Amal Kebaikan Bisa Berkurang Sesuai Kadar Kezaliman yang Pernah Dilakukan

 
Amal Kebaikan Bisa Berkurang Sesuai Kadar Kezaliman yang Pernah Dilakukan
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID Jakarta - Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surat Al-Baqarah ayat 57:

وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَاَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوٰى ۗ كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ ۗ وَمَا ظَلَمُوْنَا وَلٰكِنْ كَانُوْٓا اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ

Artinya, "Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri."

Menzalimi atau berbuat aniaya kepada sesama manusia merupakan perbuatan yang dibenci oleh Allah SWT. Perbuatan tersebut perlu dihindari, karena memang dilarang oleh Allah SWT. Termasuk perbuatan aniaya itu adalah menyinggung kehormatan orang lain, menyakiti diri sendiri atau orang lain, hingga mengambil harta orang tanpa alasan yang benar. Semua itu adalah perilaku yang dimurkai oleh Allah SWT.

Allah SWT menyebut akan mengambil amalan orang yang berbuat zalim dan diberikan kepada orang yang dizalimi. Bahkan, akan menimpakan dosa orang yang dizalimi itu kepada orang yang berbuat zalim. Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, diterangkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

مَنْ كَانتْ عِنْدَه مَظْلمَةٌ لأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ مِنْ شَيْءٍ فَلْيتَحَلَّلْه ِمِنْه الْيَوْمَ قَبْلَ أَلَّا يكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ، إنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمتِهِ، وإنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سيِّئَاتِ صاحِبِهِ، فَحُمِلَ عَلَيْهِ

"Barangsiapa yang berbuat zalim kepada saudaranya, baik terhadap kehormatannya maupun sesuatu yang lainnya, maka hendaklah ia meminta kehalalan darinya hari itu juga sebelum dinar dan dirham tidak lagi ada. Jika ia punya amal sholeh, maka amalnya itu akan diambil sesuai dengan kadar kezaliman yang dilakukannya. Dan jika ia tidak punya kebaikan, maka keburukan orang yang ia zalimi itu dibebankan kepadanya." (HR. Imam Bukhari)

Terkait denga hal ini, para nabi meneladankan untuk berdoa agar dijauhkan dari perilaku zalim orang-orang yang zalim. Sebagaimana doa Nabi Musa AS yang meminta kepada Allah SWT agar menyelamatkannya dari kezaliman Raja Firaun atau yang dikenal juga sebagai Minephtah atau Merneptah putra Ramses II, yang memerintah pada 1232 SM-1224 SM, di Mesir. Ketika itu Nabi Musa AS berdoa:

رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

"Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim." (QS. Al-Qashash: 21)

Baginda Nabi Muhammad SAW, juga meminta pertolongan agar diselamatkan dari orang-orang yang zalim. Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bin Amr bin Haram Al-Anshari r.a., bahwa Rasulullah SAW pernah berdoa sebagaimana berikut:

 اَللَّهُمَ أَصْلِحْ لِي سَمْعِي وَبَصَرِي وَاجْعَلْهُمَا الْوَارِثَيْنِ مِنِّي وَانْصُرْنِي عَلَى مَنْ ظَلَمَنِي وَأَرِنِي مِنْهُ ثَأْرِي 

"Ya Allah, perbaikilah pendengaran saya dan penglihatan saya, dan jadikanlah keduanya yang mewarisi diri saya dan tolonglah saya terhadap orang yang menganiaya saya, dan perlihatkan pembalasan saya kepadanya." (HR. Imam Al-Bukhari)

Kemudian dalam riwayat lain disebutkan, bahwa jarang Rasulullah SAW berdiri dalam sebuah majelis, kecuali beliau berdoa dengan doa berikut ini:

اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ وَمِنْ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا وَلَا تَجْعَلْ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا

"Ya Allah, curahkanlah kepada kepada kami rasa takut kepada-Mu yang menghalangi kami dari bermaksiat kepada-Mu, dan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami kepada Surga-Mu, dan curahkanlah keyakinan yang meringankan musibah di dunia. Berilah kenikmatan kami dengan pendengaran kami, penglihatan kami, serta kekuatan kami selama kami hidup, dan jadikan itu sebagai warisan dari kami, dan jadikan pembalasan atas orang yang menzalimi kami, dan tolonglah kami melawan orang-orang yang memusuhi kami, dan janganlah Engkau jadikan musibah kami pada agama kami, dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai impian kami terbesar, serta pengetahuan kami yang tertinggi, serta jangan engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami." (HR. Imam At-Tirmidzi)

Orang yang zalim itu tentu sangat merugi. Meski sering melakukan amal kebaikan namun jika ia pernah menzalimi seseorang, maka kebaikannya akan berkurang, dan dialihkan kepada orang yang dizalimi. Bahkan, jika orang yang berbuat zalim itu amal kebaikannya habis karena berkurang sesuai kadar kezalimannya, maka dosa orang yg pernah dizalimi kan dilimpahkan kepadanya. Betapa meruginya orang yang demikian itu. Wallahu A'lam. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 29 Mei 2021. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

Penulis: Ahmad Zaini Alawi (Khodim Jama'ah Sarinyala Kabupaten Gresik)

Editor: Hakim