Maulay Syeikh Abdussalam Al-Masyisyi Wali Qutub Maroko Yang Berpuasa Sejak Bayi

 
Maulay Syeikh Abdussalam Al-Masyisyi Wali Qutub Maroko Yang Berpuasa Sejak Bayi
Sumber Gambar: Facebook Joko Tole Faqot

Laduni.ID, Jakarta - Berdirinya Tarekat Syadziliyah yang dimotori oleh waliyullah Maulay Syeikh Hasan as-Syadziliy tentu tidak pernah terlepas dari guru yang mengajarkan dan menurunkan tarbiyah suluk (pendidikan akhlak) kepada beliau. Dan guru besar dari pemrakarsa Tarekat Syadziliyah tersebut adalah Maulay Syeikh Abdissalam ibn Masyisy.

Bagi kebanyakan ulama, bahkan masyarakat biasa di Maroko, nama Maulay Syeikh Abdissalam Ibn Masyisy sudah tak asing lagi. Beliau adalah guru besar dari tiga waliyul qutb. Maqam atau kedudukan beliau pun bahkan disebutkan dalam banyak riwayat.

Salah satunya dalam kitab al-Muthrib bi Masyaahiri Ahli Magrib karangan Syeikh Abdullah Ibn Abdul Qadir at-Talidiy, bahwa kedudukan Maulay Syeikh Abdissalam Ibn Masyisy di Negeri Maghrib (sekarang Maroko) menyamai kedudukan Imam Syafi’i di Mesir.

Tiga Waliyullah yang berguru ke beliau yaitu, Sidi Ibrahim ad-Dasuqi pendiri Tarekat Dasuqiyah atau Burhamiyah, Sidi Ahmad al-Badawi, seorang wali bertarekat sunni yang mendirikan Tarekat Badawiyah di kota Fez, Maroko. Dan yang terakhir, murid satu-satunya yang sangat dekat dengan beliau, yaitu Sidi Syeikh Abu Hasan as-Syadziliy.

Syeikh Abu Hasan as-Syadziliy dikenal sebagai pendiri Tarekat Syadziliyah yang masyhur mendunia sampai sekarang. Maka dari sini, sependek pengamatan penulis, beliau menempati maqam Qutbul Aqthab (Pemimpinnya para pemimpin wali).

Maulay Syeikh Abdissalam Ibn Masyisy lahir pada tahun 559 H/1198 M di sebuah desa terpencil yang biasa disebut Jabal A’lam di wilayah Arous. Lokasinya yang berada di antara kota Tangier dan kota Tetouan, Maroko. Tanda kewalian Maulay Syeikh Abdissalam Ibn Masyisy ternyata sudah tampak sejak hari kelahiran beliau.

Hal ini termaktub dalam kisah yang dituangkan Syeikh Abi Ali Hasan Ibn Muhammad Ibn Qasim at-Tazy al-Maghribi dalam kitabnya Tabaqat as-Syadziliyah al-Kubra, bahwa Syeikh Abdul Qadir al-Jailani pada hari kelahiran Maulay Syeikh Abdissalam Ibn Masyisy, beliau mendapat panggilan dari sebuah suara yang tak dikenal dari mana asal suara tersebut.

Suara tersebut berkata: “Wahai Abdul Qadir! Pergilah kamu ke Negeri Maghrib (Negeri bagian barat, sekarang Maroko), sesungguhnya pada hari ini telah lahir seorang wali qutb.”

Mendengar suara tersebut, lantas Syeikh Abdul Qadir al-Jailani langsung pergi ke tempat di mana Maulay Syeikh Abdissalam Ibn Masyisy dilahirkan. Sesampainya beliau di sana, beliau berkata kepada ayah Maulay Syeikh Abdissalam,

“Tolong perlihatkan anakmu kepada ku!”

Sang ayah pun memperlihatkan salah satu anaknya. Syeikh Abdul Qadir menolak, seraya berkata, “Bukan dia yang kumaksud.”

Lalu sang ayah mengeluarkan semua anaknya untuk menghadap Syeikh Abdul Qadir al-Jaelani. Tetapi Syeikh pun masih menolak. Akhirnya sang ayah berkata ,”Hanya tersisa satu dari anak-anakku, itupun yang baru dilahirkan hari ini.”

Syeikh Abdul Qadir berkata, “Nah, dia lah yang kumaksud.” Diberikan lah Maulay Syeikh Abdissalam Ibn Masyisy yang masih bayi kepada Syeikh Abdul Qadir, beliau langsung menggendongnya, lalu mengusap kepalanya sambil mendoakanya.

Tanda kewalian yang tak kalah menarik adalah berpuasanya beliau ketika bayi. Saat hilal bulan Ramadan sudah tampak, Maulay Syeikh Abdissalam Ibn Masyisy yang masih bayi menolak untuk disusui oleh ibunya. Setiap disodorkan kepadanya air susu di siang hari, beliau tak menghisap setetes pun dari air susu tersebut.

Akan tetapi, jika azan Magrib sudah berkumandang, beliau yang masih bayi mendekat ke payudara ibunya, lalu menyusu dari ibunya. Beliau berpuasa sama seperti kewajiban yang dibebankan kepada orang yang sudah tamyiz dan aqil baligh sejak bayi. Wallahu a’lam bisshawab.

 

Oleh: Muhammad Muhallil