Pentingnya Menepati Janji dan Keutamaannya

 
Pentingnya Menepati Janji dan Keutamaannya
Sumber Gambar: sweetlouise / Pixabay

Laduni.ID, Jakarta - Menepati janji merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan setiap Muslim. Menepati janji juga termasuk akhlak mulia yang harus dimiliki setiap mukmin, dan ia menjadi salah satu keistimewaan yang dimiliki manusia. Sehingga meninggalkan sifat ini dari jiwa sama dengang melepaskan perikemanusiaan dari diri sendiri. Bahkan menurut Islam, orang yang menanggalkan sifat ini berarti telah menyemai benih-benih kemunafikan dalam dirinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabdayg artinya: “Ciri-ciri orang munafik ada tiga: apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia tidak menepati, dan apabila diberi amanah ia berkhianat.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Allah Subhanahu wa Ta’aalaa berfirman yang artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad (janji-janji) itu ”(Al-Maidah: 1). Dalam ayat lain, Allah juga berfirman yang artinya: “ Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji.” (An-Nahl: 91)

Begitu penting dari kewajiban menepati janji itu, sebab di dalamnya terdapat keutamaan dan keistimewaan. Di antaranya:

Pertama, dengan menepati janji, kita terhindar dari sifat munafik. Sebab, perilaku orang yang munafik salah satunya adalah ingkar janji.

“Ada empat (perkara) jika terdapat pada diri seseorang, dia adalah orang munafik murni. Dan barangsiapa yang melakukan salah satu perkara itu, maka padanya terdapat bagian dari sifat munafik, hingga ia meninggalkannya. Empat perkara itu adalah apabila berbicara ia dusta, apabila berjanji ia ingkar, dan apabila diberi amanat (dipercaya) ia berkhianat, dan apabila bermusuhan dia aniaya.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasai)

Kedua , dengan menepati janji dapat menjadi jalan untuk masuk Surga Firdaus. Surga Firdaus ini hanya diperuntukkan bagi orang yang memiliki sifat-sifat baik, di antaranya adalah menepati janji. Allah Subhanahu wa Ta’aalaa. berfirman yang artinya:

“ Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya .” (QS. Al-Mukminun: 8)

Ketiga, dengan menepati janji, kita akan terbebas dari tuntutan baik di dunia maupun di akhirat. Setiap janji akan diminta pertanggungjawabannya, sebagaiman firman Allah SWT yang artinya:

“Dan penuhilah janji sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya .” (QS. Al-Isra’: 34)

Keempat, dengan menepati janji, kita meneladani sifat Allah SWT, yang tidak pernah mengingkari janji-Nya, sebagaimana firman-Nya: “( Sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Ar-Rum: 6)

Kelima, dengan menepati janji, kita akan dipercaya orang lain. Kepercayaan adalah modal utama dalam meraih kebaikan di dunia maupun di akhirat.

Keenam , dengan menepati janji, kita akan menjadi pribadi yang berwibawa, tidak dilecehkan, dan akan mendapatkan prasangka baik dari orang lain.

Ketujuh, dengan menepati janji kita akan terhindar dari dosa besar dan akan meraih keutamaan. Mengingkari janji antara sesama Muslim hukumnya haram, sekalipun terhadap orang kafir, lebih-lebih terhadap sesama Muslim. Jadi, memenuhi janji termasuk keutamaan, sedangkan mengingkarinya dosa besar.

Kedelapan , dengan menepati janji, jalinan antar individu akan terjalin harmonis dan semakin erat. Menepati janji merupakan wujud dari memuliakan, menghargai, dan menghormati manusia.

Kesembilan, dengan menepati janji, kita digolongkan sebagai orang yang berakal. (QS. Ar-Ra’d: 19-20)

Kesepuluh , dengan menepati janji, kita digolongkan menjadi golongan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. “Orang yang merendahkan orang-orang Mukimin dan yang berjanji tetapi tidak menepati janjinya, maka mereka bukanlah golonganku dan aku bukan dari golongan mereka .” (HR. Muslim)

Menepati janji memiliki beberapa keutamaan, di antaranya adalah: Dibebaskan dari kesulitan duniawi, digolongkan sebagai hamba yang bertaqwa, mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT, dan meraih surga Firdaus.


Editor: Nasirudin Latif