Mengambil Hikmah dari Perdebatan Imam Syafi’i dengan Muridnya

 
Mengambil Hikmah dari Perdebatan Imam Syafi’i dengan Muridnya
Sumber Gambar: Ilustrasi/Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta – Imam Syafi’i memiliki seorang murid bernama Yunus bin Abdul A’la, mereka berdua merupakan sosok guru dan murid yang seringkali berbeda pendapat dalam beberapa masalah, tidak jarang juga mereka berdua satu irama dalam sebuah masalah.

Namun, suatu ketika Yunus bin Abdul A’la berbeda pendapat dengan Imam Syafi’i dalam suatu masalah. Masing-masing dari mereka memberikan dalil dan hujjah sebagai penguat dari pendapatnya. Sampai akhirnya Yunus marah dan pergi meninggalkan Imam Syafi’i.

Marahnya Yunus bin Abdul A’la terjadi hingga malam, sampai tiba-tiba datang seseorang mengetuk rumah. Yunus bertanya kepada siapa gerangan yang mengetuk pintu rumahnya, orang tersebut menjawab, “Aku, Muhammad bin Idris.”

Mendengar nama itu Yunus diam sejenak, ia mencoba mengingat orang yang memiliki nama tersebut. Setelah mencari-cari nama tersebut, ia yakin bahwa nama itu tidak lain adalah nama dari sang guru, yaitu Imam Syafi’i. setelah dibuka ternyata benar, Imam Syafi’i tengah berdiri di depan rumahnya.

Imam Syafi’i lantas berkata kepada Yunus:

“Wahai Yunus! Kita bersatu dalam ratusan masalah, lalu kita akan berpisah karena satu masalah saja? Janganlah kamu berusaha untuk senantiasa menang dalam seluruh masalah. Kita berdua menghidupkan kesamaan hati, itu lebih utama dari kesamaan sikap,” kata Imam Syafi’i.

Lalu beliau melanjutkan, “Wahai Yunus! Janganlah kamu robohkan jembatan yang telah kamu bangun dan kamu lewati, khawatir suatu hari kamu akan membutuhkannya kembali. Bencilah kesalahan, tapi jangan membenci pelakunya. Bencilah kemaksiatan dengan segenap hatimu, namun kasihanilah dan sayangi pelakunya. Kritisi suatu pendapat, tapi tetap hormatilah/muliakanlah orang yang menyatakannya.”

Mendengar perkataan sang guru, Yunus bin Abdul A’la hanya dapat tertunduk mengakui kesalahan akan dirinya. Ia terlalu keras pada pendapatnya, begitu juga dengan perilakunya terhadap sang guru.

Imam Syafi’i lalu mengingatkan Yunus, “Tugasmu adalah membasmi penyakit, bukan membinasakan orang yang sakit.”

Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kisah di atas untuk selalu memiliki perilaku yang baik terhadap guru. Perbedaan pendapat antara guru dan murid adalah hal yang biasa, namun menjada adab saat berbeda pendapat adalah hal mulia.

Disadur dari tulisan Abdullah Al-Jirani yang telah dialihbahasakan dengan sedikit penyesuaian


Editor: Daniel Simatupang