Kisah Wali Ghaust yang Masyhur dan Kasyafnya yang Salah Tentang Kedatangan Mahdi

 
Kisah Wali Ghaust yang Masyhur dan Kasyafnya yang Salah Tentang Kedatangan Mahdi
Sumber Gambar: dok. pribadi/FB Fauzan Inzaghi

Laduni.ID, Jakarta – Pada sebuah zaman, hiduplah seorang ulama besar bernama Maulana Khalid An-Naqsabandy QS. Beliau adalah ulama yang hampir disepakati oleh ulama zahir dan batin sebagai seorang ghaust, baik oleh ulama se-zamannya atau maupun setelahnya. Dalam dunia thariqah, beliau dikenal sebagai salah satu mujadid besar Thariqah Naqsabandiyah, salah satu furu thariqah yang terkenal di dunia dan terbesar di Indonesia.

Maulana Khalid An-Naqsabandy juga adalah seorang mutafanin yang menguasai hampir semua bidang ilmu agama, bahkan dalam setiap bidang ilmu agama beliau setidaknya memiliki satu karya. Dalam ilmu kalam beliau menulis Syarah Aqidah Adhudiyah, dalam ilmu tasawuf beliau menulis Risalah Khalidiyah, dalam hadis beliau menulis Hasyiah Ala Jam'il Fawaid, dalam ilmu fikih beliau menulis Hasyiah atas Nihayah Muhtaj, dalam bahasa arab beliau mensyarah Maqamat Hariry, dan masih banyak lagi karya beliau.

Selain penguasaan terhadap ilmu yang sangat hebat, Maulana Khalid An-Naqsabandy juga memiliki keahlian dalam berdakwah dan beliau termasuk sebagai Wali masyhur atas pengakuan para ulama zahir dan batin. Atsar atau hasil dakwah beliau juga terlihat di seluruh dunia, itu adalah bukti keikhlasan hati di masa hidupnya.

Ada sebuah kisah menarik tentang Maulana Khalid An-Naqsabandy QS. Suatu hari, beliau pernah mendapatkan kasyaf (penglihatan). Dalam kasyafnya beliau melihat bahwa Imam Mahdi akan turun di Jami’ Umawi tiga hari mendatang. Berdasarkan kasyafnya (yang selama ini nyaris tidak pernah salah), beliau mengajak para muridnya turun gunung ke Jami’ Umawi untuk melakukan itikaf di sana. Beliau juga tak lupa menyiapkan penyambutan kedatangan Imam Mahdi di sana.

Seketika itu, Kota Damaskus dibuat gempar oleh berita yang disampaikan oleh Maulana Khalid. Semua penduduk kota pun percaya, bagaimana tidak, yang menginformasikannya adalah Maulana Khalid langsung, orang yang terkenal karena keilmuannya dan kewaliannya.

Namun, setelah menunggu selama tiga hari sosok yang dikatakan sebagai Imam Mahdi tak kunjung datang. Lalu, akhirnya Maulana Khalid berkata di depan umum, “Lihatlah kasyafku salah, memang tidak ada manusia yang tidak pernah salah kecuali Nabi, termasuk aku dan kasyafku yang selama ini benar. Tidak ada yang bisa selalu kita percaya selain Nabi, maka dari itu berpeganglah pada sunnah Nabi/syariat yang tidak pernah salah.”

Beliau mengatakan itu di depan umum sebagai pelajaran bagi dirinya dan umat di masa yang akan datang. Begitulah seharusnya ulama dan para wali, tak perlu malu mengakui kesalahan, apalagi salah kasyaf. Bahkan hikmahnya, sangat besar dirasakan oleh umat Islam zaman ini.

Kisah ini juga sering dijadikan syahid dan pelajaran, sebagai bukti bahwa seseorang, bahkan selevel Maulana Khalid, ternyata bisa salah kasyafnya. Oleh karena itu, kita tidak boleh berpegang pada kasyaf tanpa syariat dalam beragama, apalagi berpegang dari mimpi, sebab itu bisa salah. Syariat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam adalah kasyaf yang makshum, sebab tidak mungkin salah.

Jadi, seorang ghaust yang diakui oleh banyak orangpun ternyata bisa salah kasyafnya, apalagi orang yang tidak banyak orang mengakuinya sebagai wali. Belum lagi jika orang tersebut melanggar syariat, bayangkan kasyaf yang bertentangan dengan syariat?

Disadur dari unggahan FB Gus Fauzan Inzaghi


Editor: Daniel Simatupang