Biografi Habib Al-Ajami

 
Biografi Habib Al-Ajami

Daftar Isi

1         Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1      Lahir
1.2      Wafat 

2         Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1      Guru-Guru Beliau

3         Penerus Beliau
3.1      Murid-murid Beliau

4         Kepribadian Beliau

5         Kisah-kisah
5.1      Kisah Taubat Habib Al-Ajami

6         Karomah
6.1      Lipat bumi
6.2      Menumbuhkan Rambut Anak Terlahir Botak
6.3      Menyembuhkan Orang Lumpuh

7          Referensi

 

1          Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1       Lahir

Habib bin Muhammad al-’Ajami al-Bashri, seorang Persia yang menetap di Bashrah, adalah seorang ahli Hadits terkenal yang merawikan hadits-badits dari Imam Hasan al-Bashri, Ibnu Sirin dan tokoh-tokoh terpercaya lainnya. Pertaubatannya dari kehidupan yang ugal-ugalan dan berfoya-foya adalah karena dalil-dalil yang dikemukakan oleh Imam Hasan dengan sedemikian fasihnya. Habib al-’Ajami sering mengikuti pengajaran-pengajaran yang disampaikan oleh Imam Hasan sehingga akhirnya ia menjadi salah seorang sahabat beliau yang paling akrab.

1.2       Wafat

Menurut penjelasan Ibnul Jauzi dalam kitabnya “al Muntadhim”, Habib al-Ajami wafat pada tahun 119 H.

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau

2.1       Guru-Guru Beliau

Guru-guru beliau saat mencari ilmu adalah:

  1. Hasan Al Basri ra
  2. Ibn Sirin ra

3          Penerus Beliau

3.2       Murid-murid Beliau

  1. Tsabit  Aslam Al Bunani
  2. Dawud Ath-Thai

4          Kepribadian Beliau

Habib bin Muhammad al-Ajami al-Bashri adalah seorang ahli hadits yang tinggal di Bashrah, Persia. Habib al’Ajami sering mengikuti pengajian-pengajian yang disampaikan oleh Hasan al-Bashri sehingga akhirnya ia menjadi salah seorang sahabat beliau yang paling akrab. 

5        Kisah-kisah

5.1               Kisah Taubat Habib Al-Ajami

Semula Habib Al-Ajami adalah seorang yang kaya raya dan suka membungakan uang. Beliau tinggal di kota Bashrah, dan setiap hari berkeliling kota untuk menagih piutang-piutangnya. Jika tidak memperoleh angsuran dari langganannya maka beliau akan menuntut uang ganti rugi dengan dalih alas sepatunya yang menjadi aus di perjalanan. Dengan cara seperti inilah Habib menutupi biaya hidupnya sehari-hari.

Pada suatu hari Habib Al-Ajami pergi ke rumah seorang yang berhutang kepadanya. Namun yang hendak ditemuinya sedang tak ada di rumah. Maka Habib meminta ganti rugi kepada isteri orang tersebut.

“Suamiku tak ada di rumah”, isteri sedang yang berhutang itu berkata kepadanya, “Aku tak mempunyai sesuatupun untuk diberikan kepadamu tetapi kami ada menyembelih seekor domba dan lehernya masih tersisa, jika engkau suka akan kuberikan kepadamu”.

“Bolehlah!” si lintah darat menjawab. Beliau berfikir bahwa setidaknya ia dapat mengambil leher domba tersebut dan membawanya

pulang. “Masaklah! “.

“Aku tak mempunyai roti dan minyak”, si wanita menjawab.

“Baiklah”, si lintah darat menjawab, “aku akan mengambil minyak dan roti, tapi untuk semua itu engkau harus membayar ganti rugi pula”. Lalu beliau pun pergi mengambil minyak dan roti.

Kemudian si wanita segera memasaknya di dalam belanga. Setelah masak dan hendak dituangkan ke dalam mangkuk, seorang pengemis datang mengetuk pintu.

“Jika yang kami miliki kami berikan kepadamu”, Habib Al-Ajami mendamprat si pengemis, “Engkau tidak akan menjadi kaya, tetapi kami sendiri akan menjadi miskin”.

Si pengemis yang kecewa memohon kepada si wanita agar ia sudi memberikan sekedar makanan kepadanya. Si wanita segera

membuka tutup belanga, ternyata semua isinya telah berubah menjadi darah hitam. Melihat ini, wajahnya menjadi pucat pasi. Segera dia

menjumpai Habib Al-Ajami dan menarik lengannya untuk memperlihatkan isi belanga itu kepadanya.

“Saksikanlah apa yang telah menimpa diri kita karena ribamu yang terkutuk dan hardikanmu kepada si pengemis!”. Si wanita menangis, “Apakah yang akan terjadi atas diri kita di atas dunia ini? Apa pula di akhirat nanti”.

