Memahami Istilah Ta’thil al-Masajid

 
Memahami Istilah Ta’thil al-Masajid
Sumber Gambar: instagram/dolandemak

Laduni.ID, Jakarta – Semenjak ditetapkannya keputusan pemberlakuan pematasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat pada 3 Juli 2021 lalu, tidak sedikit umat muslim yang salah paham dengan pelarangan berkerumun di rumah ibadah, khususnya masjid.

Para pecinta masjid mengira bahwa pemerintah melarang umat muslim untuk pergi ke masjid, padahal tidak demikian. Pemerintah hanya memindahkan aktifitas ibadah di masjid ke rumah agar tidak terjadi kluster rumah ibadah.

Bersamaan dengan itu juga muncul istilah Ta’thil al-Masajid (تعطيل المساجد) dan banyak kutipan yang intinya menyatakan keharamannya. Sebenarnya apa itu ta’thil al-masajid (تعطيل المساجد)?

Kiai Abdul Wahab Ahmad (AWA) menjelaskan bahwa ta’thil al-masajid adalah penelantaran masjid-masjid atau membiarkannya libur dari aktifitas ibadah. “Di sini kita harus jeli. Kata تعطيل berasal dari kata عطل yang artinya menelantarkan. Yang namanya menelantarkan adalah membiarkannya sama sekali. Dari akar kata yang sama muncul istilah عطلة yang artinya libur bekerja. Yang namanya libur tentu tidak ada pekerjaan sama sekali. Jadi ta'thil al-masajid artinya menelantarkan masjid-masjid atau membiarkannya libur kosong tanpa kegiatan sama sekali,” tulis beliau sebagai mana dikutip dari laman facebook pribadinya, Sabtu (10/7/2021).

Masih terdapat kesalapahaman dalam memahami istilah tersebut, sehingga sebagian dari umat Islam berasumsi pemerintah sengaja menjauhkan umat Muslim dari masjid dengan cara mengosongkan masjid.

“Dengan demikian bila misalnya ada masjid yang ditutup untuk umum tetapi masih ada takmir yang mengumandangkan adzan lalu shalat berjamaah, meskipun dengan satu dua orang, artinya masih belum ta'thil. Dengan kata lain masjidnya masih digunakan, hanya saja secara terbatas,” tulis beliau.

Kiai AWA juga menduga bahwa tidak ada satu masjid pun di daerah mayoritas muslim yang dita’thil, sebab seorang takmir masjid yang puluhan tahun memikirkan masjid, merawat masjid, dan menghidupi masjid rela membiarkan masjidnya kosong.

“Bahkan di daerah yang paling bandel sekali pun di mana penduduknya jarang mau ke masjid, para takmir biasanya tetap adzan menjaga waktu dan shalat di sana meskipun sendirian,” tutup beliau.


Editor: Daniel Simatupang