Garassi, Kampung Peradaban Wali Songo di Selatan Makassar Abad ke-17

 
Garassi, Kampung Peradaban Wali Songo di Selatan Makassar Abad ke-17
Sumber Gambar: Dok. Facebook Ahmad Baso tentang Lokasi Kampung Garassi di abad ke-17

LADUNI.ID, Jakarta - Sejarawan Islam Nusantara, KH. Ahmad Baso, dalam salah satu postingannya di Facebook menulis tentang sebuah kampung yang bernama Garassi. Kampung ini merupakan pusat peradaban Walisongo yang terletak di Selatan Makassar pada abad ke-17. Ahmad Baso menulis:

Setidaknya ada tiga jaringan Nusantara Wali Songo berbasis Gresik yang menggunakan nama Garawasi, Garasik, Grisse, Garasik: satu di Makassar, satu di Banjar (Kalsel) dan satunya lagi di Patani, Thailand Selatan.

Di Makassar namanya Kampung Garassi, selatan benteng Somba Opu (pusat Istana Kerajaan Gowa). Didirikan sejak pertengahan abad 16, dan menjadi kota satelit (mirip Depok dengan Jakarta), yang menghimpun orang-orang Jawa dan Melayu, yang kebanyakan adalah pedagang, pekerja kebudayaan (penulis, sastrawan, pembuat kertas, dan sebagainya) dan basis kaderisasi santri-ulama.

Kampung Garassi kemudian di abad ke-17 menjadi salah satu pusat peradaban Kesultanan Gowa karena jaringan Islam Nusantara-nya yang luas.

Setelah Makassar kalah di tangan Kompeni VOC lewat Perjanjian Bungaya tahun 1667, Kampung Garassi kemudian dihancurkan oleh Belanda bersama benteng anti kolonialnya yang kokoh. Satu pasal dalam Perjanjian Bungaya itu menyebut Benteng Garassi harus diratakan dengan tanah.

Sejak itu menghilang pula pangkalan jaringan peradaban Jawa-Melayu di Makassar… dan orang Makassar pun sudah banyak yang lupa Wali Songo.

***

Dalam postingan yang berbeda, KH. Ahmad Baso selanjutnya menulis tentang sebuah masjid di era Kesultanan Gowa. Masjid tersebut terdapat pada Lukisan Perang Makassar yang terjadi pada sekitar 1669. Pada lukisan yang berukuran 57x53 cm itu dilukis oleh Romeyn de Hooghe (1645-1708) yang menceritakan tentang penyerbuan VOC terhadap ibukota Kesultanan Gowa.

KH. Ahmad Baso menulis: Mesjid Kesultanan Gowa dalam Lukisan Perang Makassar tahun 1669 oleh Romeyn de Hooghe (1645-1708) ukuran 57 x 53 cm. Menggambarkan penyerbuan VOC dipimpin Speelman dan Arung Palakka tahun 1667 terhadap ibukota Kesultanan Gowa di Sombaopu, selatan kota Makassar, dan kota-kota sekitarnya: Galesong, Bata-bata, Panakkukang, dan Barombong.

Perhatikan gambar Mesjid Kesultanan Gowa di sebelah kiri yang sedang terbakar: bentuk arsitekturnya menyerupai bangunan mesjid-mesjid yang dirintis para Wali Songo di Ampel maupun di Demak, terdiri dari dua lantai, disertai bangunan pendopo di sampingnya… semuanya kini tak tersisa...(*)

***

Sumber tulisan: KH. Ahmad Baso
Editor: Muhammad Mihrob