Utamakan Belajar pada Seorang Alim dari Keluarga dan Tetangga

 
Utamakan Belajar pada Seorang Alim dari Keluarga dan Tetangga
Sumber Gambar: cekaja.com

Laduni.ID, Jakrata – Bukan karena mata tak melihat, atau telinga tak mendengar, mereka melihat dan mendengarnya bahwa keluarga atau tetangganya itu memang seorang alim yang diakui banyak orang. Tapi justru mereka lah yang paling anti di dalam belajar atau istifadah kepada orang alim tersebut hanya karena si alim itu adalah keluarganya sendiri atau tetangganya sendiri. Dalam sebuah hadits dikatakan:

أزهد الناس في عالم أهله وفي رواية أزهد الناس في العالم أهله و جيرانه

"Orang yang paling anti belajar kepada orang alim, adalah keluarganya dan tetangganya sendiri."

Mereka gengsi untuk belajar kepada keluarganya sendiri, kepada tetangganya sendiri, justru mereka memilih belajar kepada orang yang jauh. Karena mereka sudah hampir setiap hari bertemu dan bertegur sapa dengan si alim tersebut, apalagi dia keluarganya sendiri. Mereka merasa tidak perlu menaruh hormat dan belajar kepadanya lagi. Apalagi ketika sudah sering bersama dan bercanda setiap hari, haibah (karismatik) si alim tersebut akan hilang di mata mareka. Di sisi lain terkadang si alim itu tidak begitu peduli dengan keluarganya dan tetangganya sendiri. Justru lebih telaten meramut orang jauh yang bukan siapa-siapanya.

كثرة المجالسة تزيل الهيبة فإذا زالت الهيبة خفت قيمة الرجل عند هذا الشخص

"Terlalu sering bersama akan menyebabkan hilangnya haibah (krismatik). Maka ketika haibah seseorang sudah hilang di mata orang lain, dia tidak bernilai di mata orang tersebut."

Sesuatu yang mudah untuk didapat terkadang sering membuat orang enggan untuk meraihnya, justru ia memilih meraih sesuatu yang sulit dan jauh. Seperti memilih madrasah atau pesantren ia justru memilih yang jauh dan enggan dengan yang dekat. Belajarlah terlebih dahulu di madrasah atau pesantren sekitarmu. Setelah selesai dan mendapat restu, barulah pindah ke madrasah atau pesantren yang lain. Imam al-Mawardi mengatakan:

فإذا قرب منك العالم فلا تطلب مابعد وربما انبعثت نفس الإنسان إلى من بعد عنه استهانة بمن قرب عنه وطلب ماصعب احتقارا لما سهل عليه

"Jika di sekitarmu ada seorang alim maka janganlah mencari (belajar) kepada alim yang jauh. Terkadang manusia lebih memilih yang jauh dan itu justru menyepelekan alim yang dekat dengannya."

Padahal banyak disekitar mereka orang-orang yang alim, termasuk temannya sendiri. Tapi karena sudah terlalu sering bersama, bercanda bersama akhirnya ia enggan bahkan gengsi untuk belajar kepadanya. Tak jarang bahkan meremehkan dan bersikap acuh, padahal sejatinya ia sadar bahwa dia memang benar-benar seorang alim yang jauh lebih paham dari dirinya sendiri.

القرب حجاب

"Kedekatan adalah sebuah penghalang."

Apa-apa kalau sudah di rasa dekat dan mudah untuk digapai justru menjadi penghalang untuk di istifadah. Saya pribadi merasakan hal itu. Dulu sewaktu nyantri di Bata-Bata, kadang terasa sangat malas untuk istiqamah sekedar baca Yasin di congkop (pesarean para masayikh) yang letaknya di dalam pesantren sendiri.  Padahal betapa banyak masyarakat dan alumni di luar sana lebih-lebih yang rumahnya jauh dari congkop yang ingin sekali berziarah ke congkop. Sekarang pun masih demikian, empat tahun jalan nyantri di Tebuireng rasanya sangat sulit untuk istiqamah ziarah ke maqam Mbah Hasyim Asy'ari, Gus Dur dan dzurriyah yang lain. Padahal hampir setiap hari lewat di samping maqam. Sedangkan berjuta-juta umat di luar sana selalu datang berbondong-bondong untuk ziarah ke maqam beliau-beliau.

لكن من نظر إلى الأمور بحق وأعطاها حقها ووازن بين مايسمعه من هذا العالم وما يسمعه من غيره لاشك أنه يقصد هذا العام ولو كان أقرب الناس إليه لكن هذا كثير يعني قل أن تجد من أولاد العلماء من يعني بوالده ودروس والده ويحرص عليها ويلازمه ملازمة تامة هذا قليل نادر

Namun meskipun begitu, tidak semuanya bersikap demikian. Ada juga orang-orang yang justru memanfaatkan kedekatannya dengan orang alim. Baik keluarganya sendiri, tetangga, teman dan orang-orang sekitarnya. Karena mereka sadar hal itu adalah sebuah anugerah bisa dekat dengan seorang alim. Akan tetapi yang seperti ini jarang adanya. Jarang ada seorang ulama yang serius menta'lim anak-anaknya dan mulazamah dengan sempurna. Yang demikian memang merupakan sunnatullah dan kebiasaan para Nabi. Sedangkan ulama adalah pewarisnya. Sebagaimana disinggung oleh imam al-Munawi rahimahullah.

Catatan: Hadis ini adalah hadis yang dinilai oleh kebanyakan ulama sebagai hadis maudhu'. Namun banyak hadis yang semakna dengan redaksi di atas. Secara realitanya memang benar-benar nyata.

Wallahu a'lam.

Jombang, 11 Agustus 2021

Oleh: Ahmad Mo’afi Jazuli


Editor: Daniel Simatupang