Melihat kejadian ini dada Habib Al-Ajami terbakar oleh api penyesalan. Penyesalan yang tidak akan pernah mereda seumur hidupnya.

“Wahai wanita! Aku menyesali segala perbuatan yang telah kulakukan!”.

Keesokan harinya Habib Al-Ajami berangkat pula untuk menemui orang-orang yang berhutang kepadanya. Kebetulan sekali hari itu adalah hari Jum’at dan anak-anak bermain di jalanan. Ketika melihat Habib Al-Ajami, mereka berteriak-teriak: “Lihat, Habib lintah darat sedang menuju ke sini, ayo kita lari, kalau tidak niscaya debu-debu tubuhnya akan menempel di tubuh kita dan kita akan terkutuk pula seperti dia!”

Seruan-seruan ini sangat melukai hati Habib Al-Ajami. Kemudian beliau pergi ke gedung pertemuan dan di sana terdengarlah olehnya ucapan-ucapan yang bagaikan menusuk-nusuk jantungnya sehingga akhirnya beliau jatuh terkulai.

Habib Al-Ajami bertaubat kepada Allah dari segala perbuatan yang telah dilakukannya, setelah menyadari apa sebenarnya yang terjadi, Syaikh Hasan al-Bashri datang memapahnya dan menghibur hatinya. Ketika Habib Al-Ajami meninggalkan tempat pertemuan itu seseorang yang berhutang kepadanya melihatnya, dan mencoba untuk menghindari dirinya.

“Jangan lari” Habib Al-Ajami berkata, “Di waktu yang sudah-sudah engkaulah yang menghindari diriku, tetapi sejak saat ini akulah yang harus menghindari dirimu”.

Habib Al-Ajami meneruskan perjalanannya, anak-anak tadi masih juga bermain-main di jalan. Melihat Habib, mereka segera berteriak:

“Lihat Habib yang telah bertaubat sedang menuju kemari. Ayolah kita lari! jika tidak, niscaya debu-debu di tubuh kita akan menempel

di tubuhnya sedang kita adalah orang-orang yang telah berdosa kepada Allah”.

“Ya Allah ya Tuhanku”, seru Habib Al-Ajami. “Baru saja aku membuat perdamaian dengan-Mu, maka Engkau telah menabuh genderang-genderang di dalam hati manusia untuk diriku dan telah mengumandangkan namaku di dalam keharuman”.

Kemudian Habib Al-Ajami membuat sebuah pengumuman yang berbunyi: “Kepada siapa saja yang menginginkan harta benda milik Habib, datanglah dan ambillah!”

Orang-orang datang berbondong-bondong, Habib Al-Ajami memberikan segala harta kekayaannya kepada mereka dan akhirnya beliau tak mempunyai sesuatu pun juga. Namun masih ada seseorang yang datang untuk meminta, kepada orang ini Habib memberikan cadar isterinya sendiri. Kemudian datang pula seorang lagi dan kepadanya Habib Al-Ajami memberikan pakaian yang sedang dikenakannya, sehingga tubuhnya terbuka.

Dan beliau lalu pergi menyepi ke sebuah tempat di pinggir sungai Euphrat, dan di sana beliau membaktikan diri untuk beribadah kepada Allah. Siang malam beliau belajar di bawah bimbingan Imam Hasan Al-Bashri namun betapa pun juga beliau tidak dapat menghapal al-Qur’an, dan karena itulah beliau dijuluki  ’ajami atau si orang Barbar. ‘

Waktu berlalu, Habib Al-Ajami sudah benar-benar dalam keadaan miskin, tetapi isterinya masih tetap menuntut biaya rumah tangga kepadanya. Maka pergilah Habib Al-Ajami meninggalkan rumahnya menuju tempat uzlahnya untuk melakukan kebaktiannya kepada Allah dan apabila malam tiba barulah beliau pulang.

”Di mana sebenarnya engkau bekerja sehingga tak ada sesuatupun yang engkau bawa pulang?” isterinya mendesak.

”Aku bekerja pada seseorang yang sangat Pemurah”, jawab Habib.

 “Sedemikian Pemurahnya Ia sehingga aku malu meminta sesuatu kepada-Nya, apabila saatnya nanti pasti ia akan memberi,

karena seperti katanya sendiri: ’Sepuluh hari sekali aku akan membayar upahmu’ “.

Demikianlah setiap hari Habib pergi ke tempat uzlahnya untuk beribadah kepada Allah. Pada waktu shalat Zhuhur di hari yang kesepuluh, sebuah pikiran mengusik batinnya. “Apakah yang akan kubawa pulang malam nanti? Apakah yang harus kukatakan kepada isteriku?”.

