Ziarah di Makam KH. M. Dimyati, Masyayikh Pesantren Sukamiskin

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah di Makam KH. M. Dimyati, Masyayikh Pesantren Sukamiskin

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta - KH.R. Ahmad Dimyati beliau adalah ulama kharismatik dan beliau adalah pengasuh pondok pesantren Sukamiskin periode kedua setelah KH. Muhammad bin Alqo ( ayah beliau) wafat.

KH.R. Ahmad Dimyati dikenal dengan sebutan Mama Gedong. Hal ini mengacu pada kediaman rumahnya yang saat zaman penjajahan telah dibangun dengan dinding tembok. Keadaan rumah seperti itu menunjukan status sosial dan kepemilikan harta kyai tersebut. Memang dari silsilah keluarganya, ia adalah keturunan bangsawan yang kaya.

Profil

KH.R. Ahmad Dimyati lahir pada 1882 di Babakan Ciparay, Kewedanaan Tegalega, Bandung. Sekarang daerah ini resmi menjadi wilayah kota Bandung.
Dimyati dikenal dengan sebutan Mama Gedong. Hal ini mengacu pada kediaman rumahnya yang saat zaman penjajahan telah dibangun dengan dinding tembok. Keadaan rumah seperti itu menunjukan status sosial dan kepemilikan harta kyai tersebut. Memang dari silsilah keluarganya, beliau adalah keturunan bangsawan yang kaya.

 

Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH.R. Ahmad Dimyati

Guru-guru beliau selama menuntut ilmu adalah:

  1. KH. Abu
  2. KH. Zarkasyi
  3. KH. Hasyim Asy’ari
  4. KH. Aon
  5. KH. Moh. Nawawi.

Lokasi Makam

Beliau wafat pada tahun 1946 dalam usia 63 tahun dan dimakamkan di Kampung Ciseureuh, Desa Mandala Haji, Kecamatan Pacet, Kab. Bandung.

Haul

Haul KH.R. Ahmad Dimyati diperingati di pesantren Sukamiskin, Kab. Bandung, Haul beliau dilaksanakan di tahun kalender islam pada bulan Rabiul Akhir, untuk tanggal akan diberitahu oleh pihak keluarga besar pesantren Sukamiskin, Kab. Bandung.

Acara dimulai dengan khotmil Qur’an, dan di hari kedua dilakukan ziarah ke tiga tempat, pertama ke keluarga Pondok pesantren Sirnamiskin, kedua Pesantren Pangkalan, dan ketiga ke Pesantren Ama Cibaduyut.

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam KH.R. Ahmad Dimyati  banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Bandung saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang berziarah di makam beliau yang berada di Komplek Pemakaman keluarga, Kampung Ciseureuh, Desa Mandala Haji, Kecamatan Pacet, Kab. Bandung

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam KH.R. Ahmad Dimyati , dimudahkan dalam mencari ilmu, dimudahkan dalam mencapai cita-citanya, dan dimudahkan dalam mendapatkan keturunan anak sholeh dan sholehah

Peninggalan

Pengasuh Pesantren Sukamiskin, Kab. Bandung

KH.R. Ahmad Dimyati menjadi pengasuh pesantren Sukamiskin melanjutkan estafet dari ayahnya KH. Muhammad bin Alqo dari tahun 1911 hingga 1946.

KH. R. Ahmad Dimyathi lebih dikenal dengan sebutan Mama Gedong. Ajengan Dimyathi ini merupakan peletak dasar Ngalogat Sunda (metode memaknai kitab dalam bahasa Sunda) serta banyak karya-karya beliau dalam bahasa Sunda yang berhubungan dengan ilmu fiqh, tauhid, tasawuf dan syair-syair.

Pada periode kedua ini KH. R. Ahmad Dimyati dibantu oleh KH. R. Muhammad Chalil, saudaranya sendiri. Kurang lebih 36 tahun lamanya, Pondok Pesantren Sukamiskin mengalami kejayaan. Namun setelah kewafatan KH. R. Ahmad Dimyati, Pondok Pesantren mengalami kevakuman selama kurang lebih dua tahun karena terhambat dengan adanya peperangan menjelang kemerdekaan Indonesia.

Setelah negara aman kembali dan kemerdekaan sudah diproklamirkan, maka KH. R Haedar Dimyati, putera dari KH. R. Ahmad Dimyati, mulai merintis kembali pesantren yang sempat vakum itu dan berhasil memulihkan kembali seperti keadaan semula walaupun dalam jangka waktu yang agak lama. KH. R. Haedar Dimyati wafat pada tahun 1967 M.

Karya Beliau

Tafsir al-Quran ditulis dalam bahasa Sunda yang berjudul al-Tabyin al-Ajla wa al-Ahla karya KH.R. Ahmad Dimyati (w. 1946 M).

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Kab. Bandung di antaranya:
Tahu Bandung, Bolu Bakar, Peuyeum (Tape),  Keripik Maicih, Bakso Goreng (Basreng), Tahu Susu lembang, Wajit Cililin, Bakpia Bandung, Combro, Kopi Aroma.