Seberapa Jauh Panah Sholat Kita Akan Melesat

 
Seberapa Jauh Panah Sholat Kita Akan Melesat
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Resi itu bertanya pada muridnya, “Apa yang engkau lihat?” ketika sang murid sedang bersiap memanah sasarannya: seekor burung merpati yang hinggap di atas ranting.

“Aku melihat seekor burung, pepohonan, dan pegunungan di belakangnya,” jawab sang murid.

“Sudah, tak perlu dilanjutkan. Letakkan busur dan anak panahmu,” tukas Sang Guru sambil tersenyum pahit.

Datang murid yang lain, dan diajukan pertanyaan yang sama. Kali ini sang murid yang bertubuh tambun itu menjawab, “Aku melihat daging merpati yang sedang dibakar!”

“Sudah, tak perlu dilanjutkan.”

Begitulah bergiliran para murid mengantri untuk bersiap memanah dan kemudian menghadapi pertanyaan yang sama. Tidak seorangpun diijinkan memanah karena dianggap gagal menjawab pertanyaan Sang Guru.

Sampai tiba giliran seorang murid (Mahabharata menyebut nama murid ini: Arjuna). “Apa yang kau lihat, anakku?” tanya Sang Guru.

“Aku melihat leher burung merpati”

“Ah, coba kau lihat lagi,” Sang Guru masih juga bertanya.

“Aku melihat leher burung merpati!” dan meluncurlah panah Arjuna tepat menancap di leher burung merpati.

Itu kisah lama Mahabrata.

Seandainya – ketika kita hendak menunaikan sholat – kita bertanya pada diri sendiri seperti itu;  apa yang kita lihat? Jawabannya akan menentukan seberapa jauh ‘panah’ sholat kita akan melesat dan mi’raj menuju ‘Arasy ilahi.

Dan barangkali, banyak diantara kita mencoba untuk melihat ‘wajah-Nya’ dan hanya ‘wajah- Nya’ di saat bibir kita mengucap Allah Akbar! Dan kita masih juga gagal. Yang kita lihat adalah sajadah, dinding yang berwarna pucat, butiran air wudhu yang jatuh dari wajah kita, dan pikiran yang berkelana kemana-mana. Puluh tahun sudah ‘panah’ sholat kita melesat entah ke mana.

“Apakah engkau sakit?” tanya seorang sahabat ketika melihat Ali bin Abi Thalib sedang mengambil air wudhu. Sahabat ini melihat tubuh Imam Ali terguncang dan wajahnya pucat. Ali hanya menjawab, “Tahukah engkau bahwa sebentar lagi aku akan berdiri di depan siapa?”

Beberapa tahun kemudian, Imam Ali dibokong dari belakang. Panah menancap di tubuhnya. Sahabatnya hendak mengeluarkan senjata tajam itu dari tubuhnya. “Ini akan sakit sekali, bisakah engkau menahan rasa sakit ini?” tanya sang sahabat.

“Biarkan aku sholat menghadap Tuhanku. Saat aku sholat, cabutlah panah itu!”

Ingin rasanya kita bertanya dan belajar pada Imam Ali bin Abi Thalib saat beliau akan memulai sholatnya, “Apa yang engkau lihat?”

Ketika panah dikeluarkan dari tubuh beliau, ‘panah’ sholat beliau sedang melesat menembus langit ketujuh dan tepat berdiri dihadapan ‘wajah’ Ilahi!

 

Oleh: Gus Nadirsyah Hosen

Sumber: https://www.facebook.com/NadirsyahHosen/posts/2904382069810060