Langkah–Langkah Meningkatkan Optimisme dan Menghilangkan Sikap Pesimis

 
Langkah–Langkah Meningkatkan Optimisme dan Menghilangkan Sikap Pesimis
Sumber Gambar: Foto (ist)

Laduni.ID Jakarta - Menumbuhkan sikap optimisme tidaklah mudah dilakukan, tidak seperti menerima dan menghafal konsep-konsep optimisme. Dalam menumbuhkan sikap ini tentunya memerlukan kiat ataupun langkah yang tidak mudah untuk dilakukan. Namun kalau kita sudah bersikap pesimistis maka sikap optimisme ini tidak akan dapat terealisasikan, bagaimana bisa merealisasikan sikap optimisme dalam kehidupan kalau kita sudah bersikap pesimistis untuk menumbuhkan atau merealisasikan sikap ini.

Baca Juga: Ini 6 Cara Menanamkan Pikiran Optimis pada Anak

Berikut langkah – langkah yang dapat meningkatkan rasa optimisme dalam diri, antara lain sebagai berikut:

1. Temukan hal-hal positif dari pengalaman kita di masa lalu.
2. Tata kembali target yang hendak kita capai.
3. Pecah target besar menjadi target-target kecil yang segera dapat dilihat keberhasilannya.
4. Bertawakallah kepada Allah setelah melakukan ikhtiar.
5. Ubah pandangan diri kita terhadap kegagalan.
6. Yakinkan kepada diri kita bahwa Allah SWT akan selalu menolong dan memberi jalan keluar.

Langkah – langkah menghilangkan sikap pesimis

Pesimis adalah kondisi pikiran yang melihat dunia ini selalu negatif. Memang tidak harus semuanya terlihat negatif, mungkin untuk aspek kehidupan yang lain seseorang menerima dengan positif, tetapi untuk aspek lainnya dia melihatnya dengan negatif. Artinya mungkin ada seseorang yang pesimis hanya untuk sebagian aspek kehidupan lainnya. Muara dari pesimis adalah sikap putus asa, sebuah sikap yang menganggap tidak ada lagi (habis) harapan positif. Pesimis dengan sikap putus asa adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Saat kita membahas pesimis, kita juga sekaligus bicara tentang putus asa. Pesimis menyebabkan kita putus asa, dan penyebab putus asa adalah pesimis. Penyebab Pesimis Bagi orang yang pesimis, mereka pesimis karena “fakta dan logika berbicara” . Mereka akan bersandar pada fakta tentang hel-hal negatif, akibat buruk, dan kekagagal yang ada. Ini akan menjadi alasan bagi mereka, bahwa berpikir negatif itu wajar sebab fakta berbicara. Selain fakta, mereka pun akan mengatakan bahwa secara logika juga memang demikian, bahwa selalu ada hal negatif dan peluang kegagalan dibalik sesuatu.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Optimisme dan Berbaik Sangka Kepada Allah di Tengah Musibah

Contoh fakta yang bisa dijadikan alasan mereka pesimis seperti banyaknya pejabat yang korup. Berbagai penggantian pejabat sudah sering terjadi, tetapi perbaikan belum terlihat. Ini menjadikan banyak orang yang pesimis. Bisa juga, Anda sudah mencoba bisnis, namun gagal lagi, gagal lagi. Anda kemudian mengatakan “fakta” bahwa Anda memang tidak akan berhasil bisnis, atau mengatakan bisnis itu sangat beresiko. Artinya, meski Anda punya fakta dan dalil untuk bersikap pesimis, Anda tetap orang pesimis. Namun, sebenarnya bukan itu penyebab pesimis. Biasanya salah satu penyebab pesimis adalah iman yang lemah bahkan orang yang tidak punya iman.

Dalam Al-qur’an telah dijelaskan larangan untuk tidak berputus asa, seperti yang dikutip dibawah ini:
“Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. (QS. Az Zumar: 53)

Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir“. (QS. Yusuf:87)

Ibrahim berkata: “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat“. (QS Al Hijr:56)

“Janganlah kalian berputus asa dari rizqi Allah selama kepala kalian masih bergerak. Manusia itu dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merah, tidak memiliki suatu apapun, lalu Allah Azzawajalla memberinya rizqi“. (HR Ahmad No 15294)

Dalam hadits lain disebutkan: “Janganlah kalian berputus asa dari kebaikan, selama kepala kalian masih bisa bergerak. Manusia itu dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merah, tidak memiliki suatu apapun, lalu Allah Azzawajalla memberinya rizqi“. (HR Ahmad No 15295)