Kenapa Pesantren Liburnya Hari Jumat? Ini Jawabannya

 
Kenapa Pesantren Liburnya Hari Jumat? Ini Jawabannya
Sumber Gambar: Ponpes Al Hasanah Bengkulu

Laduni.ID, Jakarta – Banyak orang yang mempertanyakan mengapa sebagian pesantren di Indonesia libur pada hari Jumat bukan ari Minggu seperti pada umumnya? Namun terdapat penjelasan di balik pengambilan hari Jumat sebagi hari libur beberapa pesantren di Indonesia, hal tersebut dijelaskan oleh Gus Dewa dalam unggahan di laman Facebook pribadinya, Jumat (20/8/2021). Berikut penjelasannya.

 وَسُئِلَ رضي الله عنه هل لِلْمُعَلِّمِينَ في تَرْكِ التَّعْلِيم يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَثَرٌ فَأَجَابَ أَطَالَ اللهُ في مُدَّتِهِ حِكْمَةُ تَرْكِ التَّعْلِيم وَغَيْرِهِ من الْأَشْغَالِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنَّهُ يَوْمُ عِيدِ الْمُؤْمِنِينَ كما وَرَدَ وَيَوْمُ الْعِيدِ لَا يُنَاسِبُهُ أَنْ يَفْعَلَ فِيْهِ الْأَشْغَالَ وَأَيْضًا فَالنَّاسُ مَأْمُورُونَ فيه بِالتَّبْكِيرِ إلَى الْمَسْجِدِ مع التَّهَيُّؤِ قَبْلَهُ بِالْغُسْلِ وَالتَّنْظِيفِ بِإِزَالَةِ الْأَوْسَاخِ وَجَمِيعِ ما يُزَالُ لِلْفِطْرَةِ كَحَلْقِ الرَّأْسِ لِمَنْ اعْتَادَهُ وَشَقَّ عليه بَقَاءُ الشَّعْرِ فإن الْحَلْقَ حِينَئِذٍ سُنَّةٌ وَكَنَتْفِ الْإِبْطِ وَقَصِّ الشَّارِبِ وَحَلْقِ الْعَانَةِ وَقَصِّ الْأَظْفَارِ وَالتَّكَحُّلِ وَالتَّطَيُّبِ بِشَيْءٍ من أَنْوَاعِ الطِّيبِ وَأَفْضَلُهُ الْمِسْكُ مع مَاءِ الْوَرْدِ وَلَا أَشُكُّ أَنَّ من خُوطِبَ بِفِعْلِ هذه الْأَشْيَاءِ كُلِّهَا مع التَّبْكِيرِ بَعْدَهَا لَا يُنَاسِبُهُ شُغْلٌ فَكَانَ ذلك هو حِكْمَةُ تَرْكِ سَائِرِ الْأَشْغَالِ يوم الْجُمُعَةِ

Syekh Ibnu Hajar al-Haitami ditanya, apakah meninggalkan kegiatan mengajar bagi para guru di hari Jumat ada dasarnya?

Beliau menjawab, hikmah meninggalkan kegiatan mengajar dan beberapa kesibukan lainnya di hari Jumat adalah bahwa hari Jumat merupakan hari raya bagi kaum Mukmin sebagaimana dijelaskan hadits Nabi. Sedangkan saat hari raya tidak sepantasnya seseorang melakukan kegiatan-kegiatan.

Di sisi yang lain, pada hari Jumat umat Islam diperintahkan bergegas berangkat menuju masjid beserta aktivitas persiapan sebelumnya meliputi mandi, membersihkan kotoran-kotoran badan dan perkara-perkara yang dihilangkan sebagai bentuk fitrah manusia seperti memotong rambut bagi yang membiasakannya dan berat untuk tidak memotongnya, maka memotong rambut sunah.

Seperti juga mencabut bulu ketiak, mencukur kumis, mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, memakai celak dan wewangian, lebih utama dengan menggunakan minyak misik beserta air mawar.

Dan saya tidak ragu bahwa orang yang dianjurkan melakukan tuntunan-tuntuan ini beserta anjuran bergegas menuju masjid setelahnya tidak sepantasnya melakukan kesibukan apapun.

Maka, yang demikian tersebut merupakan hikmah meninggalkan berbagai macam aktivitas di hari Jumat.

Sumber: Al-Fatawi al-Fiqhiyyah al-Kubra, juz.1

Oleh: Gus Dewa


Editor: Daniel Simatupang