesantren Siwalan inilah masih dipertahankan gothaan (kamar) Hadratus Syeikh Kiai Hasyim Asy'ari sewaktu masih nyantri sampai sekarang diabadikan keberadaannya sebagai bentuk penghormatan kepada Hadratus Syeikh. Di antara alumni Pondok Pesantren Siwalan yang lain adalah Mbah Hamid Abdullah Pasuruan, Kiai As'ad Syamsul Arifin Situbondo, Mbah Ud Pagerwojo, Mbah Jaelani Tulangan.

Kiai Kholil Bangkalan sendiri akhirnya nyantri (berguru) kepada Kiai Khozin, sehingga termasuk alumni Pondok Pesantren Siwalan Panji.

Semenjak itu, Syaikhona Kholil Bangkalan selalu mewanti-wanti agar santri beliau yang boyong (pulang ke kampung halaman) agar tabarrukan dulu di Pondok Pesantren Panji yang diasuh Kiai Khozin Khoiruddin ketika itu, sebagai bentuk ketakdzhiman Syaikhona Kholil Bangkalan kepada Kiai Khozin. Mungkin inilah salah satu alasan mengapa sampai sekarang Pondok Pesantren Panji, terutama Pondok Pesantren Al-Khoziny, banyak dipenuhi santri dari Madura, sebagai bentuk ketakdzhiman mereka pada dawuh Syaikhona Kholil Bangkalan.

Pondok Siwalan Panji ini berdiri sekitar tahun 1787 oleh Kiai Hamdani. Menurut Gus Rokhim, pemangku Pondok Pesantren Khamdaniyah yang juga generasi ke tujuh dari Mbah Khamdani, ketika tanah Siwalan Panji masih berupa tanah rawa, Mbah Hamdani meminta kepada Allah SWT agar tanah rawa ini diangkat ke permukaan untuk dijadikan sebagai kawasan syiar Islam waktu itu.

Dikisahkan, saat itu Mbah Hamdani meminta pertolongan kepada Allah SWT, tidak berselang lama, Tanah yang sebelumnya Rawa, tiba-tiba terangkat dan menjadi daratan.

Tidak hanya itu, konon pada awal-awal pengerjaan pondok pesantren, kayu bangunan pondok pesantren yang didatangkan dari Cepu melalui jalur laut tiba-tiba pecah dan terserak dan berpencar. Namun, karena pertolongan Allah SWT, kayu-kayu yang semula berpencar ini, bergerak sendiri melalui Sungai menuju ke arah sungai di seberang kawasan Pondok Pesantren Panji.

Konon, ada satu kayu yang tersangkut di kawasan Kediri, dan sekarang disebut menjadi kayu cagak Panji di Kediri.

Pondok Pesantren Siwalan Panji merupakan pondoknya para Wali karena setiap tahun alumni yang keluar beberapa di antara mereka sudah mempunyai karomah-karomah luar biasa ketika masih menjadi santri.

Dalam beberapa riwayat, di Pondok Pesantren Panji atau Siwalan Panji inilah, kitab Tafsir Jalalain pertama kalinya dibaca secara klasikal pada tahun 1789 M. Sistem pendidikan ala Madrasah Diniyyah juga sudah ada pada waktu itu, hanya saja formatnya tidak seperti sekarang yang tersusun sistematis dan terencana.

Pembaharuan sistem pendidikan Pondok Pesantren secara klasikal dengan kurikulum yang sistematik diinisiasi oleh Gus Wahid (KH. Abdul Wahid Hasyim), yang merupakan salah seorang pahlawan pergerakan nasional, ayah Gus Dur, pada akhir 1930-an. Walahu'alam bishawab.(*)

***

Penulis: Abdul Karim
Editor: Muhammad Mihrob