Lama beliau termenung di dalam perenungannya itu. Tanpa sepengetahuannya Allah Yang Maha Besar telah mengutus pesuruh-pesuruh-Nya ke rumah Habib. Yang seorang membawakan gandum sepemikulan keledai, yang iain membawa seekor domba yang telah dikuliti, dan yang terakhir membawa minyak, madu, rempah-rempah dan bumbu-bumbu. Semua itu mereka pikul disertai seorang pemuda gagah yang membawa sebuah kantong berisi 300 dirham perak.

Sesampainya di rumah Habib, si pemuda mengetuk pintu.

“Apakah maksud kalian datang kemari?”, tanya istri Habib Al-Ajami setelah membukakan pintu.

“Majikan kami telah menyuruh kami untuk mengantarkan barang-barang ini”, pemuda gagah itu menjawab, “sampaikanlah kepada Habib Al-Ajami: ’Bila engkau melipatgandakan jerihpayahmu maka Kami akan melipatgandakan upahmu’ “’. Setelah berkata demikian merekapun berlalu.

Setelah matahari terbenam Habib Al-Ajami berjalan pulang. Beliau merasa malu dan sedih. Ketika hampir sampai ke rumah, terciumlah olehnya bau roti dan masakan-masakan. Dengan berlari isterinya datang menyambut, menghapus keringat di wajahnya dan bersikap lembut kepadanya, sesuatu yang tak pernah dilakukannya di waktu yang sudah-sudah.

“Wahai suamiku”, si isteri berkata, “majikanmu adalah seorang yang sangat baik dan pengasih. Lihatlah segala sesuatu yang telah dikirimkannya kemari melalui seorang pemuda yang gagah dan tampan. Pemuda itu berpesan: ’Bila Habib pulang, katakanlah kepadanya, bila engkau melipatgandakan jerih payahmu maka Kami akan melipatgandakan upahmu` ”.

Habib Al-Ajami terheran-heran.

“Sungguh menakjubkan! Baru sepuluh hari aku bekerja, sudah sedemikian banyak imbalan yang dilimpahkan-Nya kepadaku, apa pulakah yang akan dilimpahkan-Nya nanti?”

Sejak saat itu Habib Al-Ajami memalingkan wajahnya dari segala urusan dunia dan membaktikan dirinya untuk Allah semata-mata.

6         Karomah

6.1            Lipat bumi

Diantara karomah kewalian beliau yaitu diberi kelebihan oleh Alloh SWT untuk mempersingkat perjalanan atau biasa dikenal dengan lipat bumi.

Diceritakan dari Sari bin Yahya bahwasanya Sayyidi Habib al-Ajami terlihat di Bashroh, Irak di hari tarwiyah (8 Dzulhijjah) dan berada di Padang Arofah saat jamaah haji berkumpul di Arofah.

6.2           Menumbuhkan Rambut Anak Terlahir Botak

Diceritakan dari Mujasyi’ ad-Dabari bahwasanya,: “Salah satu tetangga Habib Al-Ajami melahirkan bayi laki-laki yang tampan, namun kepalanya botak.

Saat anak tu mulai tumbuh dan berumur 12 tahun, sang ayah membawanya sowan ke Habib Al-Ajami, dia mengadu: Wahai Abu Muhammad, tidakkah kau lihat betapa tampannya anakku ini? Hanya saja sejak lahir kepalanya tidak berambut seperti yang kau lihat saat ini. Maka doakanlah agar anak ini memiliki rambut dan tidak botak.

Lantas, Habib Al-Ajami menangis dan mendoakan anak itu seraya mengusapkan airmatanya pada kepala anak tersebut. Subhaanallah, atas ijin-Nya sebelum anak itu beranjak meninggalkan rumah Habib, kepalanya mulai terlihat menghitam karena ditumbuhi rambut. Bahkan, rambut tersebut senantiasa tumbuh hingga anak itu seakan-akan memiliki rambut yang paling indah.”

6.3            Menyembuhkan Orang Lumpuh

Diceritakan dari Abi Abdillah as-Syahham bahwasanya: “Suatu ketika Habib Al-Ajami disowani orang-orang yang membawa lelaki yang ditandu karena lumpuh, kemudian dikatakanlah kepada Habib: “Ya Abu Muhammad, lelaki ini lumpuh sementara dia memiliki keluarga yang terlantar akibat kelumpuhannya. Jika engkau berkenan mendoakannya barangkali Allah akan menyembuhkannya.

Kemudian Habib Al-Ajami, sang waliyullah mengambil mushaf dan meletakkan di leher lelaki lumpuh itu seraya berdoa, dan terus berdoa hingga akhirnya Allah SWT menyembuhkannya, sehingga lelaki itu mampu berdiri bahkan dia sanggup pulang dengan memikul tandu yang sebelumnya digunakan untuk membawanya.”

7        Referensi

"Riwayat Hidup Para Wali dan Shalihin"

Penerbit: Cahaya Ilmu Publisher

 

 

 

